Bab.6 Tak sengaja bertemu

37 16 15
                                    

Sesuai dengan hal yang sudah disepakati oleh Angkasa, Ryan dan Ezra. Mereka bertiga mengumpulkan anggota-anggota organisasi BEM yang sudah lama menjabat di keanggotaan kampus tersebut.

"Selamat pagi semuanya, sengaja saya mengumpulkan kalian semua disini untuk menginformasikan soal pemilihan anggota BEM yang baru. Untuk pemilihan kali ini tidak banyak, karena kebanyakan dari mereka tidak mempunyai visi misi yang kuat seperti kalian dulu. Hanya ada dua orang yang akan benar-benar diseleksi lebih lanjut, bagi anggota anggota yang sudah mempunyai tugas masing-masing kawan bisa mulai untuk mengatur posisi dan memberitahukan kepada anak-anak yang tidak lolos. Kalian tidak perlu menjelaskan banyak hal, cukup mengatakan hal-hal yang penting saja. Selebihnya kalian bisa melakukan tugas kalian masing-masing." Angkasa yang berdiri di atas podium ruangan khusus untuk organisasi mereka menyampaikan pengumumannya dengan tegas dan rinci dengan ditemani oleh ryan dan ezra yang duduk di kiri dan kanan Angkasa.

Anak-anak yang sudah lama terpilih menjadi anggota mengiyakan perintah angkasa dengan baik. Mereka tidak mengejutkan keluhan atau pertanyaan lebih lanjut mengenai anggota yang akan di tes.

Beberapa anggota yang memiliki tugas penting langsung bergerak menjalankan tugas mereka. Dan sisanya, saya kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan pelajaran hari ini, untungnya ini adalah jam pertama jadi mereka bisa memberikan alasan yang logis kenapa terlambat untuk masuk ke kelas.

Saat semua anak-anak sudah pergi, Angkasa masih asyik melihat dua biodata pelamar yang ada di tangannya. Dia memperhatikan foto pribadi natalie andra dengan begitu seksama. Entah kenapa, angkasa merasa sangat penasaran dengan gadis itu, apalagi setelah kejadian beberapa waktu yang lalu di parkiran.

"Lo kenapa Angkasa, perasaan dari tadi lihat biodata mereka berdua terus. Nggak ada sekalipun gue liat lu ngalahin pandangan, Lo naksir ya?" goda Ezra disertai wajah menggoda.

"Lo yang bener aja Ezra, lo kayak baru kenal gue dua tiga hari. Masa cuma lihat fotonya aja gue bisa naksir sama dia, kalau ngomong itu jangan ngaco," sinis Angkasa.

Ryan yang tengah bermain ponsel pintar nya langsung menyikut Ezra dengan kasar.

"Lo yang bener kalau mau ngomong, dia lagi teliti tuh. Lo tau sendiri angkasa gimana, dia nggak akan mungkin milih orang asal-asalan kalau untuk urusan kampus." Ryan memperingati.

"Iya iya gue ngerti, jangan marah juga lagi."

"Ryan, Lo nggak ada kerjaan kan?" tanya Angkasa dengan tatapan tajam.

"Iya, enggak ada, kenapa emangnya?" tanya Ryan masih asik dengan handphone yang ada ditangannya.

"Gue mau minta tolong."

"Apa itu?" tanya Ryan masih begitu fokus dengan handphonenya.

"Kalau ada orang ngomong Lo harus memperhatikan, jangan asik liat handphone aja," sinis Angkasa dengan suara yang hampir meninggi.

Ryan langsung duduk dengan santai menghadap Angkasa. Dia duduk dengan khidmat agar tidak dimarahi oleh Angkasa lagi.

"Ada apa?"

"Besok, tolong kalian berdua wawancarai cewek yang tadi. Gue nggak bisa soalnya, ada acara keluarga besok," ujar Angkasa penuh harap.

Ryan langsung membulatkan matanya sempurna, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Kebahagiaan segera menyelimuti hatinya, terutama karena kesempatan ini adalah jalan untuk lebih dekat dengan gadis yang selama ini membuatnya penasaran.

"Serius, gue yang wawancara dia?" tanya Ryan, suaranya terdengar antusias meski ia berusaha menjaga nada tenangnya.

Angkasa hanya mengangguk santai sambil tersenyum tipis. "Iya, dia bakal di wawancarai minggu ini. Lo kan yang paling cocok buat tugas ini."

Ryan merasa seperti mendapatkan hadiah yang tak terduga. Kemarin, ia tak sempat berkenalan lebih jauh dengan gadis itu, tapi sekarang, kesempatan untuk mengenalnya lebih dalam ada di depan mata.

"Gue siap," jawab Ryan cepat, tanpa sedikit pun ragu. Di dalam hatinya, Ryan bertekad untuk memanfaatkan momen ini sebaik mungkin, bukan hanya untuk tugas jurnalistiknya, tapi juga untuk mendekatkan dirinya dengan gadis yang menarik perhatiannya.

"Akhirnya gue bisa dekat sama dia," girang Ryan.

"Kalian liat dulu berkasnya, oiya di sana kan ada tertera WhatsApp nya. Jadi kalau ada apa-apa kalian bisa hubungi mereka."

"Lo mau kemana, Angkasa?"

"Gue ada acara keluarga beberapa hari ke depan, jadi tolong diurus ya. Nanti gue bakal izin sama pihak kampus," ujar Angkasa.

"Beneran acara keluarga?" heran Ezra, karena mengetahui selama ini Angkasa merupakan tipe orang yang sangat tidak mau berbaur bersama keluarganya apalagi dengan urusan bisnis.

"Ya mau gimana lagi, meskipun gue nggak mau gue tetap harus pergi."

"Ya udah deh Angkasa, semoga lo nggak kenapa-napa aja."

"Iya Angkasa, kita cuma bisa berikan dukungan yang terbaik buat lo."

"Makasih ya, gue hargai itu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Angkasa langsung keluar dari sana meninggalkan kedua sahabatnya. Angkasa berjalan dengan santai di koridor kampus, suasana kampus yang sudah sepi membuat jalanan di koridor Itu tampak sangat luas dan begitu terang di mata Angkasa.

Tapi, saat Angkasa hendak berbelok di persimpangan yang ada di sebelah kiri, dia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang perempuan.

Bruk!

"Aw...." Gadis itu meringis bukan main tatkala merasa bokongnya menyentuh lantai tanpa menunggu aba-aba.

Angkasa yang terkejut, langsung menyodorkan tangannya untuk membantu gadis di depannya.

"Maaf ya, aku nggak lihat sekitar jadi nggak tahu kalau kamu mau lewat sini juga. Kamu nggak apa-apa?" tanya Angkasa khawatir.


Nata perlahan bangkit, mencoba menepiskan debu yang menempel di pakaiannya. Setelah memastikan dirinya baik-baik saja, dia menatap Angkasa sekilas.

“Aku baik-baik saja, terima kasih. Aku harus pergi,” katanya singkat, dengan nada yang terburu-buru.

Angkasa hanya mengangguk, masih memperhatikan Nata yang berlalu dengan langkah cepat. Dia tampak terburu-buru, seakan tak ingin berlama-lama berada di sana.Baru setelah Nata menjauh, Angkasa mengernyit, mencoba mengingat wajah gadis itu. Mata Angkasa terbelalak, dan ingatan tentang peristiwa beberapa waktu lalu menyeruak di benaknya.

"Gadis itu…” gumam Angkasa, suaranya tertahan di tenggorokan. “Bukankah dia gadis gila yang hampir tertabrak motorku tempo hari?” pikirnya, sedikit terkejut dengan kenyataan yang baru disadarinya.

Perasaan campur aduk menyelimuti Angkasa. Dia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan gadis yang sempat membuatnya panik saat itu. Namun, kali ini, gadis itu terlihat begitu santai dan berbicara lembut padanya.

"Sepertinya dia tidak melihat wajahku kemarin, apalagi kemarin kan aku menggunakan helm.  Bagus deh, setidaknya aku nggak akan berhutang permintaan maaf sama dia. Lagian, siapa suruh dia lari-lari di jalanan. Udah tahu itu jalan umum, masih  aja lah lari-lari," hardik Angkasa saat melihat Nata yang menjauh.

Tanpa Angkasa sadari, seorang perempuan yang baru saja kembali dari toilet tidak sengaja melihat hal tersebut. "Bagus nih, aku ada berita baru buat dikirim ke Kirana. Dia pasti suka." Gadis itu terlihat sangat girang lalu mengirimkan foto tersebut pada kontak di WhatsApp nya yang sudah ia beri nama Kirana.

Life After Breakup [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang