BT 30

18 1 0
                                    

Hallo🙄🫦

Melihat itu, Lusi tersenyum miring. "Kamu mencintai Senna kan, Adit?"

Beberapa detik, rasanya Adit tidak bisa bernafas mendengar pertanyaan dari Lusi. Dirinya semakin gugup, bagaimana dia harus menjawab? Atau sekedar membantah. Rasanya mulut Adit tidak dapat berucap, bibirnya kelu.

Adit tidak bisa menjawab tidak, karena sebenarnya .... Setelah dua bulan terakhir mereka bersama walau hanya sekedar berinteraksi lewat obrolan, tiba-tiba rasanya cinta itu mendadak menyusup kedalam relung hatinya.

"Dit, Senna istri teman kamu. Seperti yang kamu bilang, Senna istri Erlangga!" tekan Lusi setelah tidak mendapatkan jawaban apapun.

Lusi semakin yakin, jika Adit memang benar-benar mencintai istri temannya itu.

"Tapi Mbak, Erlangga tidak mengingat Senna. Dia bahkan tidak berusaha mencari tahu, selama ini Senna kesulitan Mbak. Hanya aku yang selalu membantu dan menanyakan bahkan menyaksikan perkembangan kandungan nya, apa salah jika aku menyimpan rasa?"

Lusi menghembuskan nafas berat, perempuan itu menyandarkan punggungnya di kursi dan kembali memijat pangkal hidung bangirnya. Lelaki satu ini, kisah cintanya selalu membuat dirinya pusing.

Memang serumit itu. Ya Tuhan.

"Sudahlah, terserah." Lusi berdiri sambil kembali memakai kacamata nya. "Mbak mau laporan dari setiap Senna chek up, mbak takut rumah sakit yang Senna kunjungi tidak sebesar rumah sakit ini. Bisa jadi hasil pemeriksaannya tidak akurat, karena janin yang Senna kandung kurang berkembang."

Adit mengangguk. "Aku akan segera memberikannya, tolong Mbak, berikan penanganan terbaik untuk Senna dan calon anaknya. Aku mohon."

"Hem."

Senyum kecil terbit di wajah Adit, lelaki itu ikut berdiri. "Aku akan mencarinya di rumah Senna, tolong jaga Senna untuk ku ya Mbak?" pintanya.

Lusi mengibaskan sebelah tangan. "Hem. Sudah sana!" usir Lusi sedikit kesal.

"Terimakasih, Mbak."

"Iya!"

Adit yang baru berjalan beberapa langkah kembali menoleh pada Lusi, sedang sang empu menghembuskan nafas lelah. Menatap Adit dengan malas, apa lagi yang lelaki itu inginkan?

"Tolong jangan kasih tahu Mami ya, Mbak?"

Lusi berdecak, memang setiap Lusi memergoki Adit sedang menjalin hubungan dengan perempuan jadi-jadian. Lusi selalu menyembunyikan nya dari Tante nya, Lusi juga tidak mau jika Tante Exalis terkejut atau mungkin serangan jantung.

Apalagi sekarang, bisa pingsan Tante Exalis jika mengetahui anaknya mencintai istri orang.

"Iya, sudah sana!"

POV AZUSENNA

Mataku mengerjap pelan menyesuaikan, bau obat-obatan langsung menusuk indera penciuman ku. Tangan kanan ku juga terasa sakit dan kebas. Sebenarnya aku dimana?

Dengan pelan ku sapu setiap sudut ruangan ini, perlahan pandanganku kembali normal tidak buram seperti tadi. Aku terdiam saat melihat sosok Adit sedang duduk di samping tempat tdiurku, dia nampak tersenyum lebar.

"Senna?" panggilnya lirih.

Kembali aku memejamkan mata, berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Namun, rasa pening malah kembali menyerang membuatku tidak tahan untuk tidak meringis.

"Azusenna, kamu kenapa?"

"Mbak? Senna sudah sadar!"

Saat mataku kembali terbuka, ku lihat seorang perempuan cantik berjalan mendekat dengan seragam dokter. Tunggu, dokter? Apa aku sedang di rumah sakit?

Benang Takdir [T A B I R C I N T A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang