Absen yang kangen sama triplets ☝️
**
*
Jangan lupa vote sebelum baca
*
Happy reading*
*
*
"Sebenarnya apa yang kalian inginkan saat ini?" tanya Arga dengan kesal. Ia menatap tajam lima orang yang kini ikut memenuhi mejanya.
"Tidak ada, kami hanya ingin makan disini," jawab Brian dengan santai, seolah tak terpengaruh dengan emosi Arga di sebelahnya.
Arga menggeram marah. Ia hampir saja meluapkan emosinya, kalau tak segera mendengar suara si bungsu dari ponselnya sendiri.
"Bang Ar? Kenapa?" tanya Rega dari seberang. Arga dan Erga kompak menoleh pada layar ponsel yang memperlihatkan wajah bulat Rega.
Tanpa memperdulikan kelima orang yang diam-diam ikut mendengarkan, Erga segera melontarkan pertanyaan pada adik kembarnya itu, "udah di rumah sakit?"
"Udah, ini gue lagi nunggu dokternya."
"Rega." Tiba-tiba suara Vano terdengar menyela. "Apa kamu lupa dengan perjanjian kita tadi?"
"Apasih? Kan itu cuma berlaku kalo ngobrol sama Daddy doang," protes Rega dengan kesal. Erga dan Arga saling pandang dengan kernyitan di dahi masing-masing. Mereka kembali menatap layar, berharap menemukan jawaban.
"Tentu saja berlaku bagi mereka juga. Mereka saudara kamu, bukan teman kamu. Ayo cepat perbaiki gaya bicara kamu itu," suara Vano kembali terdengar. Sedangkan wajah Rega semakin mengkerut marah. Ia menatap penuh permusuhan pada daddynya yang kini sedang tertawa.
"Daddy, ada apa?" tanya Erga tak mampu lagi membendung rasa penasarannya.
"Bukan apa-apa, Er. Daddy hanya sedang mengajari Rega cara berbicara yang baik. Dia harus jadi baik kalau tidak mau disuntik. Benar bukan, Rega?" Vano terlihat merangkul Rega yang langsung menepis tangannya.
"Daddy cepu," cibir Rega kemudian kembali menatap dua saudaranya. "Bang, nanti susul gue kesini, ya."
"Rega," tegur Vano lagi, membuat Rega berdecak kesal. Ia memalingkan wajahnya kemudian berucap dengan terbata, "na-nanti susul Adek kesini, ya, Bang ... UDAH, AH! DADDY NYEBELIN!"
Panggilan berakhir setelah teriakan Rega terdengar. Masih menatap layar yang kini gelap, Arga dan Erga sama-sama mengulum bibir, menahan senyuman. Mereka sempat menangkap semburat merah di pipi Rega tadi.
Jiro dan kedua temannya yang juga mendengar teriakan Rega, saling pandang. Mereka saling mendekat, membisikkan sesuatu yang sayangnya masih bisa di dengar oleh yang lain.
"Nah 'kan? Apa gue bilang. Si Rega, tuh emang kesayangan mereka," ucap Jiro dengan berbisik.
Kean ikut berbisik juga, menimpali ucapan Jiro, "untung tadi nggak kita bikin nangis, ya. Kalau iya, gawat, sih."
"Ya ... tapi lo tadi hampir kena nggak, sih, Ro? Gara-gara kita bawa ke rooftop, tu bocah jadi telat makan," sahut Nevan yang dibalas anggukan Jiro.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.Y.O Transmigrasi!
FantasíaNOT BXB!! NOH UDAH PAKE CAPSLOCK, BIAR KELIATAN. Ardi si CEO, Yudha si remaja narsis, dan Ozan si pencuri, tiga orang yang mengalami kejadian di luar nalar Berawal dari aksi kejar-kejaran, ketiganya justru berakhir di tubuh kembar tiga atau triplets...