[50] - Cranky for A Better Life

45 5 0
                                    

...

♡- BARRA GENTLE -♡






Makanan pun dihidangkan satu persatu. Rasanya hampir lengkap meja yang kini sudah digabungkan menjadi satu itu. Kawan-kawannya yang tak bertemu selama 6 bulan ini berkumpul dengan sehat, bugar, dan lengkap. Minus Regis yang katanya langsung cabut ke sini alih-alih meneruskan lemburnya sampai dini hari. "Bodo amat dah, kerjaan gue lanjut di apart aja." Barra terkekeh pelan mendapati Regis yang ngibrit pada panggilan video itu.

Oh! Yang terkejut sebenarnya bukan hanya yang hadir di restoran itu saja. Regis yang masih di kantor pun turut terkejut akan kehadiran Arsen yang tiba-tiba itu. Semula video miliknya ia bisukan dan hanya terdengar mesin ketik, berubah menampakkan muka yang ikut melotot. Videonya sudah tak lagi Regis bisukan. 

10 menit berlalu setelah insiden mengejutkan dari kehadiran Arsen, pintu restoran kembali terbuka. Sosok primadona yang dinanti-nanti datang dengan bulir-bulir keringat di sekitar dahi. Kaina yang melihat itu dengan sigap menyeka pelipis Regis dengan tisu selagi pria itu menarik kursi di sampingnya.

"Gilak lo, Reg! Cepet banget buset."

Dada Regis naik turun. Tanpa babibu ia meneguk es jeruk yang tersaji tepat di depan Kaina. "Lari gue anjing. Ampe kaki gue berasa melayang tau gak."

Kaina melongo kala minumannya diminum Regis hingga tandas. Namun sekejap berubah riang saat pria itu menolehkan perhatian ke arah Kaina sepenuhnya. Dengan senyuman maut nan manis milik Regis, Kaina tersihir dan mengangguk lembut. "Gue minum gak apa kan? Habis ini gue pesenin lagi buat lo."

Kantor milik Regis hanya berjarak tiga kilometer dari restoran yang disinggahi saat ini. Barra tertawa cekikikan dengan gerakan tangannya yang tak sadar menggebuki bahu Amora. Amora pun mengerutkan keningnya dengan merintih dibuat-buat. Badannya condong ke arah Nadine yang duduk di sampingnya. Alhasil Nadine pun terdorong ke arah Arsen.

"Ngapain elah pasangan monyet satu ini." Gerutu Nadine seraya mendorong balik Amora.

"Gimana? Keren kan aku nyusul kamu kesini?" Tanya Arsen sembari memanjangkan lengannya di sepanjang kursi yang diduduki Nadine. "Berarti kalo misal sekarang gak lagi kumpul begini, kamu bakal nyamper aku ke kosan?" Tanya Nadine lemah lembut mendayu-dayu yang membuat Arsen ikut menganggukkan kepalanya perlahan. Netranya memandang Nadine dalam sebelum mengecup pelipis perempuan itu.

"IDIH!" Seru Amora begitu dirinya sudah duduk dengan benar dan dihadiahi tontonan kecup pelipis itu. Memang satu-satunya pasangan yang sejak dekat lalu berani bermesraan di tempat umum hanyalah Nadine dan Arsen. Hebatnya lagi hubungan mereka awet sekali. Padahal jika dipikirkan lagi, Nadine orangnya cemburuan dan gampang ngambek. Tapi partnernya adalah Arsen, sehingga cocok dan seimbang.

Arsen itu orangnya lemah lembut, gak banyak omong, terus langsung aksi. Gak aneh-aneh dan patuh sama keluarga terlebih lagi sama ayah dan bunda. Tiap kali dimarahin sama Nadine, dia sering ngalah dan jawab, "iya bub, maaf ya..." Itu pun langsung disamper tanpa nunggu besok-besoknya. Tapi kata Nadine, sekalinya Arsen marah, hancur satu dunia.

Ada quote milik seseorang yang bilang, "marahnya orang pendiem tuh serem." Ya ini. Kata Nadine, Arsen pernah marah waktu awal-awal pacaran. Tapi bukan Nadine yang cari perkara, melainkan pria itu bertengkar dengan sepupunya. Perempuan pula. Tak banyak bicara, Arsen langsung mendiami seluruh umat manusia di muka bumi pada saat itu. Tak terkecuali Nadine. Fyuh! Hanya kilas balik saja, sudah membuat Nadine mengusap dahinya singkat. Capek kalau diingat-ingat.

BARRA GENTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang