BT 25

23 2 0
                                    

Haii, holaa. Vote nya🗿

•••

Siang ini, aku dan Mas Erlangga sedang berbelanja di supermarket. Aku memilih berbagai macam cemilan juga bahan-bahan dapur yang sudah habis, cukup banyak aku membelinya karena Mas Erlangga bilang untuk stok satu Minggu.

Alhamdulillah, setelah kembali berjualan, keuangan kami kembali membaik. Aku sangat-sangat bersyukur, semoga seterusnya akan seperti itu.

Setelah selesai dengan pembayaran, kami segera keluar menuju mobil yang terparkir. Mas Erlangga menaruh semua barang belanjaannya di belakang, sedang aku masih menunggu dan belum naik mobil karena tiba-tiba aku ingin membeli air kelapa muda.

Mas Erlangga bilang, dia berjanji akan membelikan nya untuk ku.

"Yuk?" Dia mengulurkan tangannya, aku tersenyum dan segera menggenggam nya erat.

Kami berjalan menyusuri jalan, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Akhirnya aku melihat gerobak penjual es kelapa muda, tepatnya berada di sebrang jalan. Baru saja ingin menyebrang, tiba-tiba ada seseorang yang menarik kerudung ku dari belakang.

Aku berteriak kesakitan, dan langsung menoleh ke belakang setelah Mas Erlangga terlihat mendorong orang yang menarik kerudung ku.

Mata ku membulat dengan jantung berdegup kencang saat melihat tubuh Airini duduk diatas aspal, perempuan yang mengenakan pakaian sedikit lusuh itu menatapku penuh amarah. Dia segera bangkit dan hendak mendekat padaku, namun lagi-lagi Mas Erlangga mendorongnya.

"Lo apa-apaan sih?!" teriaknya marah sambil melindungi ku. "Dasar gila!"

"Lo yang gila! Udah puas?! Udah puas kalian buat hidup gue kayak gini hah?!" teriak Airini kesetanan sedang aku hanya terdiam.

Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Kenapa keadaan Airini sangat memprihatinkan? Dan ... dimana paman juga bibi?

"Airini kenapa? Mana paman sama bibi?" tanyaku takut-takut.

Airini menunjuk ku. "Diem Lo! Gara-gara Lo, orang tua gue mati kelaparan!"

Ya Allah, astaghfirullah. Benarkah yang ku dengar ini? Tapi kenapa? Sudah lama aku terus berusaha mencari dan menghubungi mereka lewat sosial media, tapi tetap tidak bisa. Lalu dengan tiba-tiba Airini bertemu denganku dan menyampaikan hal seperti itu.

Apa ini kenyataan? Atau dia hanya berbohong.

"Tapi ... kalian kemana?" tanyaku dengan suara bergetar. "Tetangga depan rumah paman bilang, kalian pergi dari rumah."

"Iya, semuanya kacau gara-gara Lo! Gue benci sama Lo Senna, dasa jalang! Anjing Lo!"

Lagi-lagi Airini hendak menyerang ku, namun dengan cepat Mas Erlangga mencengkram erat tangan nya kemudian dia hempaskan kasar. Aku hanya menunduk, mengusap air mata yang mengalir.

Aku masih tidak percaya, benarkah paman dan bibi sudah tidak ada?

"Heh, kenapa malah bawa-bawa istri gue?! Yang punya masalah Lo, kenapa nyalahin orang lain?!"

"Diem Lo! Urusan gue sama Senna, bukan sama pecundang kayak Lo!"

"Senna istri gue, urusan dia, urusan gue! Gue gak akan biarin Lo nyakitin dia, ngerti?!"

Airini terus memberontak, berusaha melepaskan cengkraman Mas Erlangga. Melihat banyak pasang mata yang mulai menyaksikan keributan kami, segera aku berusaha melerai kedua orang itu.

Hingga tiba-tiba, Airini sekuat tenaga mendorong Mas Erlangga hingga terduduk di atas aspal kemudian menarik tanganku kasar dan menyeretnya. Tentu saja aku berontak dan takut, keadaan Airini tidak baik-baik saja. Aku takut dia berbuat macam-macam.

Benang Takdir [T A B I R C I N T A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang