😺😺😺
Fanny Delaney, seorang dokter berusia 25 tahun. Gadis yang sering kali ditanya kapan menikah itu sangat mencintai stetoskopnya. Memiliki keluarga yang menuntut kesempurnaan. Meski begitu ia tetap merasakan kebahagiaan. Ia lebih memilih disuru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di tempat lain seorang gadis berusia 18 tahun tengah menunduk dalam kala dirinya dicaci oleh seorang bangsawan. Tidak ada sedikitpun niatan untuk melawan perkataan dari lady tersebut. Dia tersadar dirinya bukanlah siapa-siapa bagi mereka.
Selain dibenci oleh ayahnya, dia juga mendapatkan rumor bahwa dirinya dikutuk. Hal itu jelas-jelas datang dari elang yang sering bertengger di pundaknya. Di kerajaan Edelmar ini tidak ada satupun elang yang terbang bebas di langitnya.
"Lihatlah gadis tidak tau diri ini, berani-beraninya mengotori gaun mahalku. Bahkan kau tidak akan pernah mendapatkan gaun ini dari ayahmu." Ucapan itu terlontar dari mulut putri Marquess Taylor.
Orla Evelyn Taylor, gadis berambut merah dengan mata biru tersebut tidak segan-segan memandang remeh putri satu-satunya kediaman Elara tersebut. Selain karna rumor dia anak terbuang, gadis ini juga tidak pernah melawan ketika ditindas orang lain.
"Anda mencari mati Lady Evelyn?" Suara berat nan dingin itu mengalihkan semua perhatian orang-orang di sebuah tempat makan di pusat kota itu.
Osmond, ksatria pribadi Lady Elara tersebut datang dengan tergesa setelah mendengar keributan. Dialah orang yang selama ini selalu membelanya ketika dipojokkan seperti sekarang. Alangkah pengecutnya dia yang tidak berani mengangkat wajah ini.
"Mari Nona, kereta sudah siap dan kita akan kembali ke kediaman." Ujar Osmond menunduk hormat.
"Hei! Apa yang kau lakukan prajurit sialan?! Aku belum selesai dengan gadis terbuang ini." Ucapan menusuk dari Lady Evelyn itu sungguh menyesakkan baginya.
"Jaga ucapan anda Lady! Bahkan kedudukan Duke Elara lebih tinggi dari ayahmu." Ujar Osmod yang mampu membungkam mulut sialan gadis itu.
Osmond langsung saja menuntun nonanya kembali ke kereta. Raut wajah nonanya tersebut sudah sangat kusut. Dia tentu tidak bisa mengembalikan keceriaannya dengan mudah.
Setelah sampai di kereta, tanpa sepatah kata dia menaiki kereta yang dikemudikan langsung oleh Osmond. Niat hati ingin mencari udara segar di luar mansion Elara, ia malah dibuat pusing oleh putri marquess itu.
Di dalam kereta ia hanya diam sambil memikirkan kata yang sering diucapkan orang-orang selama ini. Anak terbuang. Dua kata ini sudah sering ia dengar sejak kematian ibundanya, Duchess Roseanne Ivory Elara.
Semua orang menganggap kematian Duchess Elara tersebut disebabkan oleh dirinya. Bahkan keluarganya juga ikut-ikutan membencinya. Tentu pengecualian untuk adik-adiknya tercinta.
😺😺😺
Larut dalam lamunannya hingga ia terlelap dalam perjalanan pulang menuju mansion Elara. Dia terbangun dengan keadaan masih di dalam kereta. Tentunya dengan alasan Osmond yang tidak tega membangunkannya. Oh, betapa manisnya laki-laki 24 tahun itu.
"Kenapa kau tidak membangunkanku Osmond?" Ujarnya setelah turun dari kereta.
"Tentu saja saya tidak tega membangunkan anda, Nona." Ujarnya seraya mengikuti langkah nonanya memasuki kediaman megah ini.
Tentunya tidak lebih megah dari mansion utama. Sejak kejadian itu ia diasingkan oleh ayahnya ke mansion utara, yang tentunya terletak cukup jauh dari mansion utama.
"Apakah Earla sudah kembali, Osmond?" Tanyanya begitu membuka pintu mansion.
"Mungkin dia akan sampai seminggu lagi, Nona." Jawab Osmond.
Earla adalah satu-satunya pelayan yang merangkap menjadi tangan kanannya. Selain melayani sebagai pelayan, ia juga mantan prajurit wanita di kediaman Elara ini. Osmond dan Earla adalah orang yang benar-benar menemaninya selama ini. Tentu selain si kembar menyebalkan itu.
"Bukankah itu sangat lama, Osmond?" Ujarnya seraya mendudukkan diri di kursi ruang utama.
"Bersabarlah Nona, jika anda ingin bercerita panjang lebar dengannya lakukan saja pada saya terlebih dahulu." Ujar Osmond seolah mengetahui isi pikirannya.
"Kau ini selalu tau apa yang aku pikirkan, Osmond." Ia tersenyum sangat tulus.
Osmond tersentak kaget, sangat jarang nonanya ini tersenyum seperti sekarang. Bahkan untuk menatap orang lain saja dia tidak sanggup.
Tetaplah tersenyum seperti ini Nona, kami sangat merindukan senyuman ini. Batin Osmond.
"Sepertinya aku terlalu lelah Osmond, aku akan beristirahat sebentar. Jika si kembar menyebalkan itu datang, bilang saja aku sedang tidak ada." Ujarnya seraya beranjak menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"Baik Nona." Jawab Osmond dan beranjak pergi setelah memastikan nonanya aman sampai di pintu kamarnya.
😺😺😺
"Bukankah hidup ini terlalu menyulitkanku, Gavin?" Ujarnya seraya menatap elang yang bertengger di jendela kamarnya itu.
"Aku sungguh lelah menghadapi ucapan manusia-manusia sialan itu, tidak bisakah aku menemui ibu lebih cepat?" Gumamnya seraya menatap nanar pemandangan di bawah sana.
Dimana terdapat empat orang yang ia sayangi di dunia ini. Ayah, kakak dan juga adik kembarnya. Mereka tengah berlatih pedang di tempat berlatih yang kebetulan searah dengan jendela kamarnya.
"Mereka terlihat bahagia tanpaku, Gavin. Bahkan jika aku menghilang tidak akan berarti apa-apa bagi mereka." Ujarnya seraya berjalan dan merebahkan diri di kasurnya.
"Aku akan beristirahat sebentar, Gavin. Semoga setelah bangun semuanya akan baik-baik saja." Ujarnya seraya memejamkan mata.
Elang putih yang bertengger di jendela tersebut menatap lamat ke arah gadis itu. Setelahnya terbang menuju kepala ranjang tempat ia biasa tertidur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thank You
Terima kasih telah membaca. Sampai jumpa di part selanjutnya.🫶