Nata dan Reyyana duduk santai di kursi panjang setelah Ryan dan Ezra pergi meninggalkan mereka. Suasana kantin yang tadinya ramai mulai sepi, dan Nata terlihat melamun sambil sesekali tersenyum kecil mendengar cerita Reyyana. Piring-piring kotor bekas makan mereka tadi sudah dibereskan oleh Ryan dan Ezra, membuat Nata dan Reyyana bisa menikmati waktu mereka lebih leluasa.
Namun, wanita di seberang kantin tampak tidak senang melihat kebersamaan mereka. Raut wajahnya semakin mengeras, penuh kemarahan. Dia berbisik pada ketiga temannya, menandakan bahwa inilah saat yang mereka tunggu-tunggu. Mereka sengaja menunggu Nata dan Reyyana di depan kantin, memastikan bahwa kesempatan ini tak akan terlewat.
Wanita itu menatap tajam ke arah Nata dan Reyyana, lalu berbisik pelan, "Ini kesempatan kita. Nggak ada Ryan dan Ezra sekarang, jadi kita bisa berhentiin mereka tanpa gangguan."
Reyyana menyadari tatapan tajam dari seberang. Dia meneguk minumannya pelan, lalu bertanya dengan suara rendah, "Nat, kamu lihat mereka nggak? Kayaknya mereka nungguin orang deh. Gimana kalau ternyata mereka malah nungguin kita?" sarkas Reyyana sembari bergidik ngeri.
Nata mengangkat pandangannya, mengikuti arah tatapan Reyyana. Dia melihat salah satu wanita dan teman-teman sebaya yang berdiri menunggu dengan wajah penuh amarah. Nata menarik napas dalam, mencoba tetap tenang, meski hatinya sedikit gelisah. "Kamu jangan souzon Rey. Kalau pun mereka nungguin kita, biarin aja. Kita nggak ngelakuin hal salah, Rey."
Reyyana mengangguk, meski raut wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran. "Kamu yakin? Aku cuma nggak suka ada masalah kayak gini. Mereka pasti marah karena Ryan sama Ezra yang tadi makan sama kita berdua. Satu kantin aja heboh waktu dua cowok itu udah pergi. Mereka kan fans berat cowok-cowok populer itu, pasti mereka marah karena nggak bisa dapat seperti yang kita dapatkan hari ini," jelas Reyyana.
Nata tersenyum menenangkan, mencoba memberi keyakinan pada sahabatnya. "Santai aja. Kita jalan pelan-pelan. Kalau mereka nyamperin, kita hadapi. Kita nggak akan biarin mereka bikin kita mundur."
Reyyana menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Oke, kalau gitu, ayo."
Mereka berdua akhirnya bangkit dari tempat duduk mereka, bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi di depan kantin itu. Benar saja, saat sampai didepan pintu keluar-masuk kantin, mereka berdua langsung dihadang oleh keempat perempuan didepan mereka.
Nata dan Reyyana berjalan beriringan saat tiba-tiba sekelompok perempuan menghadang jalan mereka. Di depan, Kirana berdiri dengan wajah sinis, dikelilingi antek-anteknya yang menatap Nata dengan tatapan merendahkan.
“Akhirnya kita ketemu juga,” ujar Kirana sambil melipat tangan di dada. “Aku sudah lama memperhatikanmu, Nata. Kamu terlalu dekat dengan Ryan. Aku tidak suka.”
Nata menatap Kirana tanpa ekspresi, meski dadanya bergejolak. “Lalu, apa urusanmu?”
“Jauhi Ryan,” ancam Kirana, suaranya tegas dan penuh kemarahan. “Kalau tidak, aku pastikan hidupmu tidak akan tenang. Kamu akan dibully habis-habisan. Aku serius.”
Nata menghela napas, lalu tersenyum tipis. “Kau pikir aku takut? Aku tidak punya waktu untuk drama seperti ini.” Tanpa menunggu jawaban, Nata berbalik dan berjalan pergi, tidak menghiraukan Kirana yang terperangah. Reyyana mengikuti di belakang, sesekali melirik Kirana dengan tatapan penuh kewaspadaan.
Kirana hanya bisa berdiri di sana, menahan marah saat Nata dan Reyyana pergi, mengabaikan ancamannya begitu saja.
"Dasar si*l*n!" geram Kirana.
"Sabar Kirana, kita harus bermain cantik agar Nata itu bisa jera. Kamu tenang saja, aku akan memikirkan cara agar dia tidak berani lagi mendekati Ryan ataupun Ezra.
"Bagus, aku akan menunggu masa itu."
"Tentu saja."
***
Nata melambai ringan ke arah Reyyana yang mulai menjauh. Saat mereka berpisah di persimpangan kelas, Nata berniat melanjutkan langkahnya. Namun, tiba-tiba ia berhenti. Pandangannya terpaku pada sosok Ryan Shankara dan Ezra Pradipta yang berjalan santai menuju ke arahnya, tampak tengah mengobrol serius. Ryan dengan gaya kasualnya, sementara Ezra sesekali tertawa kecil di antara percakapan mereka.
Nata mengamati setiap langkah mereka yang semakin dekat, ada perasaan gugup yang entah mengapa muncul di hatinya. Ketika Ryan sudah hampir di depan Nata, tanpa sadar tangannya terulur, "Kak, aku mau ngobrol sebentar." Nata mencengkeram lengan Ryan Shankara perlahan. Gerakan spontan itu membuat Ryan dan Ezra berhenti sejenak, pandangan mereka beralih kepada Nata yang terlihat canggung.
Ryan melihat Nata dengan bingung. "Nata? Ada apa?”
Nata menunduk sejenak, lalu mendongak, mengumpulkan keberanian
Ryan menatap Nata dalam-dalam, mencari jawaban di balik sikap mendadak Nata yang tak biasa. Ezra hanya terdiam, seakan paham kalau ini bukan percakapan yang harus ia ganggu.
Ryan tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. “Gak apa-apa. Tapi... ada yang mau kamu omongin?”
Nata menggigit bibirnya pelan, berusaha mengendalikan perasaannya yang berkecamuk. Pertanyaan Ryan terdengar ringan, tapi justru membuat hatinya bergejolak lebih kencang.
Nata melepaskan cengkeraman di lengan Ryan perlahan. "Gak, gak ada. Maaf, aku cuma... kaget aja lihat kakak," seru Nata terbata-bata.
Ryan mengangguk, tersenyum sambil melirik ke arah Ezra, memberi tanda kalau mereka harus melanjutkan langkah. Ezra mengangguk paham dan mulai berjalan lebih dulu.
"Kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita, Nata. Aku senior kamu disini, jadi aku harap kalau ada keluhan kamu bisa katakan padaku atau Ezra. Jika kami bisa membantu maka kami akan membantu," ujar Ryan mantap.
Nata hanya mengangguk, senyum kecil menghiasi wajahnya. Tanpa kata lagi, Ryan mengikuti langkah Ezra, meninggalkan Nata yang masih berdiri di tempatnya.
"Kok aku takut ya mau ngasi tau."
Ryan dan Ezra berjalan menjauh begitu saja, sesekali Ezra menatap kebelakang memperhatikan Nata yang terlihat kebingungan.
"Itu anak kenapa sih, kayak ragu-ragu mau ngasi tau sesuatu," ujar Ezra.
"Udahlah mungkin dia gugup," ujar Ryan sambil tersipu malu. Ezra yang melihat sikap Ryan langsung bergidik ngeri karena tidak pernah melihat Ryan seperti itu. Dia bahkan menepuk pundak Ryan agar pria disampingnya bisa tersadar dengan cepat.
"Lo kenapa?" sinis Ezra.
"Enggak kenapa-napa, emangnya gue kenapa?" bingung Ryan.
"Lo senyum-senyum sendiri kayak orang lagi kasmaran. Kenapa, Lo suka sama cewek tadi?"
"Emangnya gue nggak boleh suka sama cewek?" hardik Ryan.
"Aneh aja, baru kali ini gue liat Lo suka sama cewek. Padahal ada banyak cewek yang lebih cantik ngejar-ngejar lo, kenapa Lo nggak mau terima?"
"Mereka beda." Ezra mengernyitkan dahinya, dia merasa bingung dengan arah pembicaraan Ryan.
"Beda gimana, perasaan gue sama aja. Sama-sama cewek."
Ryan menatap Ezra sinis, Ezra yang tidak tau semakin bingung melihat tingkah sahabat nya.
"Ya beda aja, gue bisa ngerasain."
"Kalau itu cewek di gangguin sama fans-fans Lo gimana. Kasian dia."
"Enggak apa-apa, gue bisa melindungi dia. Asalkan bukan Angkasa, gue bisa ngelawan mereka semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Breakup [TERBIT]
Romance"Tetap bahagia dan terlihat baik-baik saja setelah hancur berkeping-keping adalah caraku melindungi diri sendiri." Nata Aleandra.