Happy reading
Jangan lupa vote sebelum baca
🔪🔪🔪*
*
*
Pengapnya udara ruangan itu bercampur dengan aroma amis yang menguar. Namun, hal itu sama sekali tak mengusik sosok yang berdiri di tengah ruangan. Kedua mata dengan iris sehitam jelaga itu hanya menatap datar seonggok tubuh di depannya. Meskipun samar, sosok itu masih bisa melihat bahwa tubuh di depannya sedikit demi sedikit mulai memudar. Sosok itu memundurkan langkah, kemudian berbalik dari posisinya. Ia keluar dari ruangan pengap itu setelah melemparkan pisaunya sembarangan.
"Barang bukti mau ditinggal gitu aja?"
Sosok itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang sejenak. Ia kembali menatap ke depan sambil berucap dengan acuh tak acuh, "biarkan saja. Lagi pula mereka hanya sekumpulan data."
Taijo, sosok yang menyapa tadi hanya bisa menghela nafas. Ia menekan sesuatu di jam tangannya. Sebuah cahaya muncul, melingkupi daerah itu. Pemandangan berganti, menjadi ruangan putih tanpa ujung. Sosok yang baru saja melepaskan hasrat membunuhnya pun menoleh sepenuhnya ke arah Taijo. Tatapan matanya masihlah datar. Namun, Taijo bisa menangkap adanya sebuah perasaan yang tak bisa diungkapkan.
"Gue tau lo kecewa sama Yudha. Tapi lo juga nggak bisa egois, Ar. Yudha emang dapet keluarga kaya yang dia pengen. Tapi, dia nggak bahagia, dan gue yakin lo pasti tau hal itu," ujar Taijo mencoba menasehati.
Kedua tangan Arga mengepal erat. "Kalau begitu, harusnya dia tidak usah pergi. Aku sendiri masih sanggup jika harus mengurusnya."
"Lo bego apa gimana, sih? Yudha pergi waktu lo umur 12 tahun. Lo yakin bisa ngurus Yudha waktu itu?" tanya Taijo membuat Arga terdiam.
"Kau pasti tau rahasia Rega 'kan?" tanya Arga terkesan menebak dan menuntut.
Taijo menatap Arga dengan rumit. "Iya, gue tau. Tapi bukan hak gue buat ngomongin itu sama lo. Masih banyak rahasia yang Dokter Rei sama ayah lo simpan, dan semua itu berkaitan sama keluarga lo, juga dunia ini."
Arga mengusak rambutnya kasar. "Katakan padaku apa rahasia itu! Ini benar-benar membuatku frustasi."
[Tentu, Ar. Ayah yang akan mengatakan semuanya padamu.]
Arga menoleh. Tubuhnya seketika mematung memandang sosok pria paruh baya di depannya. Ia masih tak bergeming di tempatnya, kala sosok pria yang memanggil dirinya 'Ayah' berjalan mendekat.
[Apa kabar? Lama kita tak bertemu, ya, Ardi putranya Ayah.]
Arga masihlah terdiam. Ia menatap dengan lekat sosok di depannya. Bibirnya bergetar sesaat setelah ia yakin, bahwa di depannya ini memang sang ayah. Pria yang selalu ia cari keberadaannya selama satu tahun terakhir. Sosok pria yang selalu menjadi alasan ia bertahan hidup.
"A-ayah?" panggil Arga dengan suara bergetar. Tak ada lagi tatapan datar, hanya ada sorot kerinduan yang menuntut untuk segera terbalaskan.
[I am here. Want to hug me?] Pria itu merentangkan kedua tangannya, membuat Arga langsung menubrukkan diri. Tangisnya pecah, merasakan pelukan hangat yang begitu ia rindukan. Rasanya masih sama seperti saat ia kecil, hangat dan nyaman.
"Kau ke mana saja, Ayah? Aku sudah mencarimu ke mana-mana. Kenapa kau baru datang di saat aku sudah seperti ini?" racau Arga dengan tangis yang tak kunjung berhenti.
Pria itu melirik Taijo lalu memberikan sebuah instruksi. [T1, pergi susul kedua putraku yang lain. Kau harus pastikan mereka selamat atau bawa mereka kemari bila perlu.]
KAMU SEDANG MEMBACA
A.Y.O Transmigrasi!
FantasyNOT BXB!! NOH UDAH PAKE CAPSLOCK, BIAR KELIATAN. Ardi si CEO, Yudha si remaja narsis, dan Ozan si pencuri, tiga orang yang mengalami kejadian di luar nalar Berawal dari aksi kejar-kejaran, ketiganya justru berakhir di tubuh kembar tiga atau triplets...