A.Y.O__Part 13

10.8K 1.2K 167
                                    

🦁🐯🐱
Emot ini mewakili triplets nggak sih?
Absen pake emot triplets favorit kamu, yuk!

*

*

*
Biasakan setelah buka notifikasi, pencet bintang ⭐
Happy reading
*
*
*

Sebuah motor mulai menghentikan lajunya di depan mansion keluarga Dewangga. Dua orang dengan wajah babak belur, sama-sama menatap gerbang besar di depan mereka was-was.

"Ayo, buruan turun! Lo kudu jelasin sama Bang Arga," desak Erga sambil menarik sebelah tangan Jiro yang masih memegang erat stang motor.

"Ih, lo ... ah!" Jiro semakin mengeratkan pegangannya. "Lo aja adeknya takut, apalagi gue? Udah sana lo masuk. Gue yakin Arga nggak bakal marah, kok," ujar Jiro dengan perasaan takut.

"Aish, nggak mau tau. Pokoknya lo kudu jelasin ke Bang Arga. Gue begini gara-gara lo, ya, bangsul." Erga masih berusaha menarik Jiro agar turun dari motornya. Sedangkan Jiro semakin mengeratkan pegangannya pada stang, sambil berusaha menjaga keseimbangan motornya.

"Menjelaskan apa?"

Suara berat bernada dingin itu membuat Jiro dan Erga terperanjat. Keduanya sama-sama meneguk ludah dengan susah payah. Kepala mereka tertoleh secara patah-patah ke arah pintu gerbang yang kini terbuka.

Di sana, mereka bisa menemukan Arga yang sedang bersidekap dada, dengan tatapan tajam yang menghunus. Handuk kecil di pundak remaja itu, membuktikan bahwa ia baru saja mandi.

"E-eh ... Bang Arga," ucap Erga kikuk sambil menggaruk tengkuknya. Jiro yang melihat Erga lengah pun langsung memutar gasnya maksimal.

"JIROO! JANGAN KABUR LO!" teriak Erga marah bercampur gelisah.

"SORRY, ER!" Teriakan balasan dari Jiro menggema bersahutan dengan deru motor yang keras. Suara itu semakin lama semakin menghilang, hingga menyisakan keheningan yang menyelimuti Erga dan Arga.

"Ba-bang ... gu-gue ..."

"Masuk," potong Arga sebelum Erga menyelesaikan ucapannya. Remaja itu berbalik kembali ke dalam, meninggalkan sang adik yang kini menghela nafas berat.

"Please, khodamnya jangan keluar dari kandang," gumam Erga seiring langkahnya yang terlihat meragu untuk memasuki mansion.

Degup jantungnya tak berhenti berdetak cepat di setiap langkahnya. Memasuki ruang tengah, ia bisa melihat Arga yang sedang duduk di kursi single. Remaja itu memberikan kode lewat matanya agar Erga segera duduk. Tak ingin membuat aura khodam kakaknya semakin keluar, Erga bergerak cepat menuju sofa panjang di samping Arga.

Erga hanya menunduk sambil memainkan jarinya yang saling bertaut. Sesekali ia terlihat menggigit jarinya sendiri. Sepertinya itu kebiasaan Erga jika sedang gugup.

"Kenapa pulang telat, hm?" Setelah hening cukup lama, akhirnya Arga melontarkan pertanyaan. Tatapan tajamnya terus mengarah pada Erga yang berkali-kali menggigit jarinya.

"Ta-tadi gue diajak sama Jiro. Terus, pulang ... muter ... ada musuh ... berantem." Melihat cara bicara Erga yang berbelit, Arga pun menghela nafasnya.

"Pelan-pelan saja. Aku akan mendengarnya," ucap Arga, membuat kedua mata Erga yang sedari tadi menatap ke sekeliling kini terfokus pada dirinya. Erga mengangguk pelan kemudian menghela nafas panjang.

A.Y.O Transmigrasi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang