~~~"Kalana..."
Hening, seisi ruangan kini terasa seperti kotak kosong tak berpintu yang tak mengizinkan siapapun untuk keluar darinya.
Dari ratusan kali akting konyol yang pernah Kalana lakoni bersama seorang laki-laki bernama Ceilo, kali ini adalah untuk pertama kalinya Kalana berdoa semoga akting mereka berjalan mulus tanpa hambatan apapun. Tetaplah menjadi asing, tak saling mengenal satu sama lain, begitulah yang tadinya Kalana rapalkan dalam hati ketika ia pertama kali kembali melihat netra coklat yang biasanya nampak begitu tajam namun kali ini netra itu meringis lirih.
Empat tahun lamanya Kalana terbebas dari tajamnya netra Ceilo yang terus membelenggu, namun kali ini penjara itu seolah kembali menghampirinya.
Anehnya semuanya berbanding terbalik dari yang Kalana harapkan, sang lelaki justru dengan lantang menyebut namanya tanpa mengalihkan pandang. Apa itu akting? Sang pemeran utama pria kali ini tak mengikuti arahan naskah dan malah berbuat se-enaknya.
"Loh bang Naren kenal sama Kalana?" Suara ceriwis Moreno menarik kembali Kalana pada ruang hampa yang memaksanya untuk segera sadar akan keadaan.
Tolong jangan persulit Kalana di tempat yang tadinya sudah ia anggap begitu sempurna.
Kalana dengan gesit menegakan wajahnya yang sedari tadi menunduk, mengalih tatap pada Moreno yang berada persis disamping mantan kekasih brengseknya.
"Dia bos aku ditempat kerja sebelumnya," sembari melempar senyum manis nya pada Moreno, Kalana segera mengambil alih situasi.
Alasan paling logis yang bisa Kalana utarakan. Bukankah dulu Ceilo memang sering bersikap seolah-olah ia adalah majikan Kalana? Memberi perintah ini dan itu tanpa pandang bulu, jadi Kalana tak sepenuhnya berbohong kan?
Kalana malas menyahut bahwa mereka adalah teman, karena faktanya mereka sama sekali tak pernah berteman.
Apalagi mengakui bahwa pria yang kini berhadapan dengan nya adalah mantan kekasihnya. Tak akan pernah ia lakukan.
"Pak Ceilo apa kabar?" Segera, Kalana juga ingin mencairkan suasana yang tadinya terasa cukup tegang, bagi Kalana saat ini yang terpenting adalah mengendalikan suasana juga agar membuat yang lain tak curiga. Dan Kalana hanya bisa kembali berdoa semoga Ceilo mau bersikap koperatif atas peran yang tengan mereka lakoni.
Beralih, kini Ceilo yang tertunduk. Tersenyum kecut, mengambil nafas sekilas.
Ceilo sudah mendapatkan jawabannya. Jawaban yang sebenarnya sudah Ceilo prediksi sedari awal ia melihat perempuan itu melewati pintu kantornya.
Kalana tak ingin mengakuinya.
Lelaki brengsek macam dirinya memang tak perlu untuk diakui.
"Saya nggak sebaik yang terlihat Kalana. Kamu gimana? Saya harap kamu baik-baik aja." Untuk pertama kalinya obrolan secara formal terjadi antara Ceilo dan Kalana.
Biarlah orang lain yang berada diruangan ini merasa bingung ataupun aneh dengan percakapan antara ia dan Kalana. Meski Kalana mengakui dirinya sebagai tuan perempuan itu dimasalalu, Ceilo tak ingin berbohong. Dirinya memang tak baik-baik saja selepas kepergian Kalana dalam hidupnya.
"Saya baik banget Pak dan saya harap akan terus begitu." Sahut Kalana sembari menyindir dan kali ini berani melempar senyum pada Ceilo.
Kehidupan Kalana sudah sangat baik, tolong jangan kembali dihancurkan apalagi oleh lelaki yang sama.
Kembali, hening sesaat. Para karyawan lain tak ada yang berani menyela. Siapapun pasti sadar ada pembicaraan yang memiliki maksud tertentu dari obrolan bos mereka dengan teman kerja mereka. Meski secara tak kasat mata, bagaimana cara keduanya berbalas sahut terasa sangat aneh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Star (Complete)
RomanceSeperti bintang di langit, Kalanaya tau bahwa Ceilo tidak akan pernah bisa ia gapai karena letak mereka sangat berjauhan dan penuh perbedaan. Hingga suatu hari Ceilo tiba-tiba saja meminta nya menjadi kekasih nya. Kalana bingung karena ia sadar diri...