Yoga's Story

48 8 1
                                    


Siang ini Karina akan menemani Yoga membeli bahan rakitan robot-sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Saat ini mereka berdua sedang di perjalanan menuju toko. Butuh waktu yang cukup lama bagi mereka untuk sampai di toko karena jarak antara kampus dengan toko lumayan jauh, ditambah suasana jalan raya siang ini sangat macet.

Sepanjang perjalanan, Karina tidak berhenti menyalakan kipas mininya untuk meminimalisir rasa gerah. Gadis itu tidak tahan dengan yang namanya gerah dan keringat karena itu akan membuat tubuhnya menjadi gatal-gatal. Selain nyalakan kipas mini, Karina juga menurunkan kaca helmnya agar batu dan polusi dari luar tidak mengenai wajahnya.

Yoga yang melihat tindakan Karina seperti itu pun langsung merasa tidak enak. Harusnya ia tidak usah lewat jalan utama kalau nyatanya macet parah begini. Yoga jadi menyesal. Semoga Karina tidak marah deh.

Selang 20 menit jalanan pun kembali lancar. Setelah motor Yoga melaju beberapa meter, mereka jadi tau penyebab kemacetan panjang yang terjadi siang ini. Ternyata kemacetan ini disebabkan oleh mobil yang mogok di tengah jalan. Jadi pemilik mobil dan beberapa orang harus mendorong mobil itu ke pinggir jalan agar tidak menggangu lalu lintas.

Yoga merungut sebal setelah mengetahui penyebab kemacetan ini. Ingin rasanya ia marah pada si pemilik mobil mogok. Gara-gara mobilnya mogok di tengah jalan, kemacetan jadi panjang, dan Karina jadi tidak nyaman karena harus menahan gerah.

Setelah Yoga melajukan motornya kembali, Karina langsung mematikan kipas mininya. Yoga yang melihat hal itu langsung bernapas lega, artinya gadis itu sudah tidak kegerahan lagi. Tapi ada satu hal yang menyita atensinya, yaitu: Karina tidak berpegangan pada apapun, dan pandangan gadis itu juga sedang menoleh ke sembarang arah. Yoga tersenyum jahil ketika melihat Karina yang seperti itu. Tanpa pikir panjang lagi, lelaki itu langsung meningkatkan kecepatan motornya hingga Karina hampir terjungkal ke belakang.

Karina refleks memeluk tubuh Yoga dengan erat karena ketakutan. Yoga yang mendapat pelukan dari Karina pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ia bisa mencuri kesempatan ini setelah menunggu beberapa menit. Setelah merasa puas dengan pelukan Karina, Yoga langsung mengurangi kecepatan motornya dan ia kembali mengendarai motor seperti semula.

Plak!

"Aw!" Yoga meringis saat mendapat pukulan kencang di bahunya.

"Kamu tuh naik motor pelan-pelan! Untung aja aku langsung peluk kamu! Coba kalo enggak, aku udah jatoh ke belakang!!" Omel Karina pada Yoga. Sedangkan si cowok cuma tertawa kecil saat gadis itu mengomel.

"Haha maaf yak Kayin cantik, tadi aku refleks aja soalnya gak mau dibelakang truk" jawab Yoga.

Memang benar kok, tadi ada truk besar yang berjalan di belakang mereka.

"Tapi jangan ngebut juga! Kalo aku kenapa-napa emang kamu mau tanggung jawab!"

Yoga tertawa kecil. "Iya Yoga salah, jadi maafin Yoga ya Kayin, sekarang Kayin jangan marah-marah lagi nanti cantiknya hilang" ucap Yoga dengan nada yang di imut-imutkan.

Karina yang mendengar suara Yoga yang seperti itu langsung memutar bola matanya karena geli. "Jangan kayak gitu ih! Aku gak suka!"

"Iya-iya maaf Kayin, aku janji gak lakuin lagi kok"

Perdebatan mereka pun berhenti, dan Yoga melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan.

•••

"Kok kamu malah ke sini sih?" Tanya Karina pada Yoga.

Karina bingung kenapa Yoga malah mengajaknya ke cafe, yang mana orang-orang tau kalau cafe itu adalah tempat untuk makan, bukan tempat yang menyediakan barang-barang elektrik seperti kabel, baterai, atau yang lainnya. Sedangkan tujuan awal mereka adalah membeli bahan rakitan robot untuk persiapan lombanya Yoga.

Hate To Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang