Hehe, mau aku endingin sekalian guys, semoga kalian puas sama ending cerita ini. Aku udah terlalu pusing mikirnya.
Jangan lupa vote sebelum baca
Happy reading*
*
*Perkelahian sengit terjadi di antara Arga, Erga, Griselda, dan Bianca. Kedua orang itu terus berusaha menghalangi Arga dan Erga yang hendak mendekati Yora. Taijo telah berhasil membuat sebuah kubah digital yang mengunci William dan anak buahnya di luar, sehingga tak akan mengganggu misi utama mereka.
"Ih, Kak Erga ... kamu nggak kangen sama El, kah? Padahal El kangen banget, lho, sama Kak Erga," ucap Griselda dengan bibir maju ke depan, berusaha membuat wajah imut.
Erga bergidik ngeri kemudian meludah ke samping. "Huek, cuih, ogah gue kangen sama dedemit kaya lo."
Griselda mengangkat bahunya acuh kemudian kembali menyerang Erga dengan pisau panjangnya. Erga mengelak saat Griselda hendak menebas bagian kirinya, lalu melayangkan sebuah tendangan tepat di pinggang sebelah kiri gadis itu.
"Ouch, sorry," ucap Erga dengan wajah tak bersalah.
"Kurang ajar lo!" teriak Griselda sambil kembali menebaskan pedangnya secara vertikal. Erga menunduk, menghindari pedang Griselda yang hampir menebas kepalanya, lalu melakukan serangan balik dengan menendang perut gadis itu.
Keduanya saling beradu dengan menggunakan senjata masing-masing. Bunyi pedang dan belati yang terdengar beruntun, menunjukkan seberapa sengit pertarungan di antara keduanya.
Tak jauh berbeda, Arga dan Bianca juga tengah beradu dengan tangan kosong. Arga hampir tak menyangka orang yang dulu sempat akan mendonorkan jantungnya pada Rega adalah salah satu anak buah virus.
Arga menangkap kaki Bianca yang hendak menendang dari sisi kanan lalu menariknya mendekat. Dengan satu putaran, Arga berhasil membuat tubuh Bianca jatuh di lantai. Gadis itu tak menyerah, dia memutar kaki kirinya, menendang pipi Arga cukup keras. Cekalan pada kaki Bianca terlepas, bersamaan dengan Arga yang mundur beberapa langkah.
"Boleh juga," puji Arga sambil menyeka ujung bibirnya.
Bianca tersenyum miring, kemudian dengan sekali gerakan, tubuhnya telah kembali berdiri tegak. Bianca menatap Arga dengan kilat penuh ketertarikan di matanya.
"Lo kelihatan lebih dewasa dari yang gue kira. Berapa umur asli lo?" tanya Bianca sambil kembali melakukan serangan pada Arga.
Arga menangkis kepalan tangan Bianca yang mengarah pada wajahnya. "24 tahun, tidak terlalu tua bukan?"
Arga memelintir tangan Bianca ke belakang, lalu mendaratkan sebuah tendangan di punggung gadis itu, hingga jarak antara keduanya kembali terbentang.
"Cukup matang buat dijadiin suami. Lo mau jadi suami gue?" Bianca berlari ke arah Arga kemudian melompat dan mendaratkan tendangan tepat di dada sulung triplets itu.
Arga meringis sambil memegang bagian dadanya yang kini tercetak bekas sepatu Bianca. Ia terkekeh remeh sebelum akhirnya kembali menegakkan tubuhnya untuk memulai serangan balasan.
Melihat Bianca yang akan menyerang kembali, Arga dengan cepat bergerak. Memutar tubuhnya ke kiri disertai kaki yang menendang tepat di perut Bianca, membuat gadis itu berlutut sambil terbatuk.
Arga menjambak rambut panjang Bianca yang diikat kuda, sambil menodongkan pistolnya tepat di jantung gadis itu.
"Apa itu sebuah lamaran?" bisik Arga dengan suara rendahnya, membuat bulu kuduk Bianca meremang. Namun, bukannya takut, gadis itu justru melingkarkan tangannya di leher Arga, disertai sebuah senyuman di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.Y.O Transmigrasi!
FantasyNOT BXB!! NOH UDAH PAKE CAPSLOCK, BIAR KELIATAN. Ardi si CEO, Yudha si remaja narsis, dan Ozan si pencuri, tiga orang yang mengalami kejadian di luar nalar Berawal dari aksi kejar-kejaran, ketiganya justru berakhir di tubuh kembar tiga atau triplets...