22

430 68 23
                                    

". . . . . . . . . ."

". . . . . . . . . . ."

". . . . . . . . . . . . ."

"Mereka ini. . . kucing-kucing kamu?" beo Yaya. Pastinya heran sekaligus shock.

Melihat ketujuh lelaki bertelinga dan berekor kucing yang awalnya duduk sambil bernyanyi cempreng itu. . .

Benar-benar hal yang sulit dipercaya. . .

"[Name]!?"

Beberapa dari mereka berusaha untuk menghindari tatapan teman-teman [Name]. Telinganya yang ditekuk agak ke belakang bawah. Lalu ekor mereka yang melingkar disekitar mereka, seolah ingin menyembunyikan ketidaknormalan mereka. . .

"Sejak kapan Kucing boleh berubah jadi manusia ni. . ?"

Selang beberapa saat Fang berpikir tadi, dia menebak "Apa mereka mutan juga?"

"Sebanyak dan serasi ini? Gak masuk di akal Fang!" bantah Gopal.

"Nama mereka sama seperti nama kucing-kucingnya?" tanya Yaya.

"Iya. . ." jawab [Name].

"Terus mereka lagi ngapain?" tanya Gopal.

"Aaa. . mereka lagi melatih cara ngomongnya."

"Cara ngomong?"

[Name] mengangguk.

"Selama ini kan mereka kucing, jadi tidak terbiasa buat ngomong. Sekarang karena tau bisa lepas jam mereka untuk jadi setengah manusia, mereka mau belajar cara ngomong dan jalan. . ."

"Ooo. . . pantes. . ." lirih Yaya.

"Jadi karena ini lah kau gak fokus sekolah?"

"Aee. . ."

Jelas, dari kegagapan [Name] pun mereka semua sudah tau jawabannya iya.

Ying menghela napasnya. Menggeleng kepala.

"[Name] kalau ada hal-hal aneh seperti ini, seharusnya kau memberitahu kita secepatnya. Kenapa gak kasih tau?"

"Tapi kalian sendiri bukannya ada awasi aku? Oh ya– aku baru sadar, kalau kalian awasi aku, kenapa mereka gak ketahuan dari kemarin ya. . . ?"

"Karena kami awasi sekitar rumahmu aja, [Name]. Mana mungkin kita sampai mengintip ke dalam rumah oyy! Kita pun sadar lah kau butuh privasi meski Komander kami kata kau tak 'kan ada privasi dalam perlindungan ini." kata Fang.

"O-Oh. . ." [Name] menggaruk pipinya yang tak gatal. Senyumnya yang canggung juga tak luput dari wajahnya.

"Bagaimana kalau gini, kita akan lapor–"

"Eh! Bukannya aku dah cerita kalau mereka gak mau identitasnya dikenal? Kalian lapor ya pasti langsung ketahuan sama Komander dong. Terus kalau ketahuan, kalian bakal mengambil mereka dari aku gitu kan?" kata [Name] tak menerima.

"Tapi kalau tak lapor, kau nak urus mereka semua? SEN. DI. RI?"

". . . . . ."

Jujur aja [Name] gak mau.

Dia sudah capek dengan tugas-tugasnya dan kurang tidur. Kalau lebih teliti lagi, sudah ada kantong hitam dibawah matanya karena tidur lewat dari jam biasanya dia tidur akhir-akhir ini.

Tapi mau bagaimana lagi? Meski bukan tanggung jawab [Name] untuk mengurus mereka, mereka tetap kucing-kucingnya yang sudah bersamanya sedari dulu.

"[Name], serahkan mereka pada kami. Kau fokus lah pada sekolah dan dirimu." minta Yaya.

Kucing Penjaga Y/NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang