22: Hamil?

202 24 2
                                    

YOU POV

Sunghoon terus menarikku menuju kamar miliknya. Kamar itu berada di lantai dasar, tepat di samping kamar Heeseung. Suasana di kamar ini sangatlah tenang, sama seperti kepribadian pemiliknya. Aku hanya tak menyangka, orang se-tenang Sunghoon bisa terlihat sangat mengerikan jika sedang marah. Ingin memukul Jungwon dengan membabi buta, padahal mereka sempat berteman baik sebelumnya.

Sunghoon mengajakku untuk duduk di pinggiran kasur, tangan lelaki itu masih menggenggam tanganku erat, sembari diam untuk waktu yang lama. Aku sadar Sunghoon sedang menahan amarahnya, terlihat saat ia terus mengatur napasnya yang memburu. Suasana ini membuatku canggung dan merasa bersalah karena aku yang telah membawa Jungwon ke dalam rumah ini.

"Maafkan aku, oppa." Aku beranikan diri mengucapkan kata yang sedari tadi ingin aku ucapkan.

"Maaf untuk apa?" Sunghoon pun menoleh ke arahku. Tatapannya bingung walau kekesalan tak kunjung hilang dari wajah tampannya.

"Karena aku telah membawa Jungwon ke dalam VARIUM. Aku tak tahu Jungwon dan Sunghoon oppa memiliki hubungan yang buruk." ujarku.

"Tak apa, ini bukan salahmu." gumam lelaki itu. Kepalanya tertunduk seolah merutuki segala yang telah terjadi. Tak lama, ia melepaskan genggaman tangan kami.

Keheningan menyelimuti ruangan ini dalam waktu yang lama. Aku naikkan kaki ke atas kasur saat merasakan sakit yang menusuk di perut bagian atasku. Sangat sakit, tapi aku berusaha untuk menahannya agar tak membuat Sunghoon khawatir.

"Sehari sebelum Jake menculikku, aku baru saja pulang dari wajib militer, Ingin kembali ke apartemen yang aku dan kekasihku tempati, namun seorang temanku memintaku untuk menginap di rumahnya dengan alasan meminta bantuan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Aku pun menurutinya, tetapi perasaanku terus menuntunku untuk pulang ke apartemen itu. Pulang lah aku secara diam-diam dan melihat mereka sedang bersetubuh di atas kasur kami. Aku begitu kacau, hingga malamnya aku putuskan untuk menghilangkan penat di sebuah club dan Jake mengajakku berkenalan. Aku tak menyangka, ia akan membawaku ke dalam lingkungan ini." jelas Sunghoon, menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya terjadi.

"Ah, begitu.." responku singkat karena rasa sakit di perutku begitu menganggu. Aku berusaha menutupi ekspresi itu dari Sunghoon dengan menundukkan kepalaku.

"Aku begitu kecewa dan ingin melupakan dia, jadi putuskan untuk mengakhiri hubungan kami setelah masa percobaan VARIUM ini berakhir." ujar Sunghoon. Lama kelamaan, rasa sakit di perutku mulai mereda. Aku lihat jam yang terpasang di dinding kamar, telah menunjukkan pukul tiga sore.

"Oppa yakin?" tanyaku, berusaha meyakinkan lelaki itu. Aku sangat mendukung tindakannya tersebut karena jika diteruskan, hubugan mereka juga bisa membawa dampak yang buruk bagi kekasih Sunghoon. Aku hanya takut, ia akan menjadi target master selanjutnya, aku tak ingin ada yang terluka lagi setelah ini.

"Iya, sekali dia berselingkuh maka kepercayaanku tidak akan pernah kembali lagi." ucapan Sunghoon itu membuatku tersenyum tipis. Bukan karena aku senang ia berpisah dengan pujaan hatinya, tetapi karena kami memiliki pemikiran yang sama.

"Sekarang, kamu mengerti mengapa aku mengamuk tadi kan?" tanya Sunghoon mulai merubah posisi duduknya menjadi menghadapku. Aku pun menoleh ke arah lelaki itu lalu tersenyum, "Iyaa oppa, tak apa. Sangat wajar jika oppa marah." jawabku.

"Maka dari itu, kau jangan dekat-dekat dengannya. Bila perlu, kau tidur di kamarku saja setiap harinya." sontak, aku tertawa mendengar ucapannya itu. Aku ubah posisi dudukku agar menghadapnya juga. Paha kami saling bersentuhan karena kami duduk dalam jarak yang sangat berdekatan. Kami tertawa bersama, sembari Sunghoon yang kembali menggenggam kedua tanganku erat. Lelaki itu terlihat begitu lembut jika tertawa. Aku yakin, sebenarnya Sunghoon adalah lelaki yang setia, kekasihnya saja yang aneh karena menyia-nyiakan lelaki sepertinya.

VARIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang