Bab.1 Putus

67 23 36
                                    

"Padahal aku sangat ingin kita                    berkahir bahagia seperti pasangan   lain, tapi sepertinya takdir tidak berpihak pada kita." Nata Aleandra


“Let's break up.” sebuah pesan yang masuk kedalam notifikasi WhatsApp Nata membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

“Kakak chat apa sih, jangan becanda kak,” jawab Nata diiringi dengan sebuah emoticon kuning menampilkan gigi putih rapi yang sangat khas.

“Kakak nggak bercanda Nata, kita cukup sampai di sini saja ya. Kamu ingat sama perempuan bercadar yang pernah kakak ceritakan padamu, dia hamil Nata. Kakak harus tanggung jawab.”

Nata terdiam, dia masih mencerna setiap pesan yang ia baca. Tanpa sadar, bulir bening lolos begitu saja dari mata dan mengalir di kedua pipi chubby nya. Nata hanya memandangi layar ponsel dari kejauhan, dia bahkan tidak menjawab lagi pesan yang di berikan oleh sang kekasih tercinta.

“Kenapa kak, kenapa harus aku yang ngerasain ini.” Nata meringkuk, dia menepuk dadanya dengan sangat keras berharap rasa sesak yang dia rasakan saat itu bisa lekas menghilang. Tapi tak ada perubahan sedikitpun, rasa sakit itu justru semakin menjadi-jadi.

Nata memeluk lututnya erat-erat seolah itu bisa menghalau perasaan hampa yang menyelimutinya. Matanya terasa perih, bekas air mata yang mengering di pipinya meninggalkan jejak pedih di hatinya. Sudah dua tahun mereka bersama, berbagi tawa dan impian, namun kini semua itu berakhir tanpa peringatan. Kenangan-kenangan yang pernah menghangatkan hatinya kini hanya menyisakan luka yang tak kunjung sembuh. Dia merasa tersesat, tak tahu harus bagaimana melanjutkan hidupnya tanpa orang yang selama ini mengisi harinya.

           Drtt…

            Drtt…

           Tring…

         
               Seventeen right here

            Sijakaja tuning matchwobolka
   Hanaui eumjeong gijune matchwo play it
             SEVENTEEN seukereucho
         Amuraedo jogeum teugihaed
            bugeul chigo jureul twinggyeo

Nata menikmati tiap bait lirik yang terdengar secara tiba-tiba dari ponsel kesayangannya. Membiarkan setiap alunan musik itu menggema sebelum akhirnya memutuskan untuk menjawabnya.

“Halo kak, ada apa ya?”

“Aku minta maaf Nata, tapi ini demi kebaikan kita. Aku harap kedepannya kamu bisa ketemu sama laki-laki yang lebih baik dari aku.” suara serak parau dari dalam telpon berhasil menarik perhatian Nata.

"Aku mengerti kak."

“Makasih karena udah mencoba untuk mengerti Nata, aku harap kamu baik-baik saja tanpa aku. Aku sudahi percakapan kita di sini ya, kita bisa jadi teman untuk kedepannya kalau kamu mau.”

“Aku akan selalu baik-baik saja kak, Kakak nggak perlu khawatir.”

"Kalau kamu butuh sesuatu kasi tau aku ya. Semoga aku bisa bantu."

"Iya kak, terimakasih banyak. Kalau nggak ada lagi yang mau dibicarakan aku izin matiin telpon nya dulu ya. Aku mau istirahat."

"Iya Nata, selamat istirahat."

Nata duduk di ujung tempat tidurnya, tangan gemetar saat dia menatap layar ponselnya yang baru saja berakhir. Panggilan dari orang yang paling dia sukai, suara yang selalu berhasil membuatnya merasa tenang, kini hanya menyisakan keheningan yang menyesakkan.

Life After Breakup [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang