21

146 15 2
                                    

hallo semuanyaaa!!!

kalo ada yang mau baca versi sabrazan pdkt-pacaran bisa cek di tiktok atau link di bio aku yaa, yang mau ajaa😁

follow aku yess dan vote biar diriku semangat nulisnya okeng luv🥰 makasih yg udh mau vote hihi🖤🖤🖤🖤


👽


"Zaann.... Razannn" gumam Sabrina kala ia sadar dari pingsannya, semua orang yang berada diruangan ini langsung teralihkan pada Sabrina. Semuanya mengerubungi.

"Bina dimana?"

"Kamu di rumah sakit nak" sahut mama dari Sabrina, tangannya menggenggam tangan Sabrina. Wajahnya lesu, sehabis menangis sepertinya.

"Mama, Razan mana ma?"

"Razan dikamar sebelah nak" sahut sang mama, lalu disusul tangisan.

"Mama gak sanggup" sambungnya lagi.

"Bina mau ke Razan ma, mau liat Razan"

Dan akhirnya Sabrina duduk di kursi roda, semua teman-teman Razan langsung berdiri karena melihat Sabrina dan kedua orangtuanya ingin masuk kedalam,

Tetapi kode dari mata mamanya Sabrina membuat Oji paham bahwa ia tidak ingin masuk menemani, biar Oji saja yang menggantikan.

Memasuki ruangan yang super dingin, didalam ada bunda yang menangis sambil menggenggam tangan Razan erat sekali. Sementara ayah duduk menunduk, menyesali meminta Razan pulang kerumah seorang diri. Tetapi, jika tidak begitu, maka yang jadi sasaran adalah Sabrina dan calon cucunya.

"Bunda...." Panggil Sabrina pelan,

"Sayang" bunda langsung memeluk Sabrina erat,

"Yang sabar ya nak, yang sabar" ucap bunda ditengah-tengah memeluk menantunya.

"bunda, Razan kenapa?"

"Razan koma nak"

Satu kalimat itu membuat air mata Sabrina terjun bebas dari matanya, matanya menatap arah lain, lurus kedepan tetapi kosong. Jantungnya seperti copot pindah ke perut,

Lelaki yang selalu ia andalkan ada disana, diatas bangkar dengan berbagai macam kabel ditubuhnya. Sakit sekali hati Sabrina, tidak bisa berbicara sama sekali. Air mata yang menjelaskan.

Yatuhann, aku lagi hamil. Boleh enggak bangunin Razan besok?, doa Sabrina dalam hati.

Rasanya semua pertahanan dirinya runtuh, jika tidak duduk dikursi roda, mungkin Sabrina akan jatuh kedua kalinya dilantai.

Kembali terdengar rintihan-rintihan dari mulut suaminya kala dipukul tadi oleh Dean, andai Sabrina bisa bantu, andai Sabrina punya kunci lain buat buka ruang kerja Razan dan banyak andai-andai lainnya yang berubah menjadi penyelasan besar didalam dirinya.

"Zann..." Panggil Sabrina, ia menggenggam tangan suaminya yang dingin.

Tangan yang selalu mengelus kepalanya itu dingin sekali.

"Sayanggg.... Bangunn"

"Kata kamu, aku gak boleh stress. Aku stress kalo kamu begini"

Semua orang yang berada di ruangan ini, langsung pergi keluar dari ruangan karena tidak sanggup mendengar ucapan dari Sabrina untuk Razan.

Dan mungkin juga, Sabrina hanya ingin berdua saja dengan suaminya itu.

"Sayaanggg ... Bangunnn" Sabrina nangis keras sekali, benar-benar sedih melihat kondisi suaminya yang wajahnya tidak semulus pagi tadi. Dahinya di perban, dadanya ditempeli kabel-kabel yang ntah untuk apa fungsinya.

THE PRETTIEST SABRINA (gettin married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang