[42] - Never-ending Problems

40 5 6
                                    

...
♡- BARRA GENTLE -♡






Hari LDR-pun dimulai. Terhitung hari ini adalah hari pertama sejak mengantarkan Barra ke bandara pagi ini. Tentunya bukan hanya dia sendiri, melainkan ada rekan pria itu yang datang dan keluarga juga. Yang menangis pun tak hanya Amora saja, disitu ada Mama Adhiatma yang tak kuasa menahan pilu isaknya. Putra sulungnya sudah tumbuh besar ternyata. Sudah mampu dan sanggup merantau ke ibu kota untuk menjalankan cita-citanya.

Dilihatnya dari kejauhan, Amora yang saling peluk dengan sang mama tercinta membuat perasaan Barra bungah. Tak terasa ia tersenyum dari jarak itu. Begitu punggung prianya tak terlihat, semakin deras pula airmatanya.

Sang mama yang telah mampu mengontrol tangisannya hingga berhenti pun perlahan mengusap punggung Amora naik turun. Tak terkecuali Papa Adhiatma pun merangkul Amora layaknya anak sendiri. Sassy yang baru saja melihat momen haru itu pun turut berhambur memeluk calon kakak iparnya yang amat ia sayang itu.

Gabri, Regis, Arsen, dan Merrel yang berada di lokasi pun tak mampu menahan haru. Keempat pria itu pun kedapatan mengusap sudut matanya pelan. Berpisahlah mereka semua satu persatu dan meninggalkan kenangan. Tak hanya Barra saja yang merantau, Arsen pun memilih merantau ke luar negeri, tujuannya tak lain tak bukan adalah meneruskan bisnis keluarganya yang berpusat Di Jepang. Namun keberangkatannya masih satu bulan lagi. Lantas nasib Nadine apakah sama dengan Amora? Tentu saja, kedua perempuan itu sama-sama ditinggal oleh pacar tercinta, dan kini status hubungan mereka adalah Long Distance Relationship.

Merrel, Regis, dan Gabri belum bilang bagaimana ke depannya nanti, yang jelas untuk saat ini dijalani saja.

Kini Amora sudah kembali ke kosannya sebelum nanti malam akan ada rapat organisasinya. Hari pertama tanpa kehadiran Barra, membuat Amora tak bersemangat melakukan hari-harinya. Entahlah penyakit ini akan hilang sampai kapan, yang jelas Amora tak mau menderita lebih lama. Dirinya juga harus merelakan prianya yang tinggal Di Jakarta.

"Yuk! Mor! Semangat yuk, yuk." Ujar Amora sembari menepukkan kedua tangan ke pipinya. Ia memulai aktivitas itu dengan menyalakan musik tak terlalu kencang volumenya. Lantas mencuci baju, menjemurnya, dan bersih-bersih kamar. Dan setelahnya ia merebahkan diri ke ranjangnya seraya memainkan ponsel. Matanya membulat terkejut tatkala notifikasi telfon belasan kali dari Barra tak ia angkat sama sekali. 

Tak ingin membuat dirinya larut dalam pikiran, Amora pun bergegas memanggil Barra kembali dan berharap pria itu menjawabnya. 

Dan benar saja, hanya butuh 2 sambungan nada, panggilan darinya diangkat oleh sosok yang ditunggu-tunggu.

"Kak!"

"Halo sayang... Kenapa tadi gak diangkat?"

Amora menggulingkan tubuhnya ke arah samping sembari memeluk guling. "Aku lagi beres-beres. Udah lama banget gak beresin kamar."

Barra tergelak dari sana. "Lah. Bukannya kamu sering bersihin kamarmu ya? Bersih-bersih aja tuh aku lihat."

"Yeee, itu mah cuma bagian luarnya aja. Kamu gak tau aslinya gimana, makanya ini aku bersihin menyeluruh."

"Ohhh, oke-oke... Terus sekarang lagi apa?"

Amora pura-pura berpikir sejenak membuat Barra mendengus geli, "ngapain elah mikir segala."

Amora terkikik, "aku lagi rebahan aja, habis ini mau ke sekre ada rapat."

"Oh ya? Sibuk banget dong hari ini? Pagi tadi nganterin aku, terus bersih-bersih kamar menyeluruh katamu, terus malem ada rapat. Mana gak ada aku lagi, jadi gak bisa nemenin kamu. Sedih gak?"

BARRA GENTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang