The Weird Feeling

50 9 1
                                    


Kondisi Karina sudah lebih baik dari sebelumnya. Kepala yang tadinya berat sekarang sudah ringan. Perut yang tadinya melilit sekarang sudah enakan. Kondisi yang seperti ini menandakan kalau Karina sudah sembuh total. Kalau sudah sembuh, artinya dia sudah bisa beraktivitas kembali.

Mengetahui dirinya yang sudah sehat, membuat Karina ingin mengucapkan terima kasih sebanyak 1000 kali pada Yoga. Karena berkat bantuannya, Karina jadi bisa sehat kembali seperti sediakala. Coba bayangkan kalau kemarin tidak ada Yoga di sana, pasti Karina masih tertidur di taman dalam keadaan sakit. Atau bisa saja Karina diculik oleh orang jahat.

Karina langsung menampar pipinya sendiri, ia baru sadar kalau secara tak langsung ia mengagumi Yoga. Tak lama gadis itu segera merenggangkan otot tubuhnya lalu bangkit dari tempat tidur. Setelah merasa ototnya tidak kaku, Karina merapihkan tempat tidur Yoga yang sempat ditidurinya. Tak lupa ia menyapu lantai kamar lelaki itu yang penuh debu dan kotoran.

Setelah beberes, Karina mengunjungi ruang tamu untuk memastikan apakah Yoga sudah bangun atau belum. Sesampainya disana, Karina melihat Yoga masih tertidur pulas dengan kondisi yang tidak tertutupi selimut. Dengan gerakan tanpa sadar, Karina mengambil selimut dari kamar lalu membuka lipatan selimut tersebut, kemudian ia menutupi tubuh Yoga dengan selimut tersebut.

"Maaf yak, gara-gara gue lo jadi tidur disini" ucap Karina lalu mengusap pucuk kepala lelaki itu.

Tiba-tiba perut Karina berbunyi sangat keras. Gadis itu refleks memegangi perutnya. Untung saja Yoga belum bangun, kalau udah, mau ditaruh dimana muka malunya Karina.

Karina pun pergi ke dapur, mencari apa saja yang bisa dimakan. Tak lama matanya menangkap sebuah bungkus roti dan kaleng selai yang diletakkan di tengah meja makan. Tanpa pikir panjang, Karina langsung mengambil roti tersebut lalu mengolesinya dengan selai strawberry, setelahnya ia makan roti itu dengan lahap.

"Kayaknya lebih enak kalau dipanggang"

"Apa gue panggang aja yang banyak buat sarapan?"

Karina menggantung keputusannya. Ia bimbang apakah dia harus memanggang roti ini untuk sarapan dirinya dan Yoga? Sementara dia belum minta izin pada pemiliknya.

"Ah, panggang aja lah. Urusan dia gak mau biar gue yang ganti rotinya nanti"

Akhirnya Karina pun memutuskan untuk memanggang roti tersebut. Tapi tidak banyak, palingan cuma 4 potong saja. Sisanya ia buatkan sandwich, mumpung ada bahan-bahannya di kulkas.

Karina mengeluarkan sayuran, telur, dan keju untuk membuat sandwich, lalu menyajikan bahan-bahan tersebut dengan telaten. Karina sudah tidak amatir dalam memasak karena gadis itu sudah dilatih memasak sejak usianya 15 tahun. Tujuannya dilatih agar Karina sudah bisa masak sendiri jika ia tinggal jauh dari orang tuanya.

"Apa yang lo lakuin?"

Karina tersentak saat mendengar suara Yoga. Gadis itu pun langsung mematikan kompornya lalu berbalik menatap tuan rumah.

"Ma-maaf, gue lagi buat roti panggang buat sarapan. Maaf banget gue gak izin lo dulu dan lang-"

Perkataan Karina terhenti saat mendengar suara Yoga yang tertawa. "Hahaha gak papa kok Rin. Lanjutin aja. Gue seneng kalo ada yang masakin sarapan"

Karina mengernyit heran. Ini beneran Yoga bilang kayak gitu? Dia gak marah barang-barangnya disentuh orang asing sepertinya?

"Eh-beneran? Gak papa?"

"Gak papa Rin. Gue senang kok kalo dimasakin. Tapi sorry yak gue gak bisa bantu. Gak jago masak soalnya, hehe" ucap Yoga lalu menunjukkan cengirannya.

Karina menggeleng. "Yaudah, duduk di kursi meja makan aja dulu, tunggu makanannya mateng"

"Siap Rin" balas Yoga lalu duduk di salah satu kursi meja makan.

Hate To Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang