A.Y.O__Part 19

7.2K 859 91
                                    

2 minggu tak berjumpa, apa kabar readers semua??
Ayo votenya banyakin kalau mau aku kasih double up
1k vote, yuk

Happy reading
Absen pake emot triplets favorit kamu
🦁🐯🐱

*

*

*

Rengekan dari si bungsu mengisi ruang kamar dengan tiga tempat tidur itu. Di atas ranjang milik Arga, si bungsu--yang baru pulang dari rumah sakit--tengah berguling-guling sambil merengek.

Vano memijat pelipisnya melihat si bungsu yang tiba-tiba tantrum. Kain yang menutupi kasur Arga bahkan sampai dibuat berantakan oleh tingkah Rega. Remaja itu juga membuang selimut serta bantal, tanpa mempedulikan sang empu yang bisa saja marah.

"Rega, dengarkan Daddy dulu, Nak. Daddy bukannya melarang kamu pergi sekolah, tapi tunggu beberapa hari lagi, oke? Kesehatan kamu masih belum pulih sepenuhnya." Dengan sabar Vano mencoba memberi pengertian pada putra bungsunya.

"Tapi Adek udah sehat Daddy. Pokoknya Adek mau sekolah besok!" seru Rega kesal. Ia kembali pada kegiatannya, hanya sebentar karena tiba-tiba berhenti lantaran rasa nyeri menyerang dadanya.

Melihat bungsunya yang diam sambil memegang dada, Vano segera mendekat dengan cepat. Diraihnya tubuh kecil Rega, kemudian ia sandarkan pada dadanya. Satu tangannya ia gunakan untuk mengusap dada sang anak dengan lembut.

"Tuh 'kan? Daddy sudah bilang, jangan berulah dulu. Mungilnya nanti rewel, lho," tegur Vano, gemas dengan tingkah Rega yang tiada habisnya.

"Mungil udah diganti," cicit Rega dengan suara pelan.

"Sudah mendingan?" tanya Vano yang dibalas anggukan oleh Rega.

"Daddy nggak ke kantor?" tanya Rega sambil mendongak menatap wajah sang ayah.

"Sudah ada abangmu di sana. Daddy akan memantau dari rumah sambil menemani kamu," jawab Vano tanpa menghentikan kegiatannya mengusap dada Rega.

"Adek pengen telepon Bang Erga sama Bang Arga," ucap Rega.

Vano mengangguk mengerti, kemudian meraih ponselnya. Dengan cekatan, pria itu menghubungi salah satu putra kembarnya. Pilihannya langsung tertuju pada Arga, mengingat Erga mungkin tengah sibuk dengan persiapan turnamennya dua hari lagi.

Sementara itu, di sekolah, Arga tengah menatap malas pada sekumpulan anggota OSIS di hadapannya. Terkhususnya pada Brian, orang yang dengan seenaknya merekrut Arga menjadi salah satu panitia persiapan turnamen di sekolah mereka.

"Arga, besok kamu bisa ambil bagian keamanan. Karena sepertinya kamu cocok dengan posisi itu," ujar Brian dengan mata yang terus fokus pada lembaran kertas di hadapannya.

"Hm." Arga hanya membalas dengan gumaman. Ia terlalu malas mengikuti kegiatan seperti ini. Ia akan lebih senang duduk di tribun bersama Rega untuk menonton Erga bermain.

Suara dering ponsel menghentikan kegiatan rapat itu sejenak. Semuanya menoleh pada Arga, sang pemilik ponsel. Dengan sedikit malas, remaja itu mengambil ponselnya. Satu alisnya terangkat melihat kontak sang ayah yang terpampang di layar. Tanpa menunggu lama, Arga pun mengangkat panggilan video itu sambil beranjak untuk keluar.

A.Y.O Transmigrasi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang