Gadis Pedang Iblis

31-40

Volume 10 - Dream Eater: Bab 31 – Ulang Tahun Kelima Puluh Sang Raja

Ibu kota Kerajaan Asuka, Kota Iwaya, memiliki sejarah yang menarik. Suku Asuka awalnya melarikan diri dari Dinasti Nara, cikal bakal Dinasti Heian, menyeberangi lautan untuk mencari perlindungan. Demi mencari keamanan, mereka akhirnya menetap jauh di dalam pegunungan Pulau Iyo dan mendirikan apa yang kelak akan berkembang menjadi Kota Iwaya, ibu kota kerajaan. Meskipun lokasi tersebut memberikan rasa aman, namun juga membatasi potensi suku tersebut untuk berkembang. Kota itu sendiri membentang di atas beberapa gunung dan lembah, strukturnya dibangun dengan cerdik ke dalam topografi alam.

Di sebelah barat kota, bangunan-bangunan menempel pada dinding gunung, membagi area tersebut menjadi dua sektor utama. Dojo Iwaya, yang terletak di lereng, dianggap sebagai institusi seni bela diri paling bergengsi di Kerajaan Asuka. Gurunya saat ini adalah Tsukuba Naoya, bukan hanya putra Perdana Menteri kerajaan tetapi juga prajurit paling terampil di Pulau Iyo. Lebih tinggi lagi, lereng bukit dipenuhi dengan tempat tinggal milik Klan Tsukuba.

Di dalam paviliun tiga lantai di dalam kediaman ini, seorang pria tua dengan rambut abu-abu dan mata tajam mondar-mandir dengan marah. Dia adalah Tsukuba Arai, Perdana Menteri saat ini. "Sialan! Krisis militer apa? Putri Asuka jelas-jelas mengulur waktu!" gerutunya sambil memandang ke luar kota.

Di belakangnya berdiri sosok yang menjulang tinggi, Tsukuba Naoya, dengan rambut merah gelap dan mengenakan jubah yang memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang berotot. Ia tampak tangguh, dengan bekas luka yang membentang dari antara kedua matanya hingga ke dagu kirinya. "Ayah, apa tindakan kita selanjutnya?" tanyanya.

Arai mengerutkan kening, berpikir keras, sebelum menjawab, "Kita sudah mengamankan kendali atas ibu kota kerajaan. Begitu kita menerima surat aliansi dari Shogun, bahkan jika Raja menentang kita, kita bisa melanjutkan. Masalahnya adalah Putri Asuka; dia telah mengumpulkan para ahli dari seluruh pulau dan daratan. Dia mungkin tidak bisa mengalahkan kita, tetapi dia bisa memperpanjang konflik ini. Mengandalkan kekuatanmu untuk menenangkannya tidak akan menyelesaikan semuanya."

Naoya mengangguk. "Kau benar. Putri Asuka memiliki kekuatan militer yang besar dan bahkan kota yang dibentengi. Jika dia memutuskan untuk melawan, dia berpotensi merusak pengaruhmu."

"Saya lebih suka menghindari jatuhnya korban jiwa lebih lanjut. Jika aliansi pernikahan dengan Anda dapat membawa Asuka Shizu—dan sebagai perpanjangannya, pasukannya dan kotanya—di bawah kendali kita, maka itu adalah solusi yang ideal. Para wanita dari Dinasti Asuka dikenal karena bakat mereka yang luar biasa, dan Asuka Shizu tidak terkecuali. Dia adalah kekuatan yang tangguh baik dalam pemerintahan maupun militer, belum lagi seorang ahli pedang yang hebat. Mengubahnya menjadi musuh akan sangat disesalkan, dan itu pasti akan mengecewakan Shogun dari Dinasti Heian," Arai menjelaskan.

"Asuka Shizu ternyata sangat cerdik. Di permukaan, dia tampak mengabdikan diri pada tanggung jawab militernya, tetapi kehadiran iblis di Pulau Iyo memberinya daftar alasan yang tak ada habisnya untuk menunda pernikahan. Apa strategi kita?" tanya Naoya.

"Dugaanku adalah Asuka Shizu tidak pernah berencana untuk mematuhi perjanjian pernikahan. Waktu tidak berpihak pada kita. Pertimbangkan ini—ulang tahun kelima puluh Raja bulan depan," jawab Arai.

"Raja sendiri mengatakan bahwa karena krisis nasional, perayaan ulang tahunnya akan sederhana, bukan?" tanya Naoya.

"Awalnya, ya. Namun, kita perlu mengubah narasinya. Mari kita buat perayaannya semegah mungkin untuk memancarkan keagungan Raja dan menginspirasi masyarakat," Arai menjelaskan.

Mata Naoya berbinar-binar karena menyadari sesuatu. "Jadi, kau menyarankan agar kita menggunakan perayaan ulang tahun kelima puluh sebagai alasan untuk memanggil Asuka Shizu kembali?"