[43] - Repressed Revenge

42 5 2
                                    

...
♡- BARRA GENTLE -♡



Tak sekali dua kali Barra bertingkah seperti itu, Amora sampai muak sendiri bila sudah terdengar kalimat "Udah ya, aku..." Ingin sekali ia berteriak, "woy gue juga lagi makan, lagi berak, lagi lowbatt tapi tetep bisa telponan ama elu anjinggg." Alhasil malam-malamnya penuh dengan isak tangis. Entah menangisi hubungannya, hidupnya, apapun itu yang menimpanya. 

Kurang nyaman sekaligus merasa tak mau diganggu, oleh karenanya Barra sering bilang "Udah ya, aku mau makan dulu. Lanjut nanti." Padahal lagi makan di apart, bukan lagi sama temen-temennya. "Udahan dulu ya, batreku udah merah tinggal 2 persen. Lanjut nanti ya." Iya tau, kalau yang ini memang bahaya bila pemakaiannya sambil di-charge. Tapi apakah pria itu tak berusaha menelpon Amora balik ketika daya baterai sudah terisi penuh?

Jawabannya adalah tidak.

Barra selalu memberi harapan palsu, dan Amora tak suka itu. Belum lagi jika dikirimi pesan, akan lama balasnya. Entah apa yang sedang dilakukan prianya sampai-sampai sesusah itu membalas pesan darinya.

Amora tau Barra jauh lebih sibuk darinya. Tapi sesibuk apa kok se-enggak bisanya buat ngabarin walau hanya sebaris se-bubble chat. Setidaknya Amora tau keadaan Barra bagaimana. Misalnya lagi apa, padat kah kerjaannya, makan siang menunya apa, atau apa gitu yang setidaknya ia dikabari tentang prianya meksi hanya sedikit informasi. Amora ingin dirinya juga tau aktivitas prianya. Amora pun tak menuntut banyak, ia hanya mau dikabari walau sekedar "sayang, aku seharian sibuk. kalo senggang aku kabarin kok." Itu saja sudah cukup. Namun mana buktinya? Amora tak pernah mendapatkan pesan itu selama 6 bulan LDR-nya ini.

Malam ini, kebetulan keduanya memiliki waktu senggang yang sama. Amora berniat menyampaikan sesuatu pada Barra detik ini juga. Biasanya Amora yang lebih dulu menelpon Barra, namun kali ini secara tibaa-tiba Barra menelpon duluan. "Kerasa kali ya." Pikir Amora.

Tak ada sahutan. Amora memilih mendiamkan panggilan itu tanpa mengangkatnya sedetik pun. Terus begitu sampai Barra berhenti di panggilan kelima. Amora hanya ingin menyampaikan sesuatu ini kepada Barra melalui chat. Ia takut tak sanggup jika bertukar suara.

Begitu Barra sudah tak memanggilnya, Amora mulai mengetikkan beberapa kata dan mengirimkannya pada Barra. Lihat saja layar ponsel Amora saat ini. Habis menelpon dirinya berulang kali, apakah meninggalkan pesan? Tentu tidak. Tak diangkat pun biar.

Amora ingin ketika ia tak mengangkat telepon dari Barra, pria itu akan meninggalkan pesan, "kamu dimana sayang? Kalo gak sibuk bilang ya, aku mau telpon." Minimal seperti itu.

Amora Leteshia
Kak, aku mau putus
Aku capek sama hubungan ini
Rasanya kayak aku sendiri yang berjuang

Barra Gentle
ngomong di depan mukaku skrg.


Detik berikutnya Amora mulai dibombardir panggilan dari Barra. Tak ada satupun yang ia angkat sebelum satu pesan masuk lagi.

Barra Gentle
putus skrg atau aku sebarin foto nakedmu ke temen2mu

Mata Amora membulat tak percaya. Tubuhnya kaku seketika. Ia menjatuhkan ponselnya begitu saja. Airmatanya perlahan turun melewati pipi. Ia terisak sendirian. Lantas dengan tangan yang penuh gemetar, ia mengetikkan beberapa kata sebagai balasan atas ancaman Barra pada dirinya.

Amora Leteshia
Kamu ngefoto aku pas lagi itu? demi kak?
Kamu gak ijin. Sumpah kamu jahat bgt.

Barra Gentle
iya buat bahan gue
salah lo lah waktu itu sexy banget. gak tahan gue


BARRA GENTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang