22 - Pengakuan

323 46 6
                                    

Sasuke berdiri di pintu karaoke dengan sorot mata tajam, mengamati Sakura yang setengah tertidur di sofa. Rambutnya berantakan, wajahnya memerah akibat mabuk, sementara Ino yang juga terlihat tidak jauh berbeda, duduk di sampingnya dengan senyum lebar.

"Hei Sasuke.... lama tidak bertemu" ujar Ino meskipun suaranya terdengar samar di tengah deru musik karaoke yang masih mengalun. "Aku tidak tau kau.... dekat lagi dengan Sakura.... Apa kalian berpacaran?" Suara Ino sedikit terputus-putus

Sasuke tidak menjawab. Tatapannya fokus pada Sakura yang terlihat begitu berantakan, berbeda jauh dari sosoknya dimeja kerja yang dingin dan tegas. Langkahnya berat ketika ia mendekati Sakura, kemudian berlutut di depannya.

"Sakura," panggilnya dengan suara yang lebih lembut, mencoba membangunkan wanita itu.

Sakura membuka matanya perlahan, pandangannya kabur. Ketika matanya bertemu dengan Sasuke, senyum aneh muncul di wajahnya. "Sasuke... Kau datang..." gumamnya dengan suara serak, separuh tertawa. "Kau sangat tampan... Seperti biasa..." lanjutnya, matanya mulai terpejam kembali.

Sasuke menarik napas panjang, menahan emosi dan frustasinya. "Kita harus pulang," ucapnya tegas, menyadari bahwa kondisi Sakura semakin buruk.

Dengan perlahan namun tegas, dia mengangkat tubuh Sakura, memapahnya keluar dari ruangan karaoke meninggalkan Ino yang sebelumnya sudah ia telponkan anak buahnya untuk mengantarkan wanita itu pulang.

Sakura mencoba mengangkat kepalanya, tertawa lagi, lalu mulai mengoceh. "Kau... tahu, Sasuke... kau selalu... begitu dingin... dan licik... tapi kau tampan. Hahaha... tampan sekali!" tawanya pecah, sementara Sasuke terus membimbingnya dengan sabar.

Mereka tiba di mobil, dan Sasuke dengan hati-hati membaringkan Sakura di kursi penumpang disebelahnya. Sakura terjatuh ke kursi dengan tawa lembut yang mulai bertransformasi menjadi gumaman aneh. Sasuke lalu mengulurkan tangannya dan menarik sabuk pengaman untuk mengamankan tubuh wanita itu. Meski Sakura sedang dalam keadaan tak sadarkan diri, ia tetap menatapnya dengan penuh perhatian, berusaha memahami ucapan-ucapannya yang kacau. Sasuke menutup pintu dengan hati-hati sebelum masuk ke dalam mobil dari sisi pengemudi.

Begitu mesin mobil dinyalakan, Sakura kembali membuka matanya dengan tiba-tiba, tatapan bingung dan kesal menghias wajahnya. "Sasuke... kau...!" suaranya tiba-tiba meninggi, "Kenapa kau... selalu menyebalkan! Kau pikir aku cemburu? Aku tidak cemburu...!" Teriakannya menggema di dalam mobil yang sempit, membuat Sasuke menoleh sekilas ke arahnya, alisnya berkerut mendengar ucapannya.

Sasuke tetap diam, memfokuskan diri pada jalanan malam yang sepi. Namun, Sakura tak berhenti. Dia menoleh ke arah Sasuke, ekspresi wajahnya berubah lagi, kali ini lebih lembut, hampir kekanak-kanakan. "Tapi... Sasuke... Kau tahu tidak? Kau... selalu membuatku pusing..." Sakura mengulurkan tangan, seolah ingin menyentuh wajahnya, tapi tangannya hanya terjatuh lemah ke pangkuannya. "Tampan... tapi... brengsek..." gumamnya sambil tertawa pelan.

Sasuke menghela napas panjang. Di satu sisi, dia khawatir dengan keadaan Sakura yang mabuk parah, tapi di sisi lain, dia tahu percuma untuk meladeni ucapannya sekarang. Dia hanya perlu memastikan Sakura sampai di rumah dengan selamat.

"Aku tidak... butuh kau... Sasuke," Sakura bergumam lagi, kini suaranya terdengar lebih lemah. "Aku bisa... sendiri..." Matanya mulai menutup lagi.

Sakura terdiam sejenak, kepalanya bersandar di jendela mobil, matanya terpejam. Namun, tiba-tiba ia membuka mata lagi dan menatap Sasuke, matanya berkaca-kaca, meski tidak ada air mata yang benar-benar jatuh. "Sasuke..." suaranya tiba-tiba lebih serius, meskipun tetap berantakan, "Kau tahu... aku... aku benci diriku sendiri karena... karena aku..."

Sasuke tidak menoleh, tapi kali ini telinganya benar-benar fokus pada setiap kata yang keluar dari bibir Sakura. Ada jeda panjang di antara kata-kata itu, seolah Sakura sedang berjuang dengan kesadarannya yang terus memudar.

Antara Kita (SASUSAKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang