27

245 50 12
                                    

"Pergi, gak, pergi, gak, pergi, gak. . . Enggak, tunggu lagi lima menit."

[Name] duduk di sofa, merenung beberapa saat pada jari-jarinya yang barusan dia pakai untuk memutuskan pilihannya untuk pergi menjemput Taufan atau tidak.

Masalahnya, ini sudah malam. MALAM. Dan dia belum balik-balik.

Sudah dari sore [Name] dilanda dilema. Harus jemput Taufan atau enggak?

Kalau jemput, apa Tok Aba akan membiarkannya masuk lagi?

Kalau boleh masuk pun, apa dia bakal bisa menjemput Taufan dengan selamat?

Jangan-jangan sekarang Taufan lagi tersiksa? Waduh. Kucing [Name]–

"Pergi aja lah." gumam [Name] memantapkan pilihannya kali ini. Mengambil jaketnya dan bersiap mengenakan sepatu.

Namun pergerakannya terhenti kala melihat rok sekolah yang masih dia pakai sedari tadi pagi.

Um. . setidaknya dia harus ganti rok jadi celana kan?

"Meeow. . ." meong Duri menghampiri. Menatap [Name] seraya menelengkan kepalanya.

Dia lagi tanya [Name] mau ke mana?

"Aku mau jemput Taufan."

"Mreeow. ." meongnya lagi sembari menggeleng.

Gak boleh nih katanya?

[Name] mengusap kepala Duri.

"Harus Duri. Taufan dah kelamaan di sana."

"Mrreemm. . ." Duri tetap menggeleng sembari menggesekkan pipinya ke tangan [Name].

Tangan [Name] lepas dari usapan Duri. Berdiri dari posisinya menuju kamar dan mengganti roknya menjadi celana.

Pakai jaket dan celana panjang. Sep.

[Name] siap untuk pergi.

"Ngeeow. ." Solar datang ke depan [Name].

"Ekhem. Solar–"

"Ngeow. . ." Solar tetap di depannya untuk menghalang [Name].

"Mrreeeew. . ." datang lagi Duri, kali ini bersama Blaze dan Ais. Mereka menghalangi jalan [Name] untuk keluar.

"Blaze. . Ais. ."

"Mrem. ." Ais menggeleng.

[Name] gak peduli. Saat [Name] melangkah satu kali ke depan pintu, Blaze langsung lompat menerkam kaki [Name].

Kaget, reflek mundur karena serangan kecilnya.

"Blaze?!"

"Nroow. . !"

"Aduh Blaze jangan dulu, lepasin–"

"Nrrrww. ."

"Blaze. . ."

Tok tok tok

. . . ?

Heran, jam segini kok– OH! Jangan-jangan Taufan?!

Cepat-cepat [Name] membuka pintu rumahnya. Benar aja, itu Taufan. Tapi kenapa ada Kapten di sebelahnya?

Awalnya sudah senang malah jadi suram karena Kapten itu. huh. . .

"Aku pamit." singkat Kapten, lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Taufan yang berdiri agak kekok.

Setelah kepergiannya, Taufan dibawa masuk. [Name] langsung mengunci pintu rumahnya dan membawa Taufan untuk duduk di sofa.

"Jadi, ngapain aja kau di TAPOPS?"

Taufan menatap [Name], "Pemeriksaan doang, kenapa?"

"Kok lama?"

Kucing Penjaga Y/NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang