SELAMAT MEMBACA
.
.
.
.
.Sudah 1 minggu semenjak terungkap nya semua rahasia yang selama ini Tasya sembunyikan. Kini hidup nya sangat bahagia, karna tak ada lagi hal yang ia sembunyikan dari keluarga nya sendiri. Kini Tasya sudah benar-benar menjadi bagian dari Bravaska Sister. Opa dan Oma mereka sudah pergi ke Belanda, karna ada urusan pekerjaan.
Sudah 1 minggu pula Nik di rumah sakit dengan kondisi yang sama. Kritis dan belum sadar. Setiap hari Tasya selalu datang dan menunggu Nik di rumah sakit. Bagaimana pun juga Nik adalah orang yang sangat berati bagi Tasya, walau pun Nik telah berkhianat.
"Mau ke rumah sakit lagi hari ini sya?" Tanya Shani ketika mereka tengah sarapan bersama.
"Iya ci" Jawab Tasya.
"Kenapa kamu masih baik ke Nik? Padahal dia udah berkhianat dan hampir membunuh kamu" Ucap Gracia.
"Bagaimana pun juga, Nik yang selalu ada untuk aku. Nik selalu membantu aku dalam hal apapun." Ucap Tasya.
"Bukan nya karna ka Tasya suka sama abang Nik?" Ucap Chika.
Wajah Tasya pun memerah dan tak mampu menjawab ucapan Chika.
"Hussh, anak kecil kok ngomong nya suka-suka an" Ucap Shani.
"Ya kan itu opa yang bilang" Jawab Chika.
"Udah mending kita berangkat sekolah" Ucap Tara.
"Kita berangkat sekolah dulu ya sya. Kamu hati-hati pergi ke rumah sakit nya. Kabarin cici kalau ada apa-apa. Nanti kita nyusul ke rumah sakit setelah pulang sekolah" Ucap Shani.
"Iya ci, kalian juga hati-hati berangkat ke sekolah nya" Ucap Tasya.
Bravaska sister pun berangkat ke sekolah, terkecuali Tasya. Ia melajukan motor nya menuju rumah sakit tempat Nik di rawat.
Sebelum ke rumah sakit, Tasya mampir sebentar ke toko bunga. Semenjak Nik di rawat, setiap hari Tasya selalu mampir dan membeli bunga di toko ini. Ia selalu membeli setangkai mawar merah.
Setelah membeli bunga, ia pun kembali melajukan motor nya menuju rumah sakit.
Sesampai nya di rumah sakit, Tasya langsung pergi ke ruang Icu, tempat Nik terbaring.
Tasya memasuki ruangan dengan menggunakan baju khusus. Di ambil nya setangkai mawar merah yang kemarin ia letak kan di samping Nik. Bunga itu telah layu, ia pun mengganti bunga tersebut dengan bunga yang baru saja ia beli. Lalu ia duduk di kursi yang ada di samping brankar.
Tasya memengan tangan Nik yang tak terdapat Infus.
"Cepet sadar ya, 𝘐'𝘮 𝘸𝘢𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘺𝘰𝘶 𝘣𝘦𝘤𝘢𝘶𝘴𝘦 𝘪 𝘮𝘪𝘴𝘴 𝘺𝘰𝘶 𝘴𝘰 𝘮𝘶𝘤𝘩, 𝘢𝘯𝘥 𝘪 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘕𝘪𝘬." Ucap Tasya sambil mengelus pelan tangan Nik.
Tasya selalu mengajak ngobrol Nik, berharap ia merespon dan segera siuman. Namun seperti nya Nik masih nyaman dengan tidur nya
Setelah puas mengobrol dengan Nik. Tasya pun keluar sebentar untuk membeli makanan. Tasya membeli makanan tepat di sebrang rumah sakit.
Setelah membeli makanan dan beberapa jajanan untuk diri nya. Tasya pun kembali ke rumah sakit.
Tasya menitip kan makanan nya kepada anak buah nya yang ia perintah kan untuk mejaga Nik.
Lalu ia kembali memasuki ruangan dan duduk di kursi sambil mengelus tangan Nik. Lama- kelamaan Tasya merasa ngantuk, ia pun tertidur dengan posisi duduk dengan kepala yang ia letak kan di brankar.Tanpa Tasya sadari, Nik telah sadar dan melihat Tasya sedang tertidur di samping nya. Tangan Nik pun terulur untuk mengelus pucuk kepala Tasya.
Tasya yang tidur nya merasa terusik pun akhir nya terbangun, hal pertama yang ia lihat adalah Nik yang telah sadar dan sedang tersenyum ke arah nya. Tasya yang tak percaya pun mengucek mata nya. Ia kira ini hanya mimpi.