23: Tanggung Jawab

334 30 0
                                    

YOU POV

Rasa sakit yang begitu menusuk tak dapat ku tahan lagi. Aku sadar ini bukanlah keadaan yang baik, karena rasa sakit ini sampai membuatku tak sanggup lagi berdiri. Aku terduduk di lantai kamar mandi sambil terus berusaha memuntahkan seluruh isi perutku yang bahkan tak terdapat apapun di dalamnya.

"Muntahkan saja semuanya." Aku merasakan sentuhan seorang laki-laki di punggungku. Ia membantuku mengeluarkan semua rasa mual itu dengan cara menepuk punggungku pelan. Namun, tak ada yang keluar, hanya rasa sakit yang semakin hebat aku rasakan. Tubuhku begitu lemas seiring pecahnya tangisanku. Aku remas pinggiran kloset ini, pikiran buruk mulai memenuhiku dan semua orang yang berada di rumah ini.

"Gwenchana?" tanya seseorang yang ikut masuk ke dalam kamar mandi. Dia Heeseung yang kemudian memberikan Sunghoon selembar tisu untuk membantuku mengelap sisa muntahan di bibirku. Aku kerahkan seluruh tenagaku untuk bangkit dan menekan tombol flush, lalu aku cuci mulutku untuk membersihkan sisa kekacauan ini.

Mereka menuntunku menuju meja makan. Jake sedang membuat sesuatu di dapur, Jungwon duduk dengan santainya di meja makan itu, Niki dengan ringisan pelan berjalan menghampiriku sedangkan Sunoo masih berdiri mematung.

Heeseung dan Sunghoon membantuku untuk duduk dan Jake datang dengan membawa secangkir the hangat untukku, "Minum dulu teh hangatnya" ujar Jake. Sunghoon terus membantuku dalam berbagai hal, begitu pula Heeseung, keduanya duduk di sampingku saat aku minum teh pemberian Jake dengan perlahan.

"Perutku sakit sekali," Aku meringis, memberitahu tentang rasa sakit ini pada mereka. Sunghoon telah menyadarinya karena ia berulang kali menanyakan tentang rasa sakit ini saat yang lain asik bermain PS di kamarnya.

"Dari kapan sakitnya?" tanya Heeseung, memberikan minyak kayu putih untuk meringankan rasa sakit itu.

"Jam 3 tadi." jawabku kemudian mengoleskan minyak kayu putih ke perutku. Kekhawatiran tergambar jelas di wajah mereka, kecuali Jungwon yang hanya menatapku datar. Entahlah, kesan manis yang aku dapatkan darinya semalam sepertinya sudah hilang karena aku telah mengetahui sifat aslinya.

"Hyung, kita harus bawa Y/n ke rumah sakit!" ajak Niki dengan sedikit panik pada Jake. Saat Jake ingin merespon ajakan Niki itu, master berbicara, "Heeseung dan Jake, antar Y/n ke rumah sakit, sekarang!!" perintahnya.

"Baik master." Heeseung langsung bangkit dan berlari menuju kamarku, sedangkan Jake membantuku untuk bangun dan berjalan menuju garasi di bawah. Heeseung kembali dengan jaket milikku lalu membantuku mengenakan jaket tersebut.

"Sunghoon, Niki, Sunoo dan Jungwon tetaplah berada di dalam rumah. Tak boleh ada yang keluar malam ini!!"

"""""""""""""""""""""""""""""""

Aku menatap kosong tirai pembatas pasien di rumah sakit, sambil terus menahan rasa sakit di perutku. Aku tidur dalam posisi meringkuk karena aku telah diperiksa sebelumnya dan kami tinggal menunggu diagnosa dokter untuk penanganan selanjutnya. Jake menunggu di luar ruang UGD ini sambil mengurus segala berkas yang dibutuhkan sedangkan Heeseung duduk di sebelah kananku, lelaki itu terus menenangkanku, bahkan genggaman tangannya tak lepas sedari tadi. Heeseung tak banyak berbicara tapi aku sadar kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya.

Sampai seorang perawat datang menghampiri kami, "Anggota keluarga nona Y/n, bisa bicara dengan dokter sebentar?" tanya perawat itu. Heeseung bangkit dan mengajukan diri, "Saya kekasihnya." ujar Heeseung sedikit mengejutkanku. Aku tak menyangka ia akan mengaku sebagai kekasihku.

Mereka pun keluar untuk menemui dokter. Sambil menunggu, aku pejamkan mataku erat, mungkin saja dapat meringankan rasa sakit ini. Ternyata aku salah, rasa sakit ini malah semakin hebat, memecah tangisku pelan.

VARIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang