19

151 15 4
                                    

TRIGGER WARNINGGGG

ada adegan suicidal (bundir) skip aja yaa kalo keganggu, nanti baca next part aja okeng luv🖤

Jangan lupa vote

👽

"Zan" panggil Griselda tiba-tiba, Razan hendak pulang dan baru keluar dari ruangannya. Ini pukul 8 malam, semua karyawan sudah pulang dan lampu juga sudah redup, rada terkejut karena keberadaan Griselda disana.

Razan cuma diri aja sambil liat ke arah Griselda yang kayaknya habis nangis, gak tau dan gak pengen juga ia nanya.

"Gue boleh gak sih nebeng pulang sama lu, gue gak bawa mobil. Hari ini—"

Ucapan Griselda dipotong oleh Razan, ia memberikan ponsel miliknya pada perempuan tersebut. Griselda heran mengapa ia diberikan ponsel, taunya perempuan ini diminta ketik alamatnya di aplikasi ojek online.

"Ketik alamat lu"

Dan Griselda mengembalikan ponsel Razan tanpa mengetik apapun disana, lelaki ini heran. Mau apa sebenarnya ini perempuan?

"Gue pulang sendiri aja Zan" Griselda meraih tasnya di meja lalu pergi meninggalkan Razan yang masih mematung.

Sialnya, Razan harus berdiri bersebelahan dengan Griselda kala menunggu lift untuk membawanya turun kelantai bawah. Ke lobby.

"Dean kemana? Gak jemput lu?" Griselda geleng kepala.

"Gue barusan berantem sama dia"

Percakapan terputus begitu saja, Razan enggan bertanya lagi karena sejujurnya pertanyaan tadi juga tidak seratus persen ingin ia tanyakan. Tidak se peduli itu juga ia pada orang lain, selain istrinya.

Sesampainya lift di lobby, Razan keluar begitu saja dan meninggalkan Griselda sendirian di lift. Ntah apa yang ditunggu tetapi perempuan itu berdiri di lift memperhatikan punggung Razan yang kian menghilang. Air matanya pun turun kembali, ntah apa yang ia tangisi. Pertengkarannya dengan Dean atau kepergian Razan?


👽


Bel rumah Razan berkali-kali ditekan, Sabrina yang sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan pun kesal mendengar bunyi bel yang berisiknya bukan main. Benar-benar berisik.

Dibukanya pintu, ternyata Oji disana sudah lengkap dengan setelan jas formal khas bekerja. Tetapi peluh keringat di dahi dan juga nafasnya yang tersengal-sengal membuat Sabrina bingung.

"Kenapa sih Ji? Pagi-pagi"

"Ka, bang Razan mana ka?"

"Diatas" Sabrina bingung,

"Gue boleh keatas gak ka? Ini penting banget kak" dengan wajah bingung, perempuan itu mengangguk.

Bunyi tapak kaki Oji terdengar nyaring ditelinga Sabrina, perempuan ini mematikan kompor lalu berjalan pelan menaiki tangga menuju kamarnya itu. Di isi oleh Oji dan juga suaminya.

"Bang!" panggil Oji keras banget dan nadanya terdengar panik.

"Bang! Bangun bang!" Sahutnya lagi.

"Kenapa sih Ji?" Tanya Razan, matanya masih remang.

"Bang, kak Alda bang"

THE PRETTIEST SABRINA (gettin married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang