24

126 18 1
                                    

    Dua Minggu setelah Razan sadar dari koma, hari ini sudah boleh pulang dari rumah sakit. Setelah semuanya sudah diperiksa dan baik-baik saja,

Oji dengan setia mengendarai mobil Razan membawa Sabrina dan Razan meninggalkan rumah sakit yang sudah hampir dua bulan selalu didatangi.

Senyum tercetak di bibir Sabrina sambil menggenggam tangan Razan, matanya pun memandang ke arah luar. Memandang jalanan yang sudah hampir dua bulan ini selalu Sabrina lewati seorang diri, tetapi sekarang berbeda, karena ada Razan.

"Dean gimana?" Baru kali ini Razan berani bertanya perihal Dean, Oji yang dengar ini pun hanya melirik dari kaca kecil yang ada dikepalanya.

"Dipenjara" sahut Sabrina ketus, benci sekali dia dengan lelaki itu.

"Berapa tahun?"

"Gak penting banget kamu bahas dia, biar aja dia busuk disana"

"Hus! Amit-amit, lagi hamil. Gak baik ngomong gitu" ucap Razan, lelaki ini tepuk pelan bibir Sabrina.

"Gak boleh ngomong hal jelek gitu, kamu lagi hamil"

"Kamu duluan! Ngapain bahas dia? Gak suka aku sama dia, benci!!!"

"Kan aku nanya, kalo emang dia dipenjara yaudah gitu. Aku nanya aja kok" tangan Razan mengelus kepala istrinya yang sedang bersandar di dadanya.

Karena Razan gak bisa lihat wajah Sabrina ntah itu badmood atau enggak, Razan buka kamera di hpnya lalu ia arahin ke wajah Sabrina dan ternyata perempuan itu cemberut!

Sadar akan adanya handphone, ia langsung mendongak menatap Razan.

"Apa coba?"

"Mau liat kamu cemberut atau enggak, eh taunya cemberut" handphonenya kembali diletakin di jok mobil.

"Udah ah, jangan cemberut. Jelek" Razan rentangin tangannya mau meluk Sabrina, ternyata perempuan itu dengan cepat masuk ke pelukan Razan.

Sementara Oji yang mengemudi tiba-tiba berdehem kayak kode kalo dia ini ada, dia orang dan bukan pajangan di mobil.

"Minum Ji" sahut Razan,

"Iya bang, makasih bang" Sabrina terkekeh dengernya.

👽

      "Kamu ngapain disini? Ini kan bukan kamar" ucap Sabrina pada Razan yang pukul 9 malam bukannya masuk ke kamar malah duduk diruang kerjanya itu.

"Kangen aku bau ruangan ini"

Lalu Sabrina masuk menghampiri Razan yang lagi duduk didepan komputer, tapi komputernya mati. Sabrina duduk dipangkuan suaminya itu, jujur, daripada bau ruangan ini. Sabrina lebih kangen dengan Razan.

Dengan segala aktivitas yang dilakukan lelaki ini setiap hari dirumah, ntah baca buku, main lego atau bahkan kerja disini. Sabrina suka dengan semua yang Razan lakukan, jadi tuhan, jangan buat Razan kayak kemarin lagi. Tolong, lindungi Razan.

Bahu Sabrina jadi pendaratan untuk hidung dan bibir Razan, dihirupnya aroma bahu istrinya itu dalam-dalam. Ternyata, ia lebih rindu dengan ini.

"Selama aku gak sadar, kamu gimana?"

"Gak gimana-gimana" sahut Sabrina, tangannya memutar-mutar cincin di jemari Razan, itu cincin pernikahannya.

"Kamu mual gak?" Sabrina ngangguk.

"Terus gimana? Siapa yang bantuin kamu?"

THE PRETTIEST SABRINA (gettin married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang