BAB 26 Dirga Azka dan Andi

102 18 2
                                    


Benar saja dugaan mereka bertiga.

Mereka akan di hukum oleh komandannya karna telah memandang wajah istrinya.

"Anu komandan," Andi.

Fatih tak menanggapinya, dirinya hanya memasang wajah datar dan menatap ketiganya.

"Lari keliling Batalyon 10 kali." Ujar Fatih secara tiba tiba.

"Yang benar aja komandan. Bisa meninggal kami kalo lari sebanyak itu." Protes Andi tak terima.

Fatih mendekat. "Mau saya tambahin?"

Mereka bertiga kompak menjawab. "Siap tidak komandan."

Setelah mengatakan hal itu, mereka segera berlari ke Batalyon bagian belakang.

Saat mereka mulai menjauh, danyon datang dan memukul pundak Fatih perlahan.

"Danton kenapa menghukum anak buahnya?" Tanya komandan Adi sembari terkekeh.

"Itu komandan, mereka memandang istri saya terlalu lama." Fatih mengusap tengkuknya.

Komandan Adi menggelengkan kepalanya.

"Ada ada saja kami Fatih."

♪♪♪

Di sisi lain, tepatnya di jajaran rumah dinas. Terdapat Andi, Azka, dan Dirga yang sedang menjalankan hukuman.

10 menit sudah mereka berlari mengitari Batalyon.

"Berapa putaran lagi sih." Protes Andi lelah.

"Lima aja belum," Jawab Azka.

Dirga memerankan langkahnya agar sejajar dengan mereka berdua.

"Salah sendiri, lagian kalian ngapain ngeliatin istri komandan sampai segitunya. Apalagi lo bang, udah punya istri tapi masih aja ngeliatin istri komandan." Dirga berujar demikian.

"Gue juga manusia,"

Mereka bertiga langsung tertawa kecil setelah melontarkan kalimat tersebut.

Mereka sudah tak berlari, mereka hanya berjalan mengitari rumah dinas.

Mereka berhenti setelah melihat ada seorang laki laki di samping kediaman Fatih dan Yasmin.

"Eh liat." Andi mengangkat telunjuknya dan menunjuk ke arah orang tersebut.

Mereka berhenti dan memperhatikan gelagat orang tersebut.

"Saudara komandan?" Tanya Azka.

"Gue rasa bukan. Lalo saudara komandan, beliau pasti bilang kalau di rumahnya ada tamu."

"Mencurigakan, ayo kita awasi terlebih dahulu."

Mereka mengawasi gerak gerik orang tersebut dari atas pohon.

Cukup lama mereka memperhatikan, orang tersebut. Tiba tiba, dia tersenyum dan mengeluarkan sebuah kain dan sebotol obat bius.

"Dia mau ngapain itu? Gak mungkin nekat nyulik ibu komandan kan?" Tutur Azka secara tiba tiba.

Dirga menampar punggung Azka. "Sembarangan lo bang, gak ya gak mungkin lah."

Mereka terus memperhatikan pergerakan orang tersebut.

Titipan Jendral [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang