Degub jantung Abian berpacu lebih cepat dari biasanya, keringat dingin mulai menyeringai di pelipis matanya."K-kalau boleh tahu perempuan itu siapa Abi?. Tanya Abian
"Ayumi". Jawab kiai Ahmad
"A-yumi? Ayumi Abi?.
"Iya, Ayumi Nur Asyifa"
Apa Ayumi sudah tahu soal perjodohan ini Abi?. Tanya Abian
"Belum, orang tuanya berpesan pada pamannya agar diberitahu mendekati kepulangan Ayumi nanti". Jawab Kiai Ahmad
"Baik Abi". Ucap Abian
"Jadi kamu setuju?". Tanya Kiai Ahmad
"Kalau Abi dan Umi Ridho InsyaAllah Abian terima".
"Umi, kok Kak Bian kayak sedih gitu ya?". Bisik Aisyah pada Uminya
"Hussst diam ndok". Ucap Nyai Maryam
"Nak, apa ada wanita lain yang sudah mengisi hatimu". Tanya Nyai Maryam
"Di kalangan Ustadz nama Ayumi selalu jadi topik, bahkan sahabat Bian sendiri pernah melamarnya Umi. Dia Ustadz Ghifar Umi, saat itu alasannya menolak katanya ingin memperbaiki diri dulu, dia belum siap untuk menikah". Jelas Bian
"Petanyaan Umi tadi, apa ada wanita lain yang mengisi hatimu nak?". Tanya Nyai Maryam
"Hatimu condong ke yang mana nak?". Tambah Kiai Ahmad pada putranya.
"Awalnya Bian kagum dengan caranya menjaga diri dan niat mau berubah itu, semakin kesini Bian ingin memperbaiki sesuatu yang kurang di diri orang lain Abi". Ucap Bian.
"Abi dan Umi tidak perlu tahu siapa dia, yang jelas apapun keputusan Abi dan Umi saat ini, Bian yakin itu sudah Takdir Allah untuk Bian".
"Bismillah, Bian terima perjodohan ini Abi, tapi tolong jangan beri tahu siapapun sampai waktunya tiba". Tambah Abian
"Baiklah nak, Abi akan kabari paman Ayumi sekarang". Ucap Kiai Ahmad
Obrolan mereka berakhir, Bian memilih masuk ke kamarnya. Bayang-bayang Salwa yang menyemangatinya tadi terus mengantui.
"Saya yang menyuruhnya untuk jangan menangis, saya juga yang akan membuat dia menangis nantinya". Lirihnya*********
Pagi ini semua santri disibukkan dengan persiapan kemah tahunan yang akan berlangsung besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Jalur Pesantren
RomantizmHal yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya akan terjadi di tengah eratnya hubungan kedua sahabat itu. Bagaimana jadinya jika mereka menyebut orang yang sama dalam doanya. "Ayumi dan Salwa" begitu orang-orang menganal mereka.