[44] - Iris Kuping

39 2 3
                                    

...
♡- BARRA GENTLE -♡

.





Imbas kejadian di dalam mobil Jayline yang seketika menjadi sesi konsultasi itu, kini merambah ke kedua sahabatnya yang lain. Siapa lagi kalau bukan Kaina dan Nadine. Keempat perempuan yang tergabung dalam grup INI GRUP, sudah berada di basecamp. Dimana lagi kalau bukan apartemen Jayline sang primadona psikologi?

Amora sudah tak ada tenaga dan rasa untuk menceritakan kembali peristiwa-peristiwa itu. Sehingga Jayline-lah yang mengambil alih. Sesekali Amora membantunya bila Jayline lupa sedikit-sedikit ceritanya atau terdapat kesalahan.

"ANJING! KAK BARRA BEGITU? SUMPAH?"

"Padahal muka dia kek orang baik anjir, masa tega sih gituin elu. Terus sekarang gimana?"

"Gue bantu viralin anjir, Mor. Asli dah."

"Iya, Mor. Mending viralin aja. Tapi lu udah putus kan sama Kak Barra? Takutnya nanti dia nambah parah."

Amora menggeleng pelan begitu respon Kaina dan Nadine saling bersahutan. Ia benar-benar tak berselera lagi mengingat kejadian itu. Dirinya hanya ingin fokus untuk menyelesaikan studinya dengan segera dan move on selamanya. Mungkin Barra memang bukan pria yang berjodoh untuknya.

"Gak mau dia. Gak tega katanya." Yang jawab Jayline, Amora memilih memejamkan matanya rapat.

Kaina bangkit, berjalan ke arah ranjang dan menindih Amora disana. Memeluknya dengan sayang, lantas disusul dengan Nadine. Ketiga perempuan itu bertumpukan di ranjang. Jayline yang mengamati itu hanya mampu mengelus dadanya sabar. Lalu sekon berikutnya, fokusnya beralih ke ponsel Amora yang terdampar di lantai tak bernyawa. Baru saja menyala beberapa detik, namun tak kunjung padam layarnya.

Bola mata Jayline membulat kala melihat notifikasi itu. Notifikasi yang membuat layar ponsel Amora menyala cukup lama. "Anjing...Mor...."

Diambilnya dengan hati-hati ponsel itu, lantas membukanya dengan mudah karena Jayline tahu sandi ponsel Amora. Dan mulai membacakan pesan itu begitu Amora menyetujuinya.

"Terserah kamu. Mau kamu gimana aku ngikut kamu. Maaf udah buat kamu sulit akhir-akhir ini. Maaf gak bisa nepatin janjiku ke kamu. Maaf aku gagal buktiin hubungan LDR yang sehat dan baik buat kita. Aku masih sayang kamu, Mor. Aku masih cinta sama kamu." Jayline membacakan seluruh rentetan bubble dari Barra cukup lantang agar Amora mampu mendengarkan dengan jelas.

"Gak lo blokir dia, Mor?" Tanya Kaina yang kini sudah beranjak dari tubuh Amora. Ketiga perempuan itu duduk layaknya anak kucing menunggu perintah sang ibunda dari atas kursi alias Jayline.

"Bales apa kagak nih Mor mau lu? Atau langsung blokir?"

Amora terdiam cukup lama sebelum tersenyum lebar dan memeluk rapat tubuh Kaina nan Nadine. "Blokir aja. Udah gak penting. Udah cukup duit gue abis ke psikolog, stress sana sini, airmata udah kemarau gak ada lagi. Opsinya udah bener cuma satu, blokir."

"Okeeeeeeeeeee. Yeayyyy!" Sorak keempat perempuan itu bersamaan. Lalu Jayline pun bergabung setelah beberapa detik memblokir kontak Barra. Perempuan itu melompat ke ranjang yang membuat posisi Kaina, Nadine, dan Amora terombang-ambing.

BARRA GENTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang