BT 36 (A)

23 4 3
                                    

Part Pendek.

"Kamu gak papa?" tanyaku ragu.

Sudah hampir dua puluh menit aku dan Evalia saling diam, duduk bersebelahan di sebuah taman tidak jauh dari tempat mangkal jualan. Dari samping bisa ku lihat wajah Evalia yang nampak lelah, bahkan seperti menyimpan beban. Berkali-kali juga ia menarik nafas dan menghembuskan nya.

Tidak lama kemudian, tetesan bening berjatuhan di mata kanannya. Aku tertegun saat Evalia menoleh dan langsung memeluk ku erat, aku hanya bisa diam. Ingin bertanya, rasanya tidak berani. Walau begitu aku juga penasaran apa yang terjadi?

Apa ada masalah dalam pernikahan Evalia dan Elang? Ku pikir iya, mengingat mereka menikah karena di jodohkan. Sudah pasti banyak perbedaan yang dipaksa harus saling memahami dan mengerti. Menerima satu sama lain.

Seperti aku dan Mas Erlangga dulu.

"Aku capek ...." lirihnya terdengar putus asa.

Ku usap punggung nya pelan dan mengangguk. "Ada apa? Kamu gak papa, Eva?"

Tidak ada jawaban, Eva justru menjauh. Perempuan yang selalu cantik dengan penampilannya yang begitu menawan bak model profesional itu, mengusap air matanya dengan anggun.

Eva tersenyum, ia menatapku. "Aku pernah curi dengar, katanya kamu sedang hamil ya?"

Kenapa dia bisa tahu? Kata Mas Erlangga, tidak ada yang boleh tahu tentang kehamilan ku. Terutama keluarga nya. Tapi sekarang, Eva sudah tahu. Apa tidak masalah? Mas Erlangga marah tidak ya?

"Tenang saja, hanya aku yang tahu kok." Evalia berbisik sambil mengedipkan sebelah matanya.

Ku hembuskan nafas lega lalu balas tersenyum. Syukurlah jika hanya Eva yang tahu, aku takut Mama atau Papa juga mengetahuinya. Bisa panjang urusan ku dengan mereka, aku juga takut terjadi apa-apa.

Akhir-akhir ini kenapa aku suka sekali berpikir berlebihan ya.

"Kamu sama Elang, gimana kabarnya?"

Evalia terdiam sejenak kemudian tersenyum manis. "Biasa aja. Eh, dua hari lagi Erlangga bakal tunangan, kamu tahu kan?"

Aku mengangguk ragu. "Iya, Mas Erlangga bilang sama aku."

"Kamu mau gak liat? Nyamar aja, aku pernah denger kalau Erlangga sama Elang mau ngerencanain sesuatu." Evalia mendekat, dan kembali berbisik. "Aku tahu kok, kejahatan Om William."

Mataku membulat sempurna, jadi Eva juga tahu ya?

"Gimana, mau tidak?"

Aku terdiam, meliriknya sejenak. Sebenarnya aku mau datang ke acara itu, tapi, hati ini pasti akan merasakan sakit jika melihat Mas Erlangga juga Jolie bertukar cincin. Kalau tidak, aku akan sangat penasaran dengan apa yang akan terjadi disana.

Tiba-tiba jantung ku berdebar kencang, rasanya takut jika rencana mereka gagal.

"Hei, malah bengong! Mau?"

Aku menoleh. "Apa gak papa Va?" tanyaku ragu. "Aku takut, Mas Erlangga marah."

"Sutttt, kita diem-diem aja. Ok?"

______________________________

Ku hembuskan nafas berat, menyeret langkah cepat ke luar kamar. Sedari tadi pintu di ketuk berkali-kali, apa Mas Erlangga tidak mendengar nya ya. Lagian, siapa yang bertamu selarut ini.

"Mas, ada tamu!" teriak ku, menatap punggung Mas Erlangga yang sedang sibuk di depan kompor.

Pantas saja tidak dengar, di telinga nya terdapat earphone. Pasti sedang mendengarkan musik. Dengan menahan kesal dan bibir manyun aku mendekat, menarik-narik bajunya.

Mas Erlangga menoleh dan langsung membuka earphone nya. "Kenapa hem? Nasi gorengnya belum mateng, katanya mau makan nasi goreng buatan gue."

"Iya tau, tapi itu, ada yang ngetuk-ngetuk pintu. Kamu gak denger?"

Kening Mas Erlangga mengerut. "Masa?"

"Ck, iya. Cepetan liat!" titahku keras dan langsung mendorong punggungnya setelah mematikan kompor.

"Iya Sayang, bentar napa. Cemberut mulu, senyum dong biar makin cantik."

Mas Erlangga mencolek daguku sambil memainkan alis, aku mendengus dan mengabaikan godaannya. Dia jadi banyak ngeselin nya sekarang, ihhh!

"Iya bentar!" Mas Erlangga berteriak, membuka pintu tanpa mengintip nya terlebih dulu.

Aku segerakan bersembunyi di belakang punggung suamiku, takut-takut jika yang datang adalah orang jahat atau orang suruhan Papa yang tahu tentang kita. Tapi, semua pemikiran itu sirna saat melihat dua orang lelaki ber jaket kulit berwarna hitam, tengah berdiri dengan gagah di hadapan kami.

Salah satunya mengulurkan tangan, yang langsung disambut oleh suamiku.

"Saya Garendra, polisi yang akan bekerjasama dengan Anda."

Hah, polisi?

TBC

Maaf baru up, aku lagi sibuk kerja
Makasih buat yang selalu nanyain, love banyak2

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Benang Takdir [T A B I R C I N T A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang