14. Musuh

324 22 0
                                    

Happy Reading

Matahari telah berganti dengan bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matahari telah berganti dengan bulan. Keadaan di kediaman Duke Elara sudah mulai membaik. Semua penyusup siang tadi telah ditangkap dan tengah diselidiki di penjara bawah tanah. Kini Avariella tengah berada di mansion utama. Ia duduk dengan tegak, di sampingnya ada Earla yang sedari tadi mengikutinya.

"Ada apa sebenarnya ayah?" Avariella memecahkan keheningan di sana.

"Sepertinya itu salah satu musuh dari Duke Foster." Bukan Duke Arlen yang menjawab, tetapi Egan.

"Kenapa malah menyerang kediaman kita?" Tanya Avariella heran.

"Kau lupa? Kau adalah tunangannya, Ava." Egan mendelik ke arah adiknya itu.

Avariella hanya terdiam mencerna perkataan Egan. Musuh utama dari Adolf adalah Duke Allen. Anak dari mendiang putri terdahulu, orang yang sama yang membunuh raja terdahulu.

Avariella tidak tau jelas penyebab permusuhan keduanya. Yang ia tahu grand duke dari wilayah selatan tersebut hanya terobsesi dengan kekuasaan.

Lama melamun ia tidak sadar seseorang memasuki mansion utama setelah diantar oleh pengawal. Avariella tersentak kala tangan dingin itu mendekap tubuhnya. Ia mendongak menatap Adolf yang memasang wajah cemas.

"Lepas Dami, kau tidak malu?" Tanya Avariella setelah membalas pelukan itu.

Adolf hanya menggeleng dan menumpukan dagunya pada kepala gadis itu. Ia menatap Duke Arlen yang seolah mengodenya untuk berbicara serius.

Ia melepaskan gadis di pelukannya dan membawa gadis itu duduk di sampingnya. Ia kembali memasang wajah dingin andalannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, ayah?" Tanya lelaki itu setelah menggenggam tangan Avariella.

"Sepertinya ini ulah salah satu musuhmu, Adolf. Mereka menyerang kediaman ini mungkin karena ada Avariella." Jawab Duke Arlen tenang.

Avariella menatap tidak percaya dengan respon ayahnya itu. Ia lupa, Avariella hanya dianggap gadis terbuang di kediaman ini. Ia kini memasang wajah tertekan saat ini. Hal ini mendatangkan pertanyaan bagi orang di ruangan ini.

"Kau kenapa memasang wajah seperti itu?" Tanya Egan yang hanya dijawab gelengan oleh sang adik.

"Kau ingin ikut denganku saja, Ava? Disini tidak aman bagimu." Avariella menggeleng ribut mendengar usulan Adolf.

"Kemarilah, Nak." Avariella memilih mendekati Duke Arlen.

Ia sedikit terkejut kala pria paruh baya itu mendudukkannya di pangkuannya. Harusnya Avariella merasakan kehangatan keluarganya. Sayang sekali gadis itu malah memilih menyerah.

"Kau adalah putri ayah satu-satunya. Jangan berpikir macam-macam lagi. Lupakan kejadian lampau, dan maafkan ayahmu ini." Agaknya Duke Arlen mengetahui apa yang ada di pikirannya kali ini.

I'm not MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang