Sakura duduk di kursi pengemudi, tangannya menggenggam erat stir, sementara pandangannya lurus menatap ke depan. Matanya masih menyimpan sedikit kilatan emosi, antara marah, malu, dan frustrasi. Mobil sport mewahnya melaju dengan kecepatan tinggi menyusuri jalan-jalan kota Tokyo.
Jantungnya masih berdetak lebih cepat dari biasanya setelah pertemuannya dengan Sasuke tadi. Kata-kata pria itu terus berputar di kepalanya. Wajahnya memanas hanya dengan mengingatnya.
"Aku tidak cemburu!" Sakura bergumam keras pada dirinya sendiri, berharap kata-katanya bisa meyakinkan dirinya sendiri. Namun, semakin dia mencoba menyangkal, semakin kuat perasaan itu menyerangnya.
Sakura mendesah panjang, mencoba membuang perasaan aneh yang terus mengganggu. Ia menggigit bibir, matanya melirik kaca spion di mana pantulan wajahnya tampak merah padam. Ia tidak akan membiarkan Sasuke mempermalukannya seperti ini, tidak sekarang atau kapanpun. Ia perlu sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari segala drama ini.
Tanpa berpikir panjang, Sakura meraih ponselnya dan dengan cepat menelepon seseorang. Tak lama, suara ceria dan riang menyambutnya dari seberang.
"Jidat! Tumben nelpon. Ada apa nih" seru Ino dengan nada cemprengnya yang khas, suaranya penuh energi seperti biasa.
Sakura tersenyum tipis, meski kelelahan masih terasa menggantung di ujung suaranya. "Ino pig...." ucapnya mengadu "Aku... butuh sesuatu yang bisa mengalihkan pikiranku."
"Katakan, apa yang terjadi? Siapa lagi yang berani membuatmu marah hari ini?" tanyanya penasaran dan bisa dengan mudah menebak mood Sakura yang buruk dari nada suaranya.
Sakura terdiam sejenak, menggigit bibirnya, mencoba meredam perasaan yang bergejolak di dalam dadanya. Ia belum pernah membicarakan Sasuke kepada Ino, dan tentu saja, sekarang bukan waktunya untuk bercurhat ria tentang itu. Tidak dengan semua kekacauan ini. "Bukan siapa-siapa, cuma... hal-hal yang biasa, kamu tahu kan, kerjaan. Aku cuma butuh... mengalihkan pikiran sejenak," katanya akhirnya, memilih kata-katanya dengan hati-hati. Suaranya terdengar lebih tenang meski perutnya masih terasa seperti diikat simpul.
"Apa kau sedang sibuk?" lanjut Sakura cepat, sebelum Ino kembali bertanya macam-macam.
"Aku baru selesai photoshoot" Ino terdengar antusias. "Shopping? Karaoke? Lets go Jidat!"
"Shopping Karaoke sounds good, Bagaimana kalau kita bertemu di mall jam setengah enam?" balas Sakura akhirnya, bibirnya melengkung tipis, meski bayangan Sasuke dan semua kekacauan yang ia sebabkan masih menganggu pikirannya. Mungkin, menghabiskan waktu bersama Ino bisa memberinya ruang untuk bernapas sejenak.
"Deal! Bersiaplah untuk belanja habis-habisan!" Ino tertawa sebelum menutup telepon, meninggalkan Sakura dengan sedikit senyum di bibirnya.
Namun, setelah panggilan itu berakhir, Sakura merasakan kekosongan kembali mengisi pikirannya. Tak peduli seberapa keras dia mencoba melupakan Sasuke, bayangan wajahnya, tatapannya yang tajam, dan senyum sinisnya terus menghantuinya. Dengan sedikit sentakan, Sakura menarik napas panjang dan mencoba mengendalikan pikirannya. Dia akan melupakan Sasuke, setidaknya untuk malam ini.
..
..Mall Ginza selalu menjadi pusat hiruk-pikuk kehidupan Tokyo, terutama saat sore hari seperti ini. Orang-orang dari berbagai kalangan berlalu lalang di bawah lampu-lampu terang yang menyilaukan, sementara butik-butik mewah memamerkan barang-barang terbaik mereka di balik jendela kaca besar.
Sakura melangkah masuk dengan penuh percaya diri, mengenakan setelan mahal berwarna putih dengan rok pendek diatas lutut serta sepatu hak tinggi yang membuatnya tampak semakin anggun membuat banyak mata tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita (SASUSAKU)
FanfictionIni bukan cerita seorang CEO dan gadis polos. Bukan. Tapi ini adalah cerita 2 orang CEO yang saling bersaing dengan kekuatan yang sama kuat dan sama ambisiusnya, dan mungkin saja kamu bisa menemukan kisah cinta rumit diantara persaingan keduanya, mu...