BT 29

18 2 0
                                    

POV AUTHOR CANTIK

Sepanjang menuju rumah sakit, Adit terus memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Tak ayal dia juga menyalip beberapa kendaraan yang berada di depannya, Adit tidak menghiraukan bunyi klakson pengendara lain ataupun teriakan sumpah serapah dari pejalan kaki yang hampir saja tertabrak olehnya.

Di pikiran Adit, dia harus sampai ke rumah sakit secepatnya. Sungguh, Adit tidak mau terjadi apa-apa pada Azusenna dan calon anaknya. Untung sekali, jalanan setelahnya tidak terlalu macet dan cukup memudahkan Adit sampai di sebuah rumah sakit besar dengan secepat yang dia bisa.

Dengan tergesa-gesa Adit keluar dari mobil, membuka pintu penumpang di samping nya. Menarik tubuh Azusenna kemudian menggendong nya. Pria berkacamata yang wajahnya diliputi rasa khawatir langsung berjalan cepat masuk ke dalam Rumah Sakit, Adit terus berteriak memanggil dokter maupun suster, sampai-sampai kini dirinya menjadi tontonan orang-orang.

Seorang perempuan cantik berseragam dokter langsung menghampiri pria yang masih berteriak itu, beberapa perawat juga terlihat mulai mendekat sambil mendorong brankar kosong. 

"Ada apa?" 

Adit menoleh, mata perempuan cantik itu membulat. "Adit?"

"Mbak Lusi, tolong Mbak. Di-dia sakit, perut. Perutnya sakit, di-dia sedang hamil. To-tolong aku Mbak," cerca Adit dengan gugup, menatap anak dari Kakak ibunya.

Lusi segera menepis rasa keterkejutannya, perempuan itu juga menahan pertanyaan tentang siapa perempuan yang adik sepupunya bawa dalam gendongan di tenggorokan. Ah pikirannya tiba-tiba berkecamuk, Lusi jadi ikutan panik dibuatnya.

"Cepat, cepat bawa ke ruang gawat darurat!" teriak Lusi.

"Ba-baik Dok!"

Adit membaringkan tubuh Senna di brankar kosong, lelaki itu ikut mendorong brankar nya agar bisa lebih cepat sampai di ruang gawat darurat. Keringat sebesar biji jagung membanjiri pelipis Adit, jantung nya bertalu-talu dengan mimik wajah semakin khawatir.

Entah apa yang terjadi padanya, tapi perasaan khawatir ini, perasaan takut terjadi sesuatu pada Senna juga calon bayinya begitu membuncah dalam hati. Tangan Adit terulur, membelai sisi wajah Azusenna dan menggenggam erat sebelah tangannya. 

Dan sekarang, Adit sudah melanggar peraturan yang Azusenna berikan. Adit sudah melanggar batasan-batasan yang Azusenna tetapkan. Rasa khawatirnya membuat dia melupakan itu semua, rasanya Adit ingin menangis saat ini juga.

"Bertahan, kamu pasti bisa. Bertahan Senna!" gumam Adit dengan suara bergetar.

Semua yang terjadi tidak luput dari pandangan Lusi, rasa penasaran semakin besar pada perempuan yang Adit bawa. Lusi ingin tahu, punya hubungan apa mereka? Apakah sepupunya yang gampang di bodohi itu kembali menemukan perempuan seperti mantan-mantannya dulu. Yang katanya mencintai Adit, namun nyatanya hanya ingin uangnya saja.

Entah mengapa, seorang manager perusahaan besar seperti Aditiya Pratomo sekaligus anak dari pengusaha hotel berbintang yang tersebar di seluruh kota, bisa dibutakan oleh yang namanya cinta. Lusi jadi gemas sendiri menyaksikan bahkan memantau perjalanan cinta sepupunya itu.

Setelah sampai di depan pintu ruang gawat darurat, Lusi menahan Adit agar tidak ikut masuk walau lelaki itu sempat memaksa namun akhirnya dia menurut. Bersamaan dengan pintu yang mulai di tutup, rasa gelisah juga semakin menyelimuti dirinya.

Di depan pintu, dengan dada bergemuruh hebat, Adit berjalan mondar-mandir. Kedua tangan besarnya saling bertaut, sungguh Adit tidak pernah merasa sepanik ini selama hidupnya. Namun entah mengapa, Adit begitu khawatir dengan keadaan Senna. Bukan Senna saja, Adit juga khawatir dengan calon bayi dari istri temannya itu. 

Benang Takdir [T A B I R C I N T A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang