[47] - Best Partner

62 4 2
                                    

♡- BARRA GENTLE -♡
...









Amora tak menyesali sedikit pun kegiatan yang ia habiskan bersama Barra sampai larut malam itu. Sejak diculiknya ia ke hotel tempat menginap prianya, sampai paginya pun Amora tak memiliki kesempatan untuk pulang ke kosan. Entah sekedar mengambil baju atau keperluan yang lain, Barra tak mengizinkannya. Selama tiga hari ini, Amora diminta untuk menemani pacarnyaㅡBarra. Hanya tiga hari saja, toh Barra pun Ke Surabaya demi dirinya. Buktinya, pria itu bahkan tak pulang sedetik pun.

"Pagi... Sayang..." Sambutan itu memasuki rungu Amora kala ia menggeliat pelan dalam selimutnya. Matanya terbuka perlahan lantaran suara lembut prianya datang bertubi-tubi di sekitar telinganya.

"Jam berapa ini, kok baru bangun? Hm?" Ujar Barra lagi disertai kekehan ringan. Amora pun tersenyum kala di depan matanya kini, Barra sudah tampak segar mengamati dirinya dengan terbaring menyamping seraya menopang kepala menggunakan satu tangan.

Dipandang begitu, Amora mendadak salah tingkah dan malu. Ia langsung menarik selimut menutupi wajahnya. Barra terkekeh pelan. Salah satu tangannya yang menganggur berusaha melorotkan selimut itu.

"Kenapa ditutupin coba."

"Ya malu lah. Kamu lihatin gitu." Gumam Amora kecil. "Ngapain malu, sayang. Kan aku udah lihat semuanya. Aku mandiin kamu pula. Kurang dicebokin aja sih."

Tangan Amora terulur keluar dari sisi kanan mencubit lengan Barra dari dalam selimut. Setelahnya, pria itu memekik kesakitan.

"Gak sekalian jadiin aku anakmu, kak? Segala dicebokin."

Barra terkekeh lepas. Ia pun menurunkan tumpuan tangannya itu dan berganti menarik selimut Amora hingga dada. "Gak sumpek ta kamu ini?"

Amora menutup mulutnya rapat. Tangannya meremat ujung selimut yang masih menutupi tubuh polosnya. 

Benar. Setelah adegan mengeringkan rambut dengan terburu-buru agar Amora bisa lekas tidur, sirna seketika. Barra mengajaknya sampai menjelang pagi. Itulah mengapa ia tak mengenakan sehelai kain lagi alih-alih kemeja yang malamnya sudah menutupi.

"Ayo makan. Aku udah pesen makanan.'

Amora menggeleng kecil. Ia merubah posisi berbaringnya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang. Membenarkan lipatan selimutnya pula agar tak merosot.

"Kamu beneran gak pulang? Gak pengen ketemu mama papa kamu?"

Barra menggeleng cepat dan mantap. "Aku bisa kesini tuh bentar, sayang. Kalo tiga hari aku buat ke rumah juga, terus waktuku sama kamu kapan? Aku bisa aja bagi waktu sama keluarga kalau kita gak berantem. Karena kalo situasinya kayak gini, prioritasku ya kamu. Beda kalo kita baik-baik aja, aku ajak kamu sekalian ke rumah. Kamu nginep disana tiga hari sekalian dah nemenin aku." 

Amora menggigit bibir bawahnya kuat. Ia merasa tak enak dan bingung juga. Setelah apa yang telah dilakukan Barra pada dirinya, ia akhirnya benar-benar menerima prianya lagi. Persetan dengan janji iris kuping yang keluar dari mulutnya saat bersama INI GRUP. Amora benar-benar luruh saat Barra menjelaskan alasan demi alasan dengan sangat rapi dan masuk akal. Terlebih prianya tak mengamuk saat Amora memberikan protesan dan luapan kekesalan.

Jika saja Barra membantahnya dan tak mau kalah saat Amora mengeluarkan keluh kesahnya, mungkin dirinya tak akan mau kembali ke dalam pelukan prianya. 

Berbuat salah, mau mengakui kesalahannya, terlebih lagi mau mendengarkan apa saran dari Amora, itu sudah cukup membuat perempuan itu memantapkan hati untuk memaafkan dan kembali. Karena hubungan itu tentang saling kompromi. Apabila satu pihak menginginkan sesuatu dengan pihak yang lain memiliki keinginan yang berbeda, namun tak saling mengerti dan tak saling berkompromi, buat apa? Jika dilanjutkan hanya akan bertengkar setiap hari, bukan?

BARRA GENTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang