"Aku izinin kamu kerja besok" ucap Razan tiba-tiba pas dia masuk kedalam kamar Sabrina. Perempuan itu tutup seluruh wajahnya pakai selimut karena ada Razan.
Razan yang lihat ini langsung narik selimut tersebut, biar dia bisa lihat wajah istrinya itu.
"Gak bisa nafas nanti, ngapain ditutup"
"Gak mau ngomong sama kamu"
Tangan Razan terarah buat hapusin air mata di wajah istrinya, wajahnya bengkak karena menangis daritadi. Ntah kenapa memilih menangis padahal semua bisa dibicarain baik-baik.
"Kenapa kayak gitu? Aku udah izinin kerja—"
"Berhenti nangis ah, ini bengkak matanya" sambung Razan.
"Kamu duluuann" balas Sabrina, nangis lagi.
Kegiatan yang dilakuin Razan pas istrinya nangis ya meluk, dia lingkarin tangannya di pinggang istrinya itu. Terus diarahin istrinya buat liat ke dia, ngoceh dah tuh Sabrina sambil nangis. Bagi Razan liat ini semua sih lucu, makanya dia senyum-senyum liatnya.
"Berhenti ah nangisnya, jelek"
"Aku jelek?" Razan ngangguk,
"Kalo nangis terus jadi jelek"
"Kamu kenapa mau nikahin cewek jelek?!"
"Kenapa ya?" Razan pura-pura mikir, Sabrina langsung gigit tangan suaminya itu sampai teriak. Bukannya disentil Sabrina malah dipeluk terus diciumi kepalanya berkali-kali.
"Sayang banget aku sama kamu, tapi gak sayang kalo keras kepala kayak tadi—"
"Aku bolehin kamu kerja lagi. Besok boleh kerja" sambung Razan.
"Aku janji Zan, ini cuma 3 bulan. Sekuatnya aku, kalo aku cuma kuat satu bulan yaudah aku berhenti" Razan ngangguk aja.
Kali ini Razan harus ngalah karena emang ia butuh ini, mendengar semua penuturan papa mertuanya membuatnya jadi sadar kalo emang ini Sabrina. Ini istrinya. Sifatnya dari dulu begini dan susah diubah, mungkin sebentar lagi, perempuan ini akan berubah menjadi versi yang lebih banyak berfikir bahwa semuanya memang gak perlu dipaksakan. Gak perlu pakai keras kepala.
"Makasih suamiku"
"Sama-sama sayang"
👽
"Ji, keruangan saya sekarang" ucap Razan, dingin banget selewat dia baru datang dikantor.Ivy, Griselda, Oji dan beberapa teman-teman kantor lainnya juga turut memperhatikan Razan sang bos yang masuk kedalam ruangannya begitu saja. Kaca ruanganpun dibuat gelap tidak terlihat dari luar,
"Sana Ji" ucap Ivy,
Dan akhirnya Oji buka pintu ruangan kerja Razan, dia lihat Razan sedang diri menghadap pemandangan luar sana.
Langit nampak cerah tetapi tidak secerah wajah Razan menurut penglihatan Oji,
"Duduk"
"Ke... Kenapa bang?" Jujur, Oji agak takut. Takut jika yang dibahas Razan adalah masalah undangan meeting penting kemarin.
"Ji, bini gue hamil" ucap Razan, lelaki ini duduk dihadapan Oji.
Oji ingin berteriak senang namun raut wajah Razan malah sebaliknya, ia kelihatan pusing sekali.
"Alhamdulillah bang" Razan ngangguk.
"Gimana kalo lu bantuin bini gue aja?"
"Maksudnya gimana bang?"
"Lu berhenti kerja disini, tapi kerja personal sama gue aja—"
"Gaji lu aman, lu juga bisa bawa mobil yang ada dirumah gue" sambung Razan.
"Maksudnya gue jadi supir gitu?"
"Bukan supir Ji. Ini kayak asisten bini gue aja, karna bini gue milih tetep kerja"
"Hah? Kerja?"
"Iya, makanya gue pusing. Gue mikirin ini dari semalem sampe kepala gue sakit" ucap Razan diselingi menyeruput kopi yang ada di mejanya.
"Gue cuma minta lu buat temenin bini gue doang sih Ji, gue gak bisa mantau dia" sambung Razan.
Oji nampak berfikir, karena memang ia berada disini atas Razan. Jadi, Oji akan berfikir dengan baik dan keputusan apa yang akan ia ambil nantinya.
"Kalo lu gak mau gapapa, gue cuma nawarin aja. Gue minta tolong Hadin—"
"Tapi dia gak bisa bawa mobil bang" potong Oji.
"Itu dia Ji, masalahnya dia gak bisa bawa mobil. Gue lebih percaya lu"
"Gue fikirin dulu dah bang" Razan ngangguk.
"Lu butuh apa bang? Biar gue ambilin"
"Ambilin gue obat pereda sakit kepala aja Ji"
"Oke bang"
👽
"Permisi pak Razan" Griselda menyembul dibalik pintu ruangan Razan,
Lelaki ini yang tadinya melirik kesana dengan cepat langsung memutuskan pandangan ke arah dokumen dimeja nya.
Griselda maju mendekat ke meja Razan usai diizinkan masuk oleh lelaki ini, "ada apa?" Tanya Razan, tetapi ia tidak mendongak.
"Pak David ngundang bapak buat meeting tapi di Bali, saya baru dapat infonya tadi"
"Kapan?"
"Untuk tanggalnya, menyesuaikan bapak aja"
"Oke, ada lagi?" Kali ini Razan dongak, dia natap Griselda sampai perempuan itu gugup sendiri.
"G.... Gak ada lagi Zan"
"Silahkan kembali kerja"
Dan akhirnya Griselda keluar ruangan, dia pergi ke pantry untuk minum air putih sebanyak-banyaknya. Ingin menetralkan segala bentuk gugup yang ada di tubuhnya. Tatapan Razan tadi, bisa membuatnya salah tingkah dan tidak tau harus melakukan apa.
"Kenapa lu?" Tanya Ivy tiba-tiba masuk, dia liat Griselda yang melamun dengan gelas ditangannya.
"Kayak habis liat setan" sahut perempuan itu lagi.
"Gapapa"
"Lu kenapa udah ngomong ke pak Razan kalo dia diundang ke Bali?" Griselda langsung berhenti melangkah mendengar ucapan Ivy.
"Itu kan kerjaan gue, gue ini sekretaris dia. Bukan lu."
"Sadar diri" segala ucapan menusuk diucapkan Ivy pada Griselda.
"Gue tau, lu kerja disini karna lu suka kan sama pak Razan?" Dan ucapan ini, membuat Griselda menoleh.
"Jaga omongan lu ya!" Sahut Griselda, Ivy terkekeh menghina.
"Terlalu bener ya ucapan gue?"
"Sialan!" Desis Griselda lalu pergi keluar pantry meninggalkan Ivy seorang diri.
Ternyata percakapan dua perempuan ini didalam pantry, terdengar oleh satu lelaki yang tadinya dia mau masuk kedalam pantry buat ambil air mineral. Tetapi karena adanya percakapan lumayan keras, jadinya ia dengarkan dari balik pintu.
👽TEMEN TEMENN BANTU VOTE YA OKENGGG🖤🖤🖤
MAKASIHHH
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRETTIEST SABRINA (gettin married)
Fanfic"Saya nikahkan dan saya kawinkan putri kedua saya Sabrina Laluna Damar dengan saudara Pradipta Mahesa Derazan" ucap Damar, selaku bapak dari Sabrina. "Saya terima nikahnya Sabrina Laluna Damar binti bapak Damar dengan maskawin tersebut dibayar tunai...