Hapyy Reading
Avariella berniat keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Sudah seminggu dia hanya berdiam di kamar dan menyiapkan strategi untuk pergi dari mansion ini. Dan seminggu itu pula si kembar selalu merecokinya.
"Rasa-rasanya aku akan mati karna bosan di sini, Earla." Ujar Avariella yang tengah dirias.
"Sabarlah, Nona. Sebentar lagi akan selesai." Jawab Earla.
Beberapa menit setelahnya kegiatan rias-merias itu telah selesai. Tentu saja dengan wajah ditekuk milik Avariella. Ini sangat bertentangan dengan kepribadiannya dahulu. Berprofesi sebagai dokter tidak menyempatkannya untuk merias diri. Terkadang untuk mandi saja ia lakukan di rumah sakit setelah waktunya sedikit luang.
Avariella berjalan ke arah pintu kamar dengan wajah tetap ditekuk. Saat membuka pintu dia sedikit terkejut dengan kehadiran pria mata pink di depannya. Wajah tampan dengan pahatan sempurna. Dan jangan lupakan rambut biru tua ciri khas keluarga Elara.
Avariella sedikit menjauh sebelum menunduk hormat. Ia masih ingat bagaimana tatakrama di dunia ini, tentunya berbekal ingatan Avariella itu sendiri.
"Ada hal apa yang membuat Tuan Duke rela menginjakkan kaki di kediaman saya?" Ujarnya setelah memberi salam singkat.
"Apakah setelah tidak sadarkan diri kau jadi kehilangan sopan santunmu, Avariella?" Sarkas Duke Arlen.
Arlen Darien Elara, seorang duke yang sukses memajukan daerah yang dipimpinnya. Lelaki berusia 45 tahun itu tentunya terlihat sangat sempurna. Kecuali sifat dingin dan sarkasnya itu. Kehilangan istri beberapa tahun lalu membuatnya tidak memperhatikan putri satu-satunya itu.
"Apa yang membuat anda kemari?" Ulang Avariella tak kalah sarkas.
Earla yg berada di belakang Avariella panas-dingin dibuatnya. Tidak biasanya nonanya itu menjawab perkataan Sang Duke. Ia biasanya hanya diam dan menundukkan kepala, tanpa mau menatap barang sedikitpun.
Kemarahan tercetak jelas di raut wajah Duke Arlen. Dan apa maksud ekspresi lain di wajahnya itu? Kecewa atau apa? Entahlah. Avariella juga tidak tahu.
"Memang tidak berguna aku berada di sini." Ujar Duke Arlen berlalu dari sana.
"Aku juga tidak memintamu kesini." Gumam Avariella yang tentunya didengar oleh dua orang disana.
"Earla, carikan lagi guru tatakrama untuk dia." Ujar duke benar-benar berlalu dari sana.
"Baik Tuan." Ujar Earla lantang.
Avariella berbalik dan mendelik kesal pada Earla yang berdiri di belakangnya.
"Untuk apa kau iyakan perintah Duke sialan itu?" Sarkas Avariella.
"Nona, anda benar-benar harus dicarikan guru tatakrama lagi." Jawab Earla seraya berlalu dari sana.
"Heii, kau seharusnya tidak meninggalkanku!" Seru Avariella lantang, yang tentunya tidak dihiraukan oleh sang empu.
Avariella lebih memilih pergi ke taman untuk menenangkan hatinya. Dia duduk di taman mawar putih yang berada di belakang mansion utara. Tidak ada yang mengetahui letak taman ini kecuali orang-orang di kediaman Elara.
"Duke sialan itu, apa maksudnya menceramahiku? Aku juga tidak memintanya datang ke mansionku." Gerutu Avariella setelah duduk di kursi taman.
"Apa dia tidak ada pekerjaan sehingga tiba-tiba mendatangiku?" Gumamnya kesal.
"Suaramu sungguh mengganggu." Ujar dingin seseorang.
"Bedebah mana lagi yang mau menggangguku." Sarkas Avariella.
"Kurang ajar sekali mulutmu." Ujar seseorang yang turun dari pohon yang berada di belakangnya.
"Kau juga ikut mengaturku?" Ujar Avariella tak kalah dingin.
"Sopanlah kepada kakakmu." Sarkas Pria berusia 20 tahun itu.
"Cih! Sejak kapan kau menganggapku adik?" Jelas sekali raut benci di wajah Avariella.
"Jangan memandangku seperti itu." Ujar Egan seraya mendekat mencengkram dagu Avariella.
"Jangan menyentuh wajahku." Ujar Avariella seraya menepis tangan Egan dari wajahnya.
Cengkraman itu terlepas karena tepisan Avariella yang lumayan kuat. Egan menatap dingin Avariella yang masih menatapnya dengan tatapan menusuk.
Sejak kapan dia menjadi seberani ini? Batin Egan heran.
"Pergilah kau dari sini. Mengganggu ketenanganku saja." Sarkas Avariella.
Egan memilih pergi dari sana. Ia tidak mau berdebat lagi dengan gadis itu. Ia sedikit heran dengan sikapnya, biasanya gadis itu sendiri yang akan memilih pergi tanpa mau berucap sepatah katapun.
"Egan sialan! Kau membuat suasana hatiku bertambah buruk." Ujarnya setelah memastikan lelaki itu pergi dari sana.
Egan Zayden Elara, kakak laki-laki satu-satunya yang dimiliki Avariella. Lelaki bermata pink dan berambut biru gelap itu tentunya sangat menyayangi keluarganya. Tentu pengecualian untuk Avariella.
Bohong jika ia katakan tidak peduli dengan hal itu. Jauh dalam lubuk hatinya juga menginginkan disayangi kembali oleh kakaknya itu. Tapi tentu hal itu hanya akan menjadi angannya saja.
😺😺😺
Avariella masih berdiam diri di taman. Ia tengah merancang apa hal yang akan dilakukan untuk kedepannya. Tidak mungkin ia akan tetap bertahan di kediaman ini.
Ia berencana akan pergi dari kediaman ini menuju perbatasan Duchy Elara dengan kerajaan Zephyr. Disana ada bisnis yang didirikan oleh Avariella beberapa tahun belakangan ini. Bisnis itu juga yang diurus oleh Earla beberapa minggu yang lalu.
Namun apakah ia bisa melanjutkan bisnis itu? Dulu ia tidak pernah berniat membuka bisnis. Bukan hanya karena sibuk dengan pekerjaannya, ia juga tidak tertarik dengan bisnis. Tapi kalu diingat-ingat lagi ia memiliki Kaelia yang tentunya sangat antusias dalam berbisnis. Gadis itu bahkan sudah mendirikan cafee degan cabang hampir sepuluh.
Kaelia juga pernah mengajarkan cara-cara untuk berbisnis. Semoga saja apa yang Kaelia ucapkan masih melekat diingatannya dan tentunya tidak tercampur dengan materi kedokteran.
Ia bertekad akan pergi dari sini dan merasakan kebebasan di luar sana. Ia akan melanjutkan bisnis Avariella. Dan ia akan hidup dengan tenang di daerah perbatasan itu.
Semoga saja hal itu dapat direalisasikan dalam waktu dekat.
Thank You
Terima kasih telah membaca. Sampai jumpa di part selanjutnya.🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Me
أدب المراهقين😺😺😺 Fanny Delaney, seorang dokter berusia 25 tahun. Gadis yang sering kali ditanya kapan menikah itu sangat mencintai stetoskopnya. Memiliki keluarga yang menuntut kesempurnaan. Meski begitu ia tetap merasakan kebahagiaan. Ia lebih memilih disuru...