BT 10+

27 3 0
                                    

Sutttt, bijak dalam membaca ya🤧✌️

___________

Dengan semangat, malam ini aku akan menemani dan membantu Mas Erlangga juga satu temannya yang ternyata Diman. Mereka berdua melakukan itu di belakang ku, sungguh terlalu! Hanya aku yang tidak diberi tahu tentang hal ini.

Tapi tidak apa-apa, pada akhirnya aku juga tau kan?

Tempat jualan Mas Erlangga berada di pinggir jalan, di atas gerobak panjang sudah terdapat begitu banyak macam sosis beragam bentuk dan rasa. Juga beberapa macam mie goreng.

Para pembeli, hanya cukup mengambil wadah yang sudah disediakan dan memasukkan apa yang dipesan kedalam sana. Mas Erlangga menyusun tema prasmanan, mengikuti trend yang sedang viral belakangan ini.

Aku dan Mas Erlangga yang bertugas membakar, sedang Diman bertugas menyeduh mie yang rasanya akan berbeda karena ditambah oleh resep rahasia katanya.

Bisnis ini di bangun bersama oleh Mas Erlangga juga Diman, mereka bekerja sama. Mas Erlangga yang menyiapkan tempat berjualan, sedang Diman menyiapkan tempat untuk menyimpan segala bahan jualan. Jika berbelanja, mereka melakukannya bersama.

Untung yang di hasilkan akan di bagi dua, sama rata.

"Kalau capek duduk aja," bisik Mas Erlangga ditengah-tengah kesibukan kami melayani pembeli.

Aku menggeleng. "Enggak capek kok, malah seru banget."

"Senna, tolong anterin ini dong."

Aku menoleh pada Bang Diman, kemudian mengangguk. "Iya!" teriakku dan segera berjalan cepat menghampiri nya.

Setelah Diman menunjuk tempat dimana orang yang memesan, aku segera beranjak sambil membawa baki berisi lima piring mie nyemek. Dengan senyuman mengembang, aku meletakkan semua pesanannya di atas meja yang berada di tengah-tengah mereka.

"Selamat menikmati," ucapku ramah.

"Iya, terimakasih."

"Kalau yang jualan bening begini, tiap hari kita kemari."

"Hahahaha bener lu."

"Nemu dimana si Erlangga Bini secantik ini?"

"Tau tuh, tapi gak mungkin dari undian sih."

"Hahahaha, anjir lu Son!"

Aku hanya tersenyum kecil mendengar ucapan para kumpulan lelaki itu, setelahnya aku pamit. Kembali berjalan menghampiri gerobak, tatapan ku dan Mas Erlangga sempat bertemu.

Aku melemparkan senyum, mengangkat tangan kanan yang terkepal ke depan dada. "Semangat," ucapku tanpa menimbulkan suara.

***

Pukul satu dini hari kami baru sampai di rumah, setelah membersihkan diri di kamar mandi aku segera merebahkan tubuh di kasur. Walau hanya berdiri diam didepan pembakaran namun rasanya begitu capek, ah mungkin karena aku baru merasakan bagaimana lelahnya bekerja.

Terlepas dari itu, aku juga senang karena jualan kami habis tak tersisa. Yang menjadi pembeli kebanyakan laki-laki, kata Bang Diman mereka adalah teman-teman balapan Mas Erlangga waktu dulu. Mereka semua nampak kompak dan saling mendukung, bahkan tidak sedikit dari mereka yang membawa pacarnya.

Mereka bilang akan mempromosikan pada teman-teman dan keluarga, juga akan meposting di sosial media. Semoga saja dengan cara itu, usaha Mas Erlangga semakin maju dan menguntungkan.

Aamiin.

"Capek kan? Udah di bilang diem aja gak usah ngikut."

Aku menoleh kearah Mas Erlangga yang baru merebahkan tubuhnya disamping ku. "Dimana-mana yang namanya kerja, pasti capek Mas. Tapi aku suka, seru banget."

Benang Takdir [T A B I R C I N T A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang