Ketika Sasuke dan Sakura terdiam dalam kesunyian saling bertatapan dalam jarak yang sangat dekat bahkan nyaris bersentuhan, ruangan itu tiba-tiba menjadi gelap seketika menambah kesan sunyi yang tadinya sudah tercipta. Sakura terhenti, matanya membelalak sementara tubuhnya kaku oleh kejutan mendadak. Suara pendingin udara yang sebelumnya berdengung pelan kini menghilang, digantikan oleh keheningan total. Kamar itu, begitu megah dan teratur, tiba-tiba berubah menjadi tempat asing yang mengintimidasi.
Sasuke juga terhenti, tetapi tidak seketika seperti Sakura. Ketika semuanya gelap gulita, dia hanya diam sesaat, memandang sekitar sebelum menyadari ada yang tidak beres. "Listriknya padam," gumamnya pelan, hampir seolah berbicara kepada dirinya sendiri.
Namun, sebelum Sasuke sempat memproses lebih jauh, dia merasakan sentuhan dingin di lengannya. Sakura, yang biasanya teguh dan selalu tampak tidak tergoyahkan, kini menggenggam lengan Sasuke dengan erat. Dia tidak berkata apa-apa, tetapi getaran halus dari tubuhnya terasa jelas, dan itu membuat Sasuke seketika sadar akan sesuatu, Sakura takut gelap.
Sasuke melihat sekilas ke arah Sakura, meski dalam kegelapan ia tahu Sakura tidak bisa melihatnya kembali. Genggaman tangan Sakura di lengan Sasuke yang semakin erat, jari-jarinya hampir menusuk kulit pria itu. Napasnya cepat dan tidak beraturan, tanda bahwa Sakura benar-benar terperangkap dalam ketakutannya.
"Sakura," bisik Sasuke dengan lembut, suara yang hampir tak pernah digunakan dalam pertemuan-pertemuan mereka sebelumnya. "Tenanglah. Ini hanya sementara. Listrik akan segera menyala kembali."
Namun, Sakura tidak merespons. Dia masih gemetar, tubuhnya sedikit bergetar dalam ketakutan yang dia tidak bisa sembunyikan, tidak kali ini. Sakura sekarang bukan lagi CEO yang ambisius atau wanita yang penuh emosi. Di tengah kegelapan, dia hanyalah seorang wanita yang tersesat dalam ketakutan mendalam yang sudah lama membelenggunya.
Sasuke melihat Sakura yang begitu rapuh, begitu berbeda dari biasanya, menimbulkan sesuatu yang asing dalam dirinya. Dia tahu, ini bukan saatnya bermain-main atau memanfaatkan situasi.
Perlahan, Sasuke meletakkan tangannya di punggung Sakura, memberinya sentuhan lembut yang dia harap bisa menenangkan. "Aku di sini," katanya lagi, kali ini suaranya lebih pelan, lebih hangat. "Kau tidak sendiri."
Sakura terdiam sejenak, napasnya masih tidak teratur. Ia mencoba berbicara, tetapi suaranya tersekat, terlalu tercekik oleh ketakutannya. "Aku... aku tidak suka gelap," katanya akhirnya, suaranya nyaris tak terdengar, sebuah pengakuan yang mungkin sulit keluar dari seorang wanita sepertinya. Itu terdengar lebih seperti pernyataan daripada permintaan bantuan, tetapi dalam situasi ini, bagi Sasuke, itu sudah cukup untuk memahaminya.
"Tidak apa-apa," Sasuke membalas, menjaga suaranya tetap rendah. Dia tahu Sakura tidak pernah menginginkan bantuan dari siapa pun, apalagi dari dirinya. Namun, kali ini berbeda. Ini bukan tentang bisnis, ini bukan tentang siapa yang lebih unggul dalam persaingan mereka. Di tengah kegelapan ini, semua batasan diantara mereka hilang seketika.
Dengan pelan, Sasuke menarik Sakura lebih dekat, merengkuhnya ke dalam pelukan tanpa mengatakan apa pun. Dia bisa merasakan tubuhnya yang gemetar, meski Sakura tidak memberontak, tidak mendorongnya pergi seperti yang mungkin akan dia lakukan dalam keadaan biasa. Dan Sakura, meskin dalam benaknya masih ada perasaan ragu, Sakura tidak bisa menyangkal bahwa dalam momen ini, dalam keheningan yang menakutkan, Sasuke adalah satu-satunya orang yang bisa memberinya ketenangan.
"Sasuke... Aku.. aku.. takut-" suara Sakura tiba-tiba terdengar, pecah di tengah keheningan yang menggantung di antara mereka. Sakura tidak pernah menunjukkan sisi rapuhnya pada orang lain, apalagi pada Sasuke, orang yang selalu ia anggap sebagai musuh bebuyutannya.
Sasuke tetap diam, tidak ingin memaksanya untuk bicara lebih jauh. Dia hanya mengeratkan pelukannya sedikit, memberi Sakura ruang untuk bernapas, namun tetap menahannya cukup dekat agar Sakura tahu bahwa dia aman. "Kau tidak perlu bilang apa-apa, aku akan tetap disini" jawabnya akhirnya, suaranya dalam dan menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita (SASUSAKU)
FanfictionIni bukan cerita seorang CEO dan gadis polos. Bukan. Tapi ini adalah cerita 2 orang CEO yang saling bersaing dengan kekuatan yang sama kuat dan sama ambisiusnya, dan mungkin saja kamu bisa menemukan kisah cinta rumit diantara persaingan keduanya, mu...