**
"Terimakasih telah mendengar harapanku"***
Ramulah sedang duduk dipondopo rumahnya, ia duduk bersama Auliana dan dua temannya Siti dan Farah.
Ramulah sedang duduk di pendopo rumahnya, ditemani oleh Auliana dan dua temannya, Siti dan Farah. Sore itu mereka berempat berkumpul untuk membuat rujak. Auliana dengan telaten mengupas buah mangga yang masih segar, sementara Siti sibuk mengulek kacang dan gula merah dalam cobekan, menciptakan bumbu rujak yang gurih dan manis. Di sisi lain, Farah dengan cermat memotong-motong berbagai buah yang akan dicampur bersama bumbu.
Lalu, apa yang sedang dilakukan Ramulah? Sebenarnya, tidak banyak. Gadis itu hanya duduk santai, mengamati ketiga temannya yang sibuk bekerja. Sesekali, ia tak bisa menahan diri untuk mencomot potongan buah yang sudah dipotong Farah, mencicipi rasanya sebelum rujak benar-benar siap.
"Abang droe keuh ho?"Ramulah kembali membuka obrolan dengan pertanyaan yang sudah mengganggunya sejak tadi.
Siti, yang sedang sibuk mencobak bumbu rujak, mengangguk setuju dan menimpali, "Iya, aku juga udah dua hari nggak liat abang kamu ngumpul."
Auliana belum menjawab, matanya masih fokus pada mangga yang sedang dikupasnya. Ia sendiri tidak tahu keberadaan kakaknya, dan itu membuatnya sedikit cemas karena tidak ada kabar dari lelaki itu.
"Mungkin sibuk kali," sahut Farah, mencoba memberikan alasan yang masuk akal.
"Han mungken," ujar Ramulah tegas, menolak kemungkinan itu. "Banta kerja di sawah keluarga, dan setahuku, dia nggak punya kesibukan lain selain jadi ketua pemuda desa Kumbang."
Perkataan Ramulah membuat ketiganya terdiam sejenak, saling bertukar pandang tanpa kata-kata. Mereka semua tahu, Banta bukanlah tipe orang yang mudah menghilang tanpa kabar, apalagi dari rutinitasnya yang sudah terjadwal rapi pergi kesawah sampai siang malamnya pasti berkumpul di kios ataupun pos ronda.
Rasa penasaran mulai merayapi pikiran mereka satu per satu, mengubah suasana yang awalnya ceria menjadi sedikit lebih serius. Auliana menggigit bibirnya, mencoba memikirkan alasan yang masuk akal mengapa kakaknya bisa hilang dari peredaran tanpa sepengetahuannya.
"Kalian nggak dengar apa-apa dari warga?" tanya Siti pelan, sambil meletakkan cobeknya sejenak, matanya menatap teman-temannya dengan cemas.
Farah hanya menggeleng, sementara Auliana tetap diam, matanya berkedip-kedip cepat, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.
"Emang berita pu?" Ramamulah ikut pensaran dengan berita apa?
"Setahu aku, dua hari yang lalu di dekat sawah keluargamu, Ram, ada kecelakaan parah banget. Mobilnya sampai ringsek dan kebalik. Masa kalian nggak tahu? Itu berita heboh sekampung," kata Farah, suaranya pelan namun jelas terdengar di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kita
General FictionKISAH KITA: Harta, Tahta, Suka & Duka Dua Latar Belakang yang Berbeda Meet Teuku Banta Hendrik, seorang lelaki sederhana yang setiap hari bergulat dengan tanah dan keringat. Ia hidup di desa terpencil, mengais rupiah dari bekerja di ladang orang lai...