BT 16

27 3 0
                                    

Lebih rame di apk lain, dari pada disini😭🙏

***

"Mas?"

Mas Erlangga yang sedang duduk di sofa menoleh menatapku, asap rokok menghembus dari hidung dan mulutnya. Sebelah alis Mas Erlangga terangkat.

"Kenapa ke bangun?"

Aku menunduk dan menggeleng. Menyadari dia tidak ada di kamar dan tidak berbaring di sampingku, membuat hati ini langsung dilanda rasa panik dan cemas. Ku pikir, Mas Erlangga berubah pikiran dan lebih memilih Jolie yang jauh lebih cantik.

Dia yang memang berada jauh di atas sana, sedang aku jauh dibawah nya.

"Sini!"

Aku melirik suamiku, dengan pelan aku melangkah mendekat. Menerima uluran tangan Mas Erlangga yang mengambang di udara. Dia menarikku, hingga tubuh ini langsung duduk di atas paha kirinya.

Dengan tangan besarnya, dia menyandarkan kepalaku di pundak lebarnya. Tangisku langsung pecah saat Mas Erlangga mulai membelai rambutku dengan lembut, langsung saja ku peluk pinggangnya erat.

Menumpahkan air mata dalam dekapan Mas Erlangga, malah terasa semakin membuat hatiku takut dan gelisah. Apa dia, yang sedang ku peluk ini akan pergi suatu saat nanti? Apa dia, pria yang mulai membuatku jatuh ke dalam jeratan nya akan meninggalkan ku suatu hari nanti?

Apakah kebersamaan ini akan sampai pada titik akhir? Perjalanan yang sudah ku lewati bersamanya, apa akan menjadi sia-sia? Perjuangan kami, apa akan hancur begitu saja?

Hatiku, apa dia akan menghancurkan hatiku menjadi kepingan-kepingan yang tidak berarti?

Ya Rabb, baru ku bayangkan saja sudah membuat dadaku sesesak dan sesakit ini. Apa yang ku takutkan jika kami meneruskan kisah ini, sudah mulai terlihat begitu jelas. Apa aku bisa bertahan? Apa dia akan tetap menjadi milikku?

Aku hanya perempuan biasa, seorang yatim piatu. Tidak berpendidikan tinggi, bahkan tidak memiliki gelar. Aku hanya manusia tidak berarti, mati sekalipun mungkin tidak ada yang akan peduli.

"CK! Udah gak usah nangis, berisik!"

Dia memang tidak pernah mengerti, jika saat ini aku sedang ketakutan.

"Nanti, ada yang niruin. Udah malem lho ini. Hayoo gimana?"

Aku menggeram, memukul dada nya dengan kesal. "Apasih Mas?!"

Bukannya menenangkan diri ini, dia malah menakut-nakuti. Dasar nyebelin!

"Makanya diem. Kenapa sih, cewek hobinya nangis, marah, nangis, marah, gitu aja terus. Gak ada yang lain apa?!"

Aku mengusap pipi. "Ada, ngomel."

Terdengar Mas Erlangga terkekeh. Tubuhku ikut bergerak maju saat dia menyimpan puntung rokok di asbak dan kembali mengambil satu dari bungkunya.

"Kata orang, laki-laki kalau banyak pikiran pelampiasannya rokok. Kamu lagi banyak pikiran, Mas?" tanyaku pelan sambil mendongak menatapnya.

Pergerakan Mas Erlangga yang hendak menghidupkan pemantik api terhenti, dia menyimpan kembali dua benda itu ke atas meja kemudian menatapku.

"Kalau gak ngerokok, mulutnya pait. Bukan banyak pikiran," bantahnya.

Benarkah? Kenapa tidak makan permen saja? Lagian, keseringan merokok kan tidak baik untuk kesehatan. Sudah lama aku ingin menasehati Mas Erlangga, tapi selalu tidak jadi, karena takut dia akan marah.

"Lo kenapa nangis? Mikirin masalah di resto?"

Aku mengangguk jujur, dia menghela nafas dan terdiam.

"Aku takut, kamu bakalan ninggalin aku dan lebih milih Jolie," cicitku pelan.

Benang Takdir [T A B I R C I N T A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang