[36] - Berhenti Sebelum Kenyang

58 6 2
                                    

...
♡- BARRA GENTLE -♡





Adegan memandikan Amora itu telah usai sekitar tiga puluh menit yang lalu. Kini kedua insan yang baru saja mengeksplor kegiatan dewasa itu larut di depan televisi dengan kondisi tubuh yang sudah bersih, bugar, dan wangi. Ditemani oleh beberapa ciki serta camilan dari ringan sampai berat yang dipesan secara online, membuat kemakmuran muda-mudi tersebut kian membumbung. Bagaimana tidak, habis sidang, dapat hadiah itu-itu dari pacar, lalu mandi dan sekarang tubuh seperti terisi kembali alias fresh bagaikan makanan yang keluar dari oven, dan perutnya diasupi oleh berbagai makanan kaya gizi. Makmur sekali bukan?

"Harusnya tadi pesen yang martabak telor aja ya, terus yang manisnya minta setengah porsi." Celetuk Barra kala melihat package martabak telor sudah sisa 2 potong, sedangkan yang manis potongannya masih banyak.

Amora mengalihkan pandangannya dari televisi ke arah meja, tempat dimana makanan yang dimaksud disajikan. "Emang boleh setengah porsi?"

"Ya tulis aja yang, di notes. Kan pasti bisa."

"Terus harganya gimana?"

Barra menelan potongan martabak telor di tangannya yang tersisa satu gigit itu, "ya gak apa, itung-itung aku lagi nraktir penjualnya."

Sedikit kesal, Amora pun menjejalkan satu potong martabak manis ke dalam mulut pria itu. Heran, suka sekali asal ngomong pacarnya satu ini.

"Capek aku sama asbunmu."

Barra cekikikan, lantaran tangannya menarik satu helai tisu, kemudian ia bersihkan telapak tangannya dengan itu. "sok kamu yang abisin, aku udah kenyang banget."

Amora menjatuhkan rahangnya. Nyaris makanan yang sedang dalam proses pengunyahan itu jatuh ke atas karpet. "Kak, nggak usah bercanda ya. Ini masih ada pizza, burger, kentang, martabak manis, ayam goreng juga masih utuh ini seekor. Duh ya ampun! Siapa yang sanggup ngabisin sendirian coba..."

"Kamu lah."

"Kak...."

"Aku kenyang banget sayang, udah gak kuat perutku." Keluh Barra seraya menyandarkan punggungnya ke sofa. Keduanya duduk di lantai yang beralaskan karpet bulu. Katanya sebelum ngemper, "biar nyaman."

Plak! "Makanya," Amora menabok paha Barra sedikit keras, "nggak ada yang nyuruh kamu makan nasi goreng mawut plus telor ceplok sendirian ya!" Lanjut perempuan itu mengomeli sang pria yang kini tengah merasakan begah dalam perutnya.

"Ya kamu dikasih gak mau, terpaksa aku ngabisin sendiri."

"Gimana gak mau, kamu pesennya gak cuma nasgor aja kak. Tuh ada banyak jajanan yang lain. Lagian kita ini cuma dua orang, tapi pesen makanan udah kek buat orang sekampung."

Barra terdiam mendengar pacarnya yang sibuk mengomel, dan merutuki dirinya. Memang salah Barra sih, ia memesankan segala jenis makanan tak berdiskusi dulu dengan Amora. Tau-tau sudah terhidang di atas meja, sedang sang puan masih berdiam di dalam kamar mandi.

Iya, selepas menggendong Amora yang (tidak) minta dimandikan, perempuan itu tak langsung selesai dan keluar selepas Barra memandikannya. Namun Amora masih bersenandung lala-lili, menikmati guyuran air yang mengalir dari ujung kepala hingga ke ujung kakinya.

"Yaudah simpen aja taroh kulkas yang, gitu aja kok diribetin."

Amora hanya mampu berdecak, ia juga kewalahan mendebatkan ini dengan Barra. Selain karena sudah terlanjur, Amora merasa mual karena kekenyangan. Lantas tak butuh lima menit, Amora bangkit dari duduknya. Merapikan makanan itu dan meletakkan ke dalam kulkas milik Barra. Beberapa kardus yang isi makanannya telah habis, ia buang ke dalam tempat sampah.

BARRA GENTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang