Extra Part-1: Kasih yang diharapkan

1.8K 380 42
                                    

Happy reading

*

*

*

*

Semilir angin meniup lembut tirai tipis yang menutupi ranjang. Di dalam kamar bernuansa biru muda itu, Yudha masih bergelung nyaman dalam selimut tebalnya. Dirinya seolah enggan untuk bangun, saat merasakan kenyamanan yang selalu diimpikannya.

Pintu terbuka dari luar. Revan tersenyum melihat Yudha yang masih tertidur pulas, bahkan setelah jendela kamarnya terbuka lebar—manampilkan cerahnya suasana di luar. Langkah pria berjas itu terasa ringan saat menghampiri tempat tidur sang anak. Revan menyibak kelambu yang dipasangnya semalam, kemudian duduk di sisi kasur.

Tangannya mengusap rambut Yudha sambil berucap, "Yudha, bangun. Sudah siang, kamu belum sarapan juga."

Yudha melenguh perlahan sambil membuka sedikit matanya. Pandangan yang buram mulai terlihat jernih, menampakkan senyum hangat Revan. Yudha tersenyum sambil meringsut mendekati sang ayah.

"Hehe, aku terlalu nyaman, Yah. Rasanya beda dari rumah itu," ungkap Yudha dengan suara seraknya.

Revan terkekeh kecil sambil mengacak-acak rambut Yudha. "Tentu saja, karena Ayah akan mengusahakan yang terbaik untuk putra-putra kesayangan Ayah."

Yudha bergumam kemudian mendudukkan dirinya. Ia menatap sang ayah lekat, lalu tanpa aba-aba menyandarkan kepalanya pada pundak lebar Revan.

"Makasih udah ambil aku dari mereka," ucap Yudha pelan.

"Sudah sepantasnya Ayah mengambil kamu. Ayah mana yang tega melihat anaknya selalu disiksa seperti itu? Maaf, kamu harus melalui semua itu," balas Revan sambil merangkul Yudha.

Mereka yang dimaksud adalah keluarga angkat Yudha. Tiga hari yang lalu—setelah tiga putra Revan kembali ke dunia nyata—Yudha berencana mengunjungi keluarga angkatnya untuk berpamitan. Niat hati ingin mengucapkan terima kasih karena mereka sempat merawatnya, meskipun ia juga selalu disiksa. Namun, setidaknya berkat mereka, Yudha punya tempat tinggal dulu.

Sayangnya, niat baik Yudha itu harus gugur begitu saja, setelah melihat kelakuan keluarga angkatnya. Mereka mengadakan pesta, setelah mengumumkan kematian Yudha beberapa hari yang lalu. Kabar itu otomatis membuat warisan langsung jatuh ke tangan mereka.

Revan melihat sendiri betapa hancurnya Yudha saat itu. Yudha sepertinya kecewa berat karena perasaan sayang untuk keluarganya tak mendapat balasan yang berarti. Keluarga angkatnya bahkan terlihat sangat bahagia tanpa ada dirinya. Hal itu membuat kesehatan Yudha—yang belum membaik—kembali drop dan diharuskan menginap di rumah sakit. Yudha baru pulang tadi malam, menyusul kedua saudaranya yang telah lebih dulu berada di rumah.

"Bang Ardi sama Bang Ozan ke mana?" tanya Yudha sambil menoleh pada Revan.

"Ardi langsung pergi ke kantor. Memeriksa pekerjaan bawahannya. Lalu Ozan, dia sedang pergi bersama Dokter Zero untuk pemeriksaan kakinya," jelas Revan yang mendapat anggukan dari Yudha.

"Ayah, laper," ucap Yudha dengan tatapan melas.

Revan terkekeh sambil mengacak rambut Yudha gemas. Ia segera memerintahkan sang anak untuk cuci muka, sembari dirinya meminta para pelayan untuk menyiapkan sarapan yang merangkap makan siang untuk Yudha.

•••••A.Y.O•••••

Revan dengan sabar menyuapi anaknya di ruang tengah. Sepertinya sifat manja Yudha selama menjadi Rega terbawa hingga kini. Namun, Revan sendiri tak masalah. Hitung-hitung sebagai penebusan karena tak bisa memanjakan anaknya dahulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A.Y.O Transmigrasi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang