AUTHOR POV
"Mau berapa orang lagi yang ingin kau masukan ke dalam neraka ini Master?? Apa kau belum puas merusak tubuh serta mental kami secara perlahan?? Apa yang kau inginkan sebenarnya?!!!"
Aku berusaha menahan lelaki itu yang semakin tidak terkendali, ingin mengambil barang untuk dilemparkan ke cctv itu.
"Aku sudah mengetahui identitas aslimu, keluarlah atau aku akan membongk-" langsung aku peluk tubuh Sunoo saat lelaki itu perlahan jatuh dengan kesadaran yang menghilang akibat setruman di tubuhnya.
"Sunoo oppa!!" aku berusaha menyadarkan Sunoo dengan menepuk wajahnya pelan, namun ia benar-benar sudah tidak sadarkan diri. Kulit di tubuh Sunoo berubah menjadi kemerahan, namun aku masih bisa merasakan hebusan napasnya.
"Master, aku mohon berhenti menyakitinya.." lirihku, tak bisa lagi menahan tangisanku. Aku usap rambut Sunoo yang berdiri akibat setruman itu, masih begitu terkejut dengan semua hal, termasuk Sunoo yang mengetahui sosok master sebernarnya. Lelaki biadab, dalang dari segala penderitaan kami selama ini.
"Dia pantas mendapatkan itu," ucap Master dengan begitu santai. Aku tak bisa membiarkan Sunoo terbaring lemah di lantai seperti ini, jadi aku ingin membopong tubuh lelaki itu agar naik menuju kasurku.
"Y/n, keluar dari kamar itu!!" perintah master saat aku telah melingkarkan tangan Sunoo di pundakku. Ingin membopong tubuh Sunoo ke kasurku.
"Tapi master-"
"Cepat!! Sebelum saya menyetrummu." seperti biasa, Master kembali memberikan ancaman itu untuk siapa saja yang tak mengindahkan perintahnya.
Aku tak perduli dan tetap membawa tubuh Sunoo agar naik ke atas kasur. Tubuh lelaki itu sangatlah berat, membuatku kesusahan saat harus membopongnya menuju kasurku. Hingga tiba-tiba,
Brakk
"Ada apa?" Sunghoon oppa muncul dari balik pintu kamarku diikuti Heeseung dan Jake di belakangnya. Ketiganya terlihat begitu terkejut melihat kondisi kami saat ini.
"Oppa, tolong Sunoo oppa pingsan!!" pintaku, ketiga lelaki itu langsung mengambil alih tubuh Sunoo dan membawanya agar berbaring di atas kasurku.
Aku ingin mendudukkan diri di samping tubuh Sunoo yang terbaring lemah, sebelum sebuah tangan menarikku agar mendekat padanya. Lelaki yang menarikku itu adalah Heeseung oppa, ia menahan tubuhku sambil sebelah tangannya menangkup wajahku.
"Kau tak apa?" tanya Heeseung, mengangkat wajahku agar tatapan kami bertemu. Langsung aku anggukan kepala sebagai jawaban untuknya.
"Apa Sunoo memukulmu? Oppa mendengar suara pukulan tadi.." Heeseung terlihat begitu khawatir dengan mencari bekas pukulan itu di wajahku. Tidak, sepertinya ia salah paham.
Aku menggelengkan kepala dan berusaha menjelaskan tentang yang terjadi sebenarnya. "Sunoo oppa memukul tembok.." jelasku. Membuat lelaki itu dapat sekedar menghembuskan napas lega.
"Syukurlah, oppa sangat khawatir denganmu." Heeseung membawaku ke dalam pelukan hangatnya.
Pandanganku langsung tertuju ke seorang laki-laki yang berdiri di muka pintu kamarku. Keadaannya sangatlah memprihatinkan, terdapat banyak luka ditubuhnya terutama wajahnya yang sedikit membengkak. Aku yakin sesuatu yang buruk telah terjadi padanya.
"Niki?"
""""""""""""""""""""""""""""
Kami berlima duduk di ruang makan untuk membicarakan segala yang terjadi semalam, termasuk penyebab luka-luka di tubuh Niki. Aku yakin, sesuatu yang buruk telah terjadi padanya, namun rasa kecewa dalam diriku mengalahkan rasa ibaku pada Niki.
