21

443 69 28
                                    

"[Name]?"

Yaya tampak khawatir saat melihat [Name] begitu kelelahan akhir-akhir ini.

Apa lagi saat jam pelajaran tadi, hampir saja [Name] dihukum karena mengantuk di kelas. Untungnya bagi [Name], dia tidak terkena hukuman apa-apa karena jam istirahat sudah berbunyi duluan.

Sekarang pun saat diajak makan bersama di kantin, [Name] menolak dengan alasan sakit kepala. Dia langsung melipat tangannya lalu membenamkan wajahnya dan tidur.

Ini membuat Yaya dan Ying khawatir. . .

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aku pulang. . ."

"Meoww!"

"Ngiaww. . !"

"Eramat ulang!" ucap Taufan dengan senang hati.

[Name] berjalan ke sofa panjangnya, meletakkan tas di samping sofa itu dan langsung menghempaskan diri ke sofa itu.

Taufan yang ada di samping [Name] aja kaget melihat [Name] tumbang begitu, apa lagi para kucingnya-

Eh, gak deh. Mereka udah berubah jadi manusia-

Eh-

[Name] menatap satu per satu telinga kucing yang muncul di atas kepala keenam kembaran itu.

Eihh?? Perasaan semalam mereka gak ada deh, kok sekarang telinga kucing dengan ekornya muncul??

Aah. . . gak tau lah. [Name] menutup matanya. Nanti aja itu dipikirkan. . .

"[Name]??" Taufan menoel pipi, hidung, dan dahi [Name]. Merasa terusik, [Name] menepis tangan Taufan. "Jangan ganggu. . ."

Taufan memanyunkan mulutnya.

"Malah?"

[Name] mengerutkan alisnya.

Tunggu. . . perasaan kok ada yang beda dari cara bicaranya?

[Name] bangun, duduk menghadap ke arah Taufan.

"Coba bilang lagi?"

Taufan memandang [Name] sebentar, seolah-olah untuk meyakinkan dirinya dulu suasana hati [Name] lagi seperti apa.

"M-Malah?"

"Malah?"

Taufan mengangguk.

[Name] berpikir.

Malah. . . malah. . .

Ma. . lah. . . ?

"Oohh! Marah??"

Taufan mengangguk lagi.

"Enggak, capek aja kok."

"Oh. . ."

"Kalau aku marah. . . entah lah, udah lama banget aku gak benar-benar marah."

Taufan mengangguk lagi, "Oh. . ."

[Name] menghirup napasnya banyak, lalu menghelanya pelan. [Name] melihat tasnya, lalu mengambilnya dengan setengah hati dan mengeluarkan tumpukan buku ke atas meja beserta dengan kotak pensilnya.

"Aku kerjakan PR, kamu melatih cara bicaramu dulu. Nanti setelah PR-PR ini selesai, baru aku bantu kamu jalan. Gimana?"

Taufan mengangguk lagi.

Ok sep. Saatnya mengerjakan, tenggelam ke dalam lautan soal-soal menyebalkan ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kucing Penjaga Y/NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang