"Pergi, gak, pergi, gak, pergi, gak. . . Enggak, tunggu lagi lima menit."
[Name] duduk di sofa, merenung beberapa saat pada jari-jarinya yang barusan dia pakai untuk memutuskan pilihannya untuk pergi menjemput Taufan atau tidak.
Masalahnya, ini sudah malam. MALAM. Dan dia belum balik-balik.
Sudah dari sore [Name] dilanda dilema. Harus jemput Taufan atau enggak?
Kalau jemput, apa Tok Aba akan membiarkannya masuk lagi?
Kalau boleh masuk pun, apa dia bakal bisa menjemput Taufan dengan selamat?
Jangan-jangan sekarang Taufan lagi tersiksa? Waduh. Kucing [Name]–
"Pergi aja lah." gumam [Name] memantapkan pilihannya kali ini. Mengambil jaketnya dan bersiap mengenakan sepatu.
Namun pergerakannya terhenti kala melihat rok sekolah yang masih dia pakai sedari tadi pagi.
Um. . setidaknya dia harus ganti rok jadi celana kan?
"Meeow. . ." meong Duri menghampiri. Menatap [Name] seraya menelengkan kepalanya.
Dia lagi tanya [Name] mau ke mana?
"Aku mau jemput Taufan."
"Mreeow. ." meongnya lagi sembari menggeleng.
Gak boleh nih katanya?
[Name] mengusap kepala Duri.
"Harus Duri. Taufan dah kelamaan di sana."
"Mrreemm. . ." Duri tetap menggeleng sembari menggesekkan pipinya ke tangan [Name].
Tangan [Name] lepas dari usapan Duri. Berdiri dari posisinya menuju kamar dan mengganti roknya menjadi celana.
Pakai jaket dan celana panjang. Sep.
[Name] siap untuk pergi.
"Ngeeow. ." Solar datang ke depan [Name].
"Ekhem. Solar–"
"Ngeow. . ." Solar tetap di depannya untuk menghalang [Name].
"Mrreeeew. . ." datang lagi Duri, kali ini bersama Blaze dan Ais. Mereka menghalangi jalan [Name] untuk keluar.
"Blaze. . Ais. ."
"Mrem. ." Ais menggeleng.
[Name] gak peduli. Saat [Name] melangkah satu kali ke depan pintu, Blaze langsung lompat menerkam kaki [Name].
Kaget, reflek mundur karena serangan kecilnya.
"Blaze?!"
"Nroow. . !"
"Aduh Blaze jangan dulu, lepasin–"
"Nrrrww. ."
"Blaze. . ."
Tok tok tok
. . . ?
Heran, jam segini kok– OH! Jangan-jangan Taufan?!
Cepat-cepat [Name] membuka pintu rumahnya. Benar aja, itu Taufan. Tapi kenapa ada Kapten di sebelahnya?
Awalnya sudah senang malah jadi suram karena Kapten itu. huh. . .
"Aku pamit." singkat Kapten, lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Taufan yang berdiri agak kekok.
Setelah kepergiannya, Taufan dibawa masuk. [Name] langsung mengunci pintu rumahnya dan membawa Taufan untuk duduk di sofa.
"Jadi, ngapain aja kau di TAPOPS?"
Taufan menatap [Name], "Pemeriksaan doang, kenapa?"
"Kok lama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Penjaga Y/N
FanfictionKisah nya si reader (Y/N) mempunyai 7 kucing yang sudah bersama nya sejak kecil. Reader (Y/N) sudah mempunyai para kucing ini sejak kehilangan sahabat-sahabat cowok nya saat masih di sekolah dasar. Rupa-rupanya para kucing itu lah sahabat reader (Y...