"Seperti angin dari utara yang membawa kesejukan, tantangan dalam hidup datang untuk menyejukkan jiwa kita. Ia mengajarkan bahwa kekuatan sejati terletak pada ketenangan dan keteguhan hati menghadapi segala arah angin yang menerpa."***
***
Aqilla menghela napas untuk kesekian kalinya. Sedari tadi, ia terus mencoba menghubungi Barra, Daddynya. Namun, panggilan telepon itu tak kunjung diangkat. Perasaan gelisah mulai menggelayut di hatinya, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
apakah Barra tidak akan peduli lagi padanya
Jika memang begitu, sungguh tega pria itu memperlakukan anaknya seperti ini. Bahkan, hewan pun masih ingat dan melindungi anaknya. Aqilla merasa hatinya semakin hancur, tak bisa memahami bagaimana seorang ayah bisa begitu abai terhadap anaknya sendiri.
Suasana ruang rawat inap Aqilla terdengar riuh oleh bunyi keyboard laptop yang bertalu-talu. Megan dan Bianca, keduanya sibuk di hadapan laptop masing-masing. Namun, hanya Bianca yang benar-benar bekerja, sementara Megan terlihat lebih santai, seolah sedang bermain game.
Bianca tengah membereskan pekerjaan Aqilla yang tertunda—beberapa berkas yang masih memerlukan perhatian dan pemeriksaan lanjutan oleh Aqilla. Meskipun Aqilla telah dipecat dari posisinya sebagai komisaris, pekerjaan yang belum selesai tetap menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, Megan berusaha membantu menyelesaikan tugas-tugas tersebut, meski caranya lebih santai.
"Seharusnya Om Barra nggak bisa pecat lo gitu aja, Qill," ujar Bianca tiba-tiba, nada suaranya penuh kemarahan. Bunyi keyboard laptop yang ditinggal Megan sejenak menambah intensitas pembicaraan. Bianca meletakkan berkas yang sedang dihadapinya dan memandang Aqilla dengan tatapan tegas. "Berita lo yang beredar pun nggak aneh-aneh, cuma soal kecelakaan dan kabar lo kencan."
Aqilla mengangkat alisnya, jelas terkejut dengan pernyataan Bianca. Ia meletakkan laptopnya dan berfokus pada teman-temannya. "Jadi..."
"Ya, walaupun kita tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetap aja kalau begini Om Barra nggak profesional," lanjut Bianca, suara emosi di ujung kata-katanya. "Masa dia gampang banget pecat lo begitu aja tanpa alasan jelas. Dan komisaris yang ditunjuk buat gantikan lo—jelek banget kerjaannya!"
Megan yang selama ini sibuk dengan layar laptopnya, akhirnya menutupnya dengan gerakan cepat. Ia bergabung dalam diskusi, wajahnya menunjukkan keseriusan.
"Bianca benar, Qill. Gue udah cek latar belakang tuh orang—ancur banget. Bokap lo cuma main tunjuk orang tanpa cek dulu"
Aqilla menatap Megan dan Bianca dengan pandangan malas "So, Daddy nggak peduli sama pengganti gue, gitu?"
"Persis!" sahut Megan, mengangguk. "Latar belakang komisaris baru itu penuh dengan kekacauan. gue nggak ngerti kenapa bokap lo bisa sampai segitu nya. Semua ini bikin kita terlihat buruk, dan jelas bikin masalah jadi lebih rumit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kita
Ficción GeneralKISAH KITA: Harta, Tahta, Suka & Duka Dua Latar Belakang yang Berbeda Meet Teuku Banta Hendrik, seorang lelaki sederhana yang setiap hari bergulat dengan tanah dan keringat. Ia hidup di desa terpencil, mengais rupiah dari bekerja di ladang orang lai...