3. Kekangan & Kebebasan

645 53 0
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Gadis itu tengah merenung dengan bersandar di sandaran kasur. Ia menatap elang putih yang berada di jendela, yang juga tengah menatapnya.

"Jangan menatapku begitu, elang manis. Aku bukan nonamu." Ucapnya ketus.

Ia melirik ke arah pintu yang dibuka keras oleh pelayan diikuti ksatrianya, ralat pemilik tubuh ini. Ia hanya menatap datar disertai decakan malas.

"Kau ingin aku mati, Earla?" Ujarnya datar.

"Sudah seminggu anda tidak sadarkan diri Nona, tentu saja saya sangat senang." Jawab Earla berbinar.

Entah sejak kapan gadis ini pulang dari perjalanan bisnisnya itu. Tiba-tiba saja sudah ada di kamarnya dengan raut gembira itu.

Aku tidak yakin dia seorang prajurit. Batin Fanny.

"Aku baik-baik saja sekarang kalian tidak perlu khawatir." Ujarnya tenang.

"Namun bagaimana bisa anda tidak bangun selama seminggu Nona? Bahkan sebelumnya anda baik-baik saja." Heran Osmond dengan raut khawatir.

"Akupun tak tau, Osmond. Kalian keluarlah! Aku akan beristirahat." Ujarnya pelan.

"Jika anda membutuhkan sesuatu panggil kami, Nona." Ujar Earla, kemudian beranjak setelah mendapat jawaban darinya.

"Ada apa, Osmond?" Tanyanya melihat Osmond belum beranjak dari sana.

"Nona, Tuan Duke dan para Tuan Muda beberapa kali singgah ke mansion utara ini untuk melihat anda." Jawabnya pelan.

"Aku tidak peduli, Osmond. Jika mereka kembali kesini, bilang saja aku butuh istirahat." Ujar Fanny datar.

"Baik Nona." Ujarnya seraya keluar dari kamar nonanya tersebut.

Avariella Withney Elara, gadis dengan rambut biru gelap yang panjang dan juga mata perak yang menawan. Tidak bisa dipungkiri bahwa gadis ini benar-benar cantik. Siapapun yang melihatnya pasti mengakui hal tersebut.

Tapi kenapa nasibnya malah berbalik. Dibenci dan dijauhi oleh orang-orang yang ditemuinya. Bahkan keluarga yang dimilikinya juga ikut membencinya.

"Malang sekali nasibmu, Ava." Gumamnya lirih.

Flashback On

Fanny tengah berada di padang rumput yang luas, seolah tidak ada ujungnya. Dia duduk di kursi yang berada disana sambil menatap gadis di depannya.

I'm not MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang