01: Manis Mematikan

911 53 3
                                    

YOU POV

Mataku mengerjap perlahan, saat ku rasakan kantuk yang semakin tak tertahankan. Aku hembuskan napas kasar lalu menyandarkan tubuhku pada kursi yang tengah aku duduki. Mengistirahatkan diri sejenak, setelah hampir seharian penuh menatap layar laptop di hadapanku.

Saat ini, aku sedang belajar kelompok bersama teman kampusku yang bernama Park Suyeon, Ahn Yujin dan Nishimura Riki. Kami harus menyelesaikan beberapa soal sebagai pengganti pertemuan kuliah hari ini.

Nishimura Riki

Ku topang dagu di atas meja, semakin merasa bosan dan mengantuk, begitu pula ketiga temanku itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku topang dagu di atas meja, semakin merasa bosan dan mengantuk, begitu pula ketiga temanku itu. Mereka mulai kehilangan fokus saat mengerjakan tugas tersebut. Jadi, kami saling memainkan handphone masing-masing, guna melepas bosan. Sebuah notifikasi masuk dari aplikasi Tinder.

 Sebuah notifikasi masuk dari aplikasi Tinder

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum tipis terukir di wajahku. Tak lama setelah notifikasi tersebut masuk, lelaki Tinder itu langsung mengirimkan sebuah pesan untukku.

"Kamu masih bermain Tinder??" tanya Niki sedikit berbisik. Niki adalah nama panggilan yang aku buat untuk Nishimura Riki, teman dekatku.

Aku hanya tertawa pelan, langsung menyembunyikan pesan tersebut darinya. Niki memiliki penglihatan yang tajam, dapat membaca pesan yang bahkan berada jauh dari jangkauannya.

"Iya hehe." jawabku, diakhiri tawa pelan. Niki hanya menatapku penuh arti, sedangkan teman-temanku yang lain sibuk dengan dunianya sendiri.

"Siapa namanya?" tanya Niki, semakin menelisik. Langsung ku kunci layar handphone milikku, memasukkannya kembali ke dalam saku celanaku.

Aku tertawa gugup, tak ingin terbuka lagi mengenai kehidupan percintaanku dengannya. Ia terlalu ikut campur dalam kehidupan percintaanku, terdahulu.

"Namanya Sunoo." ucapku. Niki hanya ber-oh ria sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ingin terlihat seperti tak peduli, namun ada sirat kecemasan di wajahnya.

Keheningan kembali menyelimuti kami, ku lihat jam yang terpasang di dinding perpustakaan ini, sudah menunjukkan pukul tiga siang. Waktu yang sangat tepat untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran.

VARIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang