Happy reading
*
*
*
*
"KAK TRIPLETS!"Teriakan melengking itu terdengar. Triplets segera menoleh untuk melihat siapa pelakunya. Mereka bisa melihat Griselda tengah menatap berbinar sambil berlari mendekat.
Namun sebelum itu terjadi, gadis itu sudah lebih dulu jatuh tersungkur. Rega meringis melihat wajah Griselda yang menghantam lantai cukup kuat. Gadis itu jatuh beberapa langkah darinya berdiri.
"Ouh, sakitnya sih nggak seberapa, tapi malunya tuh yang nggak kira-kira," celetuk Rega.
"Astaga, El kamu nggak apa-apa?" tanya beberapa orang siswa dengan panik. Dua orang siswi membantu gadis itu bangun. Terlihat dahinya merah serta kedua mata berkaca-kaca dan bibir yang melengkung ke bawah.
"Ya ampun, kawaiii!! Aaahhh mau cubit!" pekik Erga gemas. Ia hampir saja berlari ke arah Griselda kalau saja Rega tak menahannya.
"Lo kenapa sih tolol?! Mau ngapain lo, hah?!" sentak Rega sambil menahan perut Erga.
"Ih, Rega lepasin gue. Gue mau nyamperin dedek gemes itu." Erga memberontak berusaha melepaskan cekalan Rega. Para siswa bahkan Griselda menatap heran triplets yang terlihat berbeda dari biasanya. Gadis itu bahkan sampai melupakan rasa sakit pada dahinya.
Arga menghela nafas lelah. Dengan gerakan cepat, dua kepalan tangan berhasil mendarat di kepala dua tuyulnya. Erga dan Rega memekik sambil memegang kepala mereka.
"Bang, sakit!" pekik Erga sambil menatap Arga kesal.
"Aish, Bang. Kenapa gue juga sih? Kan si Erga duluan," protes Rega tak terima.
"Lo duluan ye ... ngapa malah nyalahin gue?!" bantah Erga tak terima.
"Lagian lo, sih. Ngapain coba mau nyamperin tu cewek? Emang gue kurang gemes apa?" tanya Rega sambil cemberut.
Diam-diam beberapa orang siswa mengalihkan wajah mereka dengan semburat merah di pipi. Mereka baru sadar kalau wajah bungsu triplets itu ternyata lumayan imut, berbeda dengan kedua saudaranya yang lain.
Dengan spontan, Erga menepuk bibir Rega yang monyong. "Kek boti," ejeknya dengan memasang wajah tak bersalah.
Rega berdecak. Ia menatap Arga hendak meminta bantuan. "Bang---"
Rega mengurungkan niatnya. Ia menelan ludah kasar begitu melihat tatapan tajam Arga dengan aura tak mengenakkan yang keluar dari remaja itu. Taijo yang sedari tadi menjadi penghuni bangku kosong hanya menonton sambil menikmati popcornnya.
"Hayolo~ baginda ngamuk," celetuk Taijo memanas-manasi kedua remaja yang kini terdiam itu.
Para siswa yang lain ikut hening melihat tatapan tajam Arga. Baru kali ini mereka mendapati tatapan seperti itu dari si sulung triplets. Biasanya, mereka hanya akan melihat tatapan angkuh dan penuh amarah yang berkilat di kedua mata itu. Para siswa itu bahkan sampai melupakan keberadaan Griselda yang sampai saat ini masih betah duduk di lantai.
"Kembali ke kelas kalian," usir Arga dengan nada dingin penuh penekanan. Erga dan Rega mengangguk kaku. Mereka berdua segera keluar dari kelas sang kakak. Arga mengalihkan pandangannya pada beberapa siswa yang berkumpul. Seketika, kerumunan itu bubar dengan menyisakan Griselda yang masih stay di lantai.
"Eh? Ko-kok nggak jadi nolongin El, sih?" tanya Griselda kesal. Para siswa hanya menatap gadis itu dengan tatapan minta maaf. Griselda mengalihkan pandangannya pada Arga.
"Kak Arga~ bantuin El," rengek gadis itu.
Arga tak memperdulikan rengekan itu. Ia memilih menelungkupkan wajah pada lipatan tangan, menyembunyikan senyuman kala mengingat ekspresi kedua adiknya. Entahlah, Arga atau lebih tepatnya jiwa Ardi, selalu merasa tergelitik dengan setiap ekspresi yang kedua adiknya keluarkan. Begitu polos dan natural. Terlebih Rega yang selalu blak-blakan dalam mengeluarkan segala ekspresinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.Y.O Transmigrasi!
FantasiaNOT BXB!! NOH UDAH PAKE CAPSLOCK, BIAR KELIATAN. Ardi si CEO, Yudha si remaja narsis, dan Ozan si pencuri, tiga orang yang mengalami kejadian di luar nalar Berawal dari aksi kejar-kejaran, ketiganya justru berakhir di tubuh kembar tiga atau triplets...