YOU POV
Tanganku bergetar hebat saat memasukkan cairan bening itu ke dalam sebuah gelas berisikan jus mangga yang telah aku buat. Setelah tercampur rata, aku tarik napas panjang, berusaha menguatkan diri seblum akhirnya aku melangkahkan kaki menuju lantai dua. Tujuan utamaku adalah sebuah kamar dengan pintu berwarna putih, umpatan serta tawa keras seorang lelaki terdengar hingga keluar kamar. Aku tak tahu, apa yang sedang ia lakukan.
Aku buka pintu kamar itu dengan perlahan, ku ulaskan senyum semanis mungkin untuknya. Kamar ini adalah kamar Niki. Aku masuki kamar tersebut, lalu menaruh jus mangga yang telah aku buat di atas nakas samping kasurnya. Niki sedang bermain game saat ini, dengan posisi berbaring dan headset yang menempel di telinganya. Sesekali ia memberikan instruksi untuk teman-temannya.
"Eung, Y/n~" panggil lelaki itu dengan nada menggemaskan. Pandangannya tak lemang dari game tersebut.
Jantungku berdegup kencang, tapi aku berusaha untuk terlihag biasa saja. Aku dekati Niki dengan duduk di pinggiran kasurnya.
"Kau sedang apa?" tanyaku, mendekat guna melihat game yang sedang ia mainkan.
"Bermain game." jawab Niki, menatapku sekilas. Ia menggeser sedikit tubuhnya agar aku bisa duduk dengan leluasa.
"Ini aku bawakan jus untukmu." ujarku. Niki tertawa malu tapi masih belum lepas perhatian oleh game tersebut.
"Gomawo~" ujar Niki. Aku putuskan untuk kembali ke kamar milikku, aku tak kuat menyembunyikan segala ketakutanku. Aku takut membuat Niki curiga, aku tak ingin melihatnya secara langsung, tetapi saat aku bangkit dari kasur ini, Niki menahan tanganku. Ia menarikku agar jatuh ke dalam pelukannya lalu ia lingkarkan tangannya di leherku. Ia bawa kepalaku agar bersandar di dadanya. Hal ini membuatku semakin gugup.
"Jangan pergi, kita tak pernah menghabiskan waktu bersama lagi kan?" tanya Niki diakhiri kekehan pelan. Aku telan ludahku dengan susah, lalu menyamankan posisiku dengannya. Aku rubah posisi itu menjadi memeluk Niki, sehingga membuatnya semakin nyaman bermain. Napasku memberat saat mendengar detak jantung Niki yang berdegup kencang.
"Kenapa tubuhmu bergetar?" tanya Niki, menghambur lamunanku. Aku tak menyadari tubuhku yang bergetar hebat. Sekarang, Niki telah selesai bermain game tersebut dan beralih menatapku di pelukannya.
"Tidak apa," jawabku berusaha senormal mungkin. Aku ulaskan senyuman terbaikku. Niki tertawa gemas, lalu mencubit pipiku pelan.
"Kau sudah berhenti main mobile legend?" tanyaku, saat ia ingin mengambil gambar kami berdua. Perhatian Niki langsung teralihkan.
"Belom, kau ingin melihatku bermain itu?" tanya lelaki itu yang langsung membuka aplikasi permainan mobile legend. Dulu, kami sering sekali bermain permainan itu.
"Ne, mau." jawabku. Niki yang begitu gemas, sempat mengecup bibirku sekilas. Membuat jantungku semakin berdegup kencang dan perasaan bersalah semakin kuat aku rasakan.
Sambil menunggu game tersebut loading, Niki terus menatapku. Cukup lama kami saling bertatapan hingga Niki kembali mengecup bibirku sekilas. Lalu, ia bangkit ingin meminum jus yang telah aku bawakan.
Aku bantu Niki mengambil jus tersebut. Lalu ia minum dengan perlahan jus itu, teguk demi teguk hingga tak menyisakan satu tetespun. Tak biasanya ia meminum sebanyak itu. Namun, beberapa detik kemudian tubuh Niki mulai bergetar hebat bersamaan dengan cairan putih yang keluar dari mulutnya.
"Maafkan aku, Niki."
Aku langsung turun dari kasur tersebut dan bersender pada dinding ruangan. Semua terjadi begitu cepat dan sekarang Niki telah terbaring lemah dengan mulut yang menggumamkan sebuah kata "Kau".